IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita
-----------------------------------------
Kemis, 11 November 2010
SANTAPAN PAGI -- SOEHARTO BATAL JADI PAHLAWAN !
Parpol Golkar yang selama ini memamerkan diri sebagai GOLKAR YG SUDAH DIREFORMASI, telah lebih lanjut membuka dada dan hatinya ---- ketika mereka dengan arogan mengusulkan AGAR SOEHARTO DINOBATKAN JADI PAHLAWAN!
Golkar adalah kendaraan politik ciptaan Jendral Soeharto! Sayang, fakta sejarah ini masih sering diabaikan!
Meskipun Soeharto telah tiada, tetapi kendaraan politik Soeharto masih segar bugar. Mungkin sekarang ini menjadi lebih kaya! Masih berfungsi, dan masih berpengaruh besar. Masih ikut menentukan kehidupan politik dewasa ini.
Dimana-mana ada 'orang-orangnya'.
Tak peduli apakah namanya Akbar Tanjung ataukah Aburizal Bakrie yang jadi ketuanya! Golkar selama ini membuktikan bahwa ia berpotensi besar sebagai kekuatan politik.
Dengan kegagalan mengkatrol Soeharto jadi pahlawan nasional, ini juga menunjukkan bahwa tidak semua kemauan politik Golkar bisa terlaksana. Kekuatan pro-dem masih terus berjuang untuk Reformasi. Masih ada dan gairah untuk meneruskan perjuangan untuk Indonesia yang BERNEGARA HUKUM.
Yang penting diperhatikan bagi siapa saja, janganlah sekali-kali mensepélékan Golkar. Apalagi ketika penguasa sekarang ini malah gairah bersandar pada Golkar untuk bisa mempertahankan kekuasaan!
Waspada!, bukanlah peringatan yang berkelebihan!
Golkar dan para politisi serta parpol yang mendukung Golkar tsb juga telah membuka jubah mereka selama ini, yaitu JUBAH REFORMASI. Akal sehat manakah yang bisa menerima pemerkosaan logika politik bahwa REFORMASI bisa berlangsung dibawah naungan penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional? Soeharto yang kejam berdarah dingin, otoriter, diktatorial, militeristik, korup dan nepotis itu? Yang melakukan pelanggaran HAM terbesar dalam sejarah Republik Indonesia!
Namun usul Golkar dan pendukungnya menjadikan SOEHARTO PAHLAWAN,
ikut menghangatkan perdebatan (yang harus terus dilakukan) sekitar SIAPA SOEHARTO. Perdebatan sekitar Soeharto bermanfaat dilanjutkan. Berguna bagi generasi muda, agar bisa belajar dari segi negatif, berusaha menarik pelajaran dari pengalaman 32 tahun di bawah rezim otoriter Orba.
Bolehkah kita berlega dengan berita hari ini, (kalau memang berita itu benar), bahwa Soeharto tidak jadi dinobatkan sebagai pahlawan nasional?
Paling tidak berita tsb bisa dianggap sebagai SANTAPAN PAGI!
Amsterdam, 11 November 2010.
* * *
------------------
Lampiran:
Alhamdulilah, Soeharto Batal Jadi Pahlawan
Kamis, 11 November 2010 , 11:03:00 WIB Laporan: Aldi Gultom
RMOL. Mantan penguasa Orde Baru, Soeharto (almarhum) dipastikan tidak mendapat gelar pahlawan nasional.
Hal ini menimbulkan perasaan lega bagi para mantan aktivis anti Orde Baru dan mantan tahanan politik rezim itu. Salah seorang diantaranya adalah eks aktivis maahsiswa pada tahun 1980-an, Fadjroel Rachman.
Kepada Rakyat Merdeka Online, Fadjroel yang kini menjadi pengamat politik di Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), mengatakan bahwa pembatalan pemberian gelar pada Soeharto menjadi bukti bahwa Indonesia masih berpihak pada demokrasi, penegakan HAM dan pemberantasan korupsi.
"Alhamdullilah," seru Fadjroel saat diminta tanggapannya.
"Jelas bahwa reformasi berpihak pada tiga hal yaitu demokrasi, penegakan HAM dan anti korupsi. Kalau sampai Soeharto dijadikan pahlawan berarti kita sudah menghancurkan garis demarkasi reformasi," imbuhnya.
Menurutnya, untuk menegakkan ketiga hal yang disebutkannya tadi, Indonesia membutuhkan satu simbol. Soeharto adalah sosok yang paling tepat untuk dijadikan simbol anti demokrasi.
"Kita membutuhkan satu simbol, dia kan simbol dari satu rezim yang anti demokrasi, HAM dan pemberantasan korupsi," jelasnya.
Mengapa Soeharto layak, buktinya, Soeharto memerintah otoriter selama 32 tahun. Hingga kini pengusutan kasus HAM Orde Baru tidak pernah usai, dan menurut rilis PBB, Soeharto adalah mantan penguasa terkorup di dunia di atas mantan penguasa Filipina, Ferdinand Marcos.
"Jadi pembatalan ini hadiah terbesar untuk Hari Pahlawan 2010," tegasnya.
Meski demikian, bukan berarti perjuangan menegakkan demokrasi, HAM dan anti korupsi cepat berpuas diri.
"Program-program refomasi harus terus berjalan. Ketika tetapkan dia sebagai simbol, berarti kita beri sinyal ke depan bahwa ini yang harus dilakukan," tandasnya.
Sebagai tambahan, pemerintah melalui Dewan Gelar, Tanda Kehormatan, dan Tanda Jasa memastikan mantan Presiden Soeharto (alm) tidak mendapat gelar pahlawan Nasional.
Dalam acara penganugerahan gelar pahlawan dan gelar kehormatan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (11/11) , pemerintah melalui Keputusan Presiden 52 TK/2010 memberikan gelar Pahlawan Nasional hanya kepada dua tokoh, yaitu Dr Johannes Leimena dan Johannes Abraham Dimara.
Sebelumnya, nama Soeharto dan mantan Presiden Abdurrachman Wahid masuk dalam nominasi bersama delapan nama lainnya, termasuk mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.[ald]
__._,_.___
Thursday, November 11, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment