Monday, November 29, 2010

IN MEMORIAM BUSRA ARIFIN

IBRAHIM ISA
Senin, 29 November 2010
---------------------------------

IN MEMORIAM BUSRA ARIFIN


Kami, keluarga Isa yang di Eropah (Belanda, Jerman dan Belgia), terkejut dan teramat sedih ketika disampaikan oleh Ichan (per tilpun – Ichan sedang menempuh studi di Freiburg, Jerman), dan oleh Babang Husni Bastari (SMS); mengenai wafatnya BUSRA ARIFIN, suami kemenakanda Nurati Djamin (Ati) , pada hari Senin malam tangal 22 November 2010.

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN

Semoga arwahnya diterima di sisi Allah SWT. Amien, ya rabbul alamien.
Semoga Ati sekeluarga, putri-putri, menantu dan cucu, tabah menghadapi hari-hari yang penuh duka ini.

* * *

Busra, kukenal sejak kami berdua masih di bangku sekolah. Ketika itu Indonesia sedang dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda yang hendak memperpanjang kekuasaan kolonialnya di negeri kita. Dalam perjuangan tsb sementara anggota kekuatan bersenjata Indonesia, sempat jadi tawanan Belanda. Diantaranya ada yang dipenjarakan di penjara-penjara Jakarta. Sebuah panitia dari kalangan Republik Indonesia, yang diketuai oleh Ny. Erna Djayadiningrat, berhasil mengatur dengan penguasa Belanda, agar para tawanan pejuang-pejuang kemerderkaan Indonesia yang ada di penjara-penjara Belanda itu, bisa kita kunjungi.

Demikianlah, kami, pelajar-pelajar membentuk sebuah band-musik untuk menyemangati dan menghibur kawan-kawan seperjuangan kita yang di penjara Belanda. Band-musik kami terdiri antara lain dari Busra, Ari Susilo (suaminya Muli), aku dan kawan-kawan lainnya. Busra yang pandai menggesek biola itu bersama aku sebagai pemain biola dalam band-musik tsb.

Demikianlah kami mengunjungi dan menghibur kawan-kawan seperjuangan kemerdekaan Indonesia yang ada di penjara Belanda. Bersama kami menyanyikan a,l lagu-lagu 'Dari Barat Sampai ke Timur', 'Hallo-hallo Bandung', dan lagu-lagu perjuangan lainnya.

Lucunya anggota-anggota tentara Belanda di situ, kukira dari ' 7 December Divisie KL', yang menjadi pengawal penjara itu, menanyakan kepada kami apakah mereka boleh ikut mendengar dan 'ramé-ramé' bersama. Kebetulan antara Republik Indonesia dan Nederland sedang 'cesefire', dalam posisi 'gencatan senjata'. Menjelang berlangsungnya Konferensi Meja Bundar antara Republik Indonesia dengan pemerintah kerajaan Belanda.

Jadi ramai-ramailah, para tawanan pejuang Indonesia, kami ini yang datang menghibur, dan tentara Belanda dari Divisi 7 Desember yang mengawal di situ, bernyanyi bersama. Dua fihak di situ, kumpul bersama. Yang satu adalah fihak Belanda. Yang tentaranya masih hendak membasmi Republik Indonesia, dan fihak satunya adalah pejuang-pejuang Republik Indonesia yang sedang membela kemerdekaan yang diproklamasikan, 17 Agustus 1945. Bertemu di situ tidak dalam suasana permusuhan. Tetapi juga tidak dalam usasana parsahabatan. Tokh bisa 'ramé-ramé' bersama.

Yah, tentara Belanda yang bertugas di situ itu, mereka adalah anak-anak muda yang kena wajib militer. Secara politik mereka 'buta', dan telah dikibuli oleh pemerintahnya sendiri agar mau berangkat ke 'onze Indië', ke Hindia Belanda, untuk 'menciptakan keamanan dan ketertiban'. Yang hakikatnya adalah untuk menghancurkan Republik Indonesia kita. Untuk memulihkan kembali kekuasaan kolonial Hindia Belanda di Indonesia,.

* * *

Dengan demikian, Busra yang ketika itu anggota band-musik kami adalah salah seorang pengesek biola, memberikan sumbangan ala kadarnya untuk menghibur dan menyemangati pejuang-pejuang kita yang sedang dipenjarakan Belanda.

Itulah kenang-kenangan masa lalu bersama Busra yang tidak pernah terlupakan.

Ketika kami bertemu lagi beberapa tahun yang lalu, ketika ia sudah menjadi suami kemenakan kita Nurati Jamin, kami sempat menggali kembali masa lampau ketika masa muda kami. Murti dan aku bermalam di rumah mereka. Mereka mempersilahkan kami berdua nginep di kamar pribadi mereka, sedangkan mereka suami-istri tidur di kamar lainnya.

* * *

Busra adalah seorang suami dan bapak yang sabar dan tekun melakukan tugasnya sebagai dosen di perguruan tinggi. Suatu pekerjaan yang mulya dalam rangka mendidik dan membangun generasi muda Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan budaya.

Busra telah tiada.

Namun, kenang-kenangan mengenai Busra akan selalu dalam ingatan kami.


* * *

No comments: