Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 12 Januari
2013
-----------------------------
----- Pengakuan ALGOJO PEMBANTAIAN MASAL 1965 ??
----- Pengakuan ALGOJO PEMBANTAIAN MASAL 1965 ??
----- YANG
“KAKAP” BELUM MENGAKU TERUS-TERANG
* * *
Atas
undangan terbatas
sahabat-karibku,
jurnalis/penulis Chalik Hamid, Jum'at siang kemarin, kami
berkesempatan menonton film “THE ACT OF KILLING”
di rumah Chalik di Amsterdam Noord. Judul bahasa Inggris film tsb
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh para pembuat film menjadi
“JAGAL”.
Hadir
pada pemutaran film “Jagal”: --- M.D Kartaprawira, Ketua
Lembaga Pembela Korban 65 Holland (LPK65 Holland), Soelardjo, Yayasan
Sejarah dan Budaya Indonesia (YSBI); Sungkono, Ketua Perhimpunan
Persaudaraan; Husin, Arisan Utrecht, Sarmaji, Perdoi, dan Aminah
Idris dari grup wanita Indonesia DIAN. Undangan terbatas. Sesuai yang
dipesankan oleh produser film Joshua Oppenheimer kepada Chalik Hamid.
Ini, disebabkan adanya pengaturan bahwa film tsb baru bisa
dipertunjukkan untuk umum setelah diputar di Festival Film
Internasional yag akan diadakan di Den Haag dan Berlin dalam waktu
dekat ini.
*
* *
Seorang
cinematograf berbangsa Inggris, Joshua Oppenheimer, belum
lama menyelesaikan sebuah film dokumenter – historis sekitar
tahun-tahun 1965 di Indonesia. Di saat ketika Jendral Suharto dengan
memanfaatkan gagalnya G30S, telah merebut kekuasaan negara dan
pemerintah Indonesia dari Presiden Sukarno ketika itu.. Pada waktu
bersamaan Jendral Suharto dan divisi KOSTRAD dengan bantuan para
pendukungnya, memulai kampanye persekusi, pembantaian dan pemusnahan
anggota-anggota PKI, diduga PKI atau simpatisan PKI serta pendukung
Presiden Sukaarno lainnya. Pada periode itu seperti terjadi juga di
Jatim, Bali dan tempat-tempat pembantaian lainnya, Jendral Suharto
dan tentara di bawah komandonya menggunakan, mengomandoi, dan
berkordinasi dengan para preman seperti Anwar Congo dkk.
Sebagian
dari kampanye pembantaian, genosida terhadap warganegqara tak
bersalah, sekitar tahun 65-an abad lalu, telah diabadikan oleh
cinematograf berbangsa Inggris, JOSHUA OPPENHEIMER, dalam sebuah film
dokumenter berjudul “THE ACT OF KILLING”. Patut dicatat, bahwa
Oppenheimer telah memberikan sumbangsih penting,mengungkap
pelanggaran HAM berat yang berlangsung di Indonesia, menunjukkan di
depan kamera siapa-siapa para pelanggar HAM berat tsb.
Namun,
patut dicatat untuk diungkap lebih lanjut, tentang para algojo yang
KAKAP di kalangan aparat negara dan bukan TERI seperti
Anwar Congo dkk para oreman Pemuda Pancasila. Perlu diungkap
pentingnya, menegakkan hukumm. Yaitu menindak lanjuti pengakuan yang
diungkapkan oleh mantan Mayjen Sarwo Edhi yang menyatakan bahwa fihak
militer dan pendukung-pendukungnya telah membantai dalam satu periode
GENOSIDA, kira-kira 3 juta orang Komunis, dituduh Komunis atau
simpatisan Komunis.
Menyaksikan
film dokumenter “Jagal”, dari mula sampai akhir, tidak
habis-habisnya pertanyaan muncul di fikiran: BAGAIMANA BISA TERJADI
BERLANGSUNGNYA di INDONESIA, TINDAKAN ALGOJO seperti yang
dipertontonkan sendiri oleh para pelakunya in person; -- Begitu
blak-blakan tanpa tédéng aling-aling, . . . . diperragakan dalam
adegan-adegan rekonstruksi di depan kamera. Persis seperti
serial-serial TV mutakhir berjudul REALITY Serie atau “waargebeurde
verhalen” (cerita-cerita yang sungguh terjadi) di TV Belanda.
Yang
lebih mengherankan lagi ialah bahwa para pelaku pembantaian itu,
para algojo a.l terdiri dari ANWAR CONGO dkk, mengisahkannya
dengan santai, tertawa sinis , menyeringai serta bangga melakukan
pembunuhan dengan menggunakan dua belah tangannya sendiri, ---
menarik kawat besi yang dililitkan pada leher sang korban, --- atau
meletakkan leher korban di bawah kaki meja dan meja diduduki
ramai-ramai oleh para algojo, terhadap manusia-manusia tak bersalah,
orang-orang PKI, dituduh PKI, Pemuda Rakyat, atau simpatisan Komunis.
Sulit bisa memahami bagaimana para pelaku Jagal tsb, Anwar Congo
dkk, menyatakan di depan kamera, bahwa dirinya adalah
pahlawan-pahlawan yang telah “menyelamatkan Indonesia dari
Komunisme”. Bahwa mereka tidak merasa bersalah. Ini setelah salah
seorang dari para preman algojo itu menyatakan di depan kamera, bahwa
apa yang mereka lakukan itu sesungguhnya LEBIH KEJAM DARI APA
YANG DILAKUKAN OLEH G30S.
Sebelum
terjadi G30S, Anwar Congo dkk adalah preman-preman,
gangster-gangster pencatut gelap karcis bioskop di Medan dll tempat.
Dalam
film dokumenter ini tetdapat adegan yang memberikan gambaran
bagaimana saling hubungan, tali-menali antara para preman dan
penguasa pada sistim kekuasaan di Indonesia pada sebelum dan sesudah
Reformasi. Anwar Congo, sang Jagal, berpeluk-pelukan dengan Gubernur
Sumatera Utara (ketika itu sang gubernur masih menjabat, . . . .
tapi kemudian masuk penjara karena terlibat kasus korupsi besar). . .
. . Anwar Congo diterima dengan ramah sebagai kawan lama, di rumah
kediaman resmi Gubernur Sumatera Utara. Mencerminkan hubungan mesra
antara penguasa dengan para algojo.
*
* *
Di
bawah ini, adalah SYNOPSIS film tsb yang merupakan
perpaduan dari yang ditulis oleh CATHERINE SHOARD --
Guardian.co.uk. Jum'at 14 Sept 2012 sumber Wikipedia, --- dengan
sedikit di edit dari sumber film itu sendiri.
Melalui
film dokumenternya, JOSHUA OPPENHEIMER telah menciptakan kembali
korban-korban tahun 1960-an yang dilakukan oleh regu-pembantai
Indonesia.
The Act of Killing
(“Jagal”) adalah film yang paling baik dan paling menakutkan di
Festival Film Toronto; -- sebuah
iflm yang paling baik tahun lalu.
* * *
Film ini adalah sebuah dokumenter
mengenai regu-pembunuh Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an, yang
melakukan penyiksaan dan membunuh orang-orang komunis. Tetapi film
itu juga merupakan film di dalam film. Seperti ketika Joshua
Oppenheimer mendesak ganster-gangser yang sudah manula itu, untuk
memperragakan kembali tindakan-tindakan mereka, dalam skala yang
semakin terperinci. Mereka menyeringai sambil melakukannya dengan
amat serius. Suatu adegan pencekikan agak terhenti, tersela oleh
suara orang azan menyerukan solat. Tetapi mereka kemudian meneruskan
aksi mereka.
. . . .
. . . .
Dalam wawancara selanjutnya terlihat
organisasi para-militer Pemuda Pancasila menjelaskan bagaimana mereka
terinspirasi dalam penampilan mereka dan kekejamana mereka oleh
film-film (Amerika) ketika itu.
Tokoh yang paling karismatik di
antara mereka adalah, ANWAR CONGO. Rambutnya dicelup hitam
keriting. Dalam salah satu adegan tampak Anwar Congo sedikit
dihantui oleh tindakan-tindakan kejamnya itu. Congo mengakui bahswa
ia berusaha, untuk melupakannya dengan mendengarkan musik dan dansa,
dengan minum bir, minuman keras lainnya, extasi dan marihuana.
Kerjasama politik antara politsi, kalangan media dan para preman
diungkapkan melalui celetukan seorang penerbit sekutu preman, yang
menyatakan “kita kedip saja mata kita, dan matilah mereka”.
Seorang deputi menteri menyatakan terang-terangan : --- “kami
memerlukan gangster-gangster ini untuk melakukan pekerjaan
itu””(melakukan pembunuhan).
Ada kritik terhadap Oppenheimer
karena tidak mewawancarai para korban yang lolos dari pembantaian
para preman itu.
Tetapi tidak jadi apa..Karena kita
tahu apa yang dilakukan oleh para preman itu adalah suatu GENOSIDA.
Demikianlah a.l synopsis yang ditulis oleh waartawan “Guardian”,
dengan sedikit pengeditan) .
* * *
8 comments:
Mereka adalah preman yang naik pangkat jadi pembunuh lalu bintang film.
Cerita horor.
Mengapa di Indonesia ? Bukankah panggung politik juga banyak diduduki oleh preman?
Hati2 dalam menarik kesimpulan, terlihat disini seolah2 PKI adalah korban kekerasan dan pelanggaran ham karena hanya bagian eksekusi terhadap mereka yg diceritakan, mana bagian yg menggambarkan PKI yg membantai ulama,santri umat islam di madiun 1948.??? Mana cerita bagian yg menggambarkan PKI telah mengkudeta pemerintahan dan sudah menguasai RRI 30 september 1965, mana gambaran tentang pemaksaan pki untuk merekrut simpatisan.. Tidak tergambarkan sedikitpun disitu, saya sudah lihat film ini.. PKI menganut paham komunis yg tidak berasas pada agama, mereka mempunyai teori bahwa agama adalah penghalang kebebasan.. Dia mau buat negara sendiri diatas NKRI, dan sekarang mulai bermunculan buku , film dan doktrin2 bahwa mereka adalah korban,, kita tidak mengetahui apakah para pembuat buku atau film tersebut tidak mengetahui sejarahnya atau ini merupakan upaya pemutarbalikan sejarah..?? Kalau benar ini pemutarbalikan fakta sejarah telah dilakukan maka secara tidak langsung di dalam negara ini sedang diupayakan adu domba secara terang2an, atau bisa jadi ini upaya balas dendam, karena HAM sepertinya jadi pemicu kebangkitan perlawanan mereka, hanya saja banyak mata awam yg tidak paham atau belum tau maksud dari ini semua.. Memang benar ada juga korban salah tangkap dan sebagainya, tp itu disebabkan masalah sentimen pribadi atau fitnah-mempitnah sebenarnya, bukan karna pembantaian yg membabi buta.
akhirnya terungkap kebenaran dibalik genosida yang di tutup tutupi rezim suharto. dalam sejarah, dia yang berkuasa yang akan menuliskan sejarah.
Pki emang bejat..bisa bisanya memutar belitkan fakta...peristiwa g 30 s pki bener taw gak ( kbnyakn benernya) adalah kemenangan bagi umat manusia yg beragama..seandanya komunis yg menguasai indonesia mngkin(pasti) penggeconidaan makin ganas n kejam...seperti kamboja yg di kuasai komonis polpot..apa yg terjadi disana..??? Sejarawan, cendiakiawan, guru, sejarwan , tokoh masyarakat semuanya dibunuh dengan kejam n g berprikemanusian. Tujuaannya untuk menghilangkan budaya dan tradisi kamboja yg kemudian akan diganti dengan ajaran dan budaya komunis yg g bertamadun...apakah qt masih mau menerima komunis..??? Apakah qt setuju minta maaf ma komunis bangsat??? Pikirkanlah
Pki emang bejat..bisa bisanya memutar belitkan fakta...peristiwa g 30 s pki bener taw gak ( kbnyakn benernya) adalah kemenangan bagi umat manusia yg beragama..seandanya komunis yg menguasai indonesia mngkin(pasti) penggeconidaan makin ganas n kejam...seperti kamboja yg di kuasai komonis polpot..apa yg terjadi disana..??? Sejarawan, cendiakiawan, guru, sejarwan , tokoh masyarakat semuanya dibunuh dengan kejam n g berprikemanusian. Tujuaannya untuk menghilangkan budaya dan tradisi kamboja yg kemudian akan diganti dengan ajaran dan budaya komunis yg g bertamadun...apakah qt masih mau menerima komunis..??? Apakah qt setuju minta maaf ma komunis bangsat??? Pikirkanlah
Pki emang bejat..bisa bisanya memutar belitkan fakta...peristiwa g 30 s pki bener taw gak ( kbnyakn benernya) adalah kemenangan bagi umat manusia yg beragama..seandanya komunis yg menguasai indonesia mngkin(pasti) penggeconidaan makin ganas n kejam...seperti kamboja yg di kuasai komonis polpot..apa yg terjadi disana..??? Sejarawan, cendiakiawan, guru, sejarwan , tokoh masyarakat semuanya dibunuh dengan kejam n g berprikemanusian. Tujuaannya untuk menghilangkan budaya dan tradisi kamboja yg kemudian akan diganti dengan ajaran dan budaya komunis yg g bertamadun...apakah qt masih mau menerima komunis..??? Apakah qt setuju minta maaf ma komunis bangsat??? Pikirkanlah
Pki emang bejat..bisa bisanya memutar belitkan fakta...peristiwa g 30 s pki bener taw gak ( kbnyakn benernya) adalah kemenangan bagi umat manusia yg beragama..seandanya komunis yg menguasai indonesia mngkin(pasti) penggeconidaan makin ganas n kejam...seperti kamboja yg di kuasai komonis polpot..apa yg terjadi disana..??? Sejarawan, cendiakiawan, guru, sejarwan , tokoh masyarakat semuanya dibunuh dengan kejam n g berprikemanusian. Tujuaannya untuk menghilangkan budaya dan tradisi kamboja yg kemudian akan diganti dengan ajaran dan budaya komunis yg g bertamadun...apakah qt masih mau menerima komunis..??? Apakah qt setuju minta maaf ma komunis bangsat??? Pikirkanlah
Mas, ini adalah pengungkapan fakta secara obyektif, bukan utk mengarahkan siapa yg benar siapa yg salah. Jd sangat tidak relevan klo kalian berkomentar menyudutkan salah satu pihak. Skali lg, ini hanya pengungkapan fakta berdasarkan kesaksian. Be a smart reader bung.....
Post a Comment