Saturday, October 5, 2013

TIONGKOK BERSATU MENYUSURI JALAN SOSIALIS BERCIRI KHAS TIONGKOK

Kolom IBRAHIM ISA Selasa, 01 Oktober 2013 ---------------------------------- TIONGKOK BERSATU MENYUSURI JALAN SOSIALIS BERCIRI KHAS TIONGKOK * * * Pada perayaan Ultangtahun ke-64 Republik Rakyat Tiongkok, 01 Oktober 2013, Perdana Menteri Republik Rakyat Tiognkok, Li Keqiang, menyatakan bahwa "sejak berdirinya RRT dan diterapkannya kebijakan Reformasi dan Keterbukaan, Partai Komunis Tiongkok telah memimpin rakyat dari berbagai etnis di seluruh negeri agar bersatu kompak dan berjuang, maju menyusuri jalan sosialis yang berciri khas Tiongkok, mencapai prestasi besar yang mengundang perhatian seluruh dunia dan meletakkan fondasi kokoh bagi pembangunan masyarakat yang sejahtera”. Tahun lalu, bersama Murti, kami berkunjung ke Tiongkok selama dua minggu, atas undangan “Chinese Association for Friendship With Foreign Countries” -- Perhimpunan Tiongkok untuk Persahabatan dengan Negeri-Negeri Asing. Dari kunjungan tsb kami dapat membenarkan apa yang dinyatakan oleh PM Li Keqiang, bahwa menyusuri jalan sosialis yang berciri khas Tiongkok, selama 30 tahun belakangan ini Tiongkok telah mencapai kemajuan luar biasa, di bidang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan peningkatan kemakmuran rakyatnya. Namun, mereka tidak menutup mata terhdap kekurangan dan kekeliruan yang terdapat dalam proses pelaksanaan politik Reformasi Dan Keterbukaan. Salah satu dampak sampingan politik Reformasi dan Keterbukaan adalah timbulnya perbedaan yang besar antara yang lebih dahulu kaya dengan yang masih miskin. Dinyatakan bahwa selama pertumbuhan ekonomi puluhan tahun belakangan ini sekitar 400 juta rakyat telah mengalami peningkatan nyata dalam taraf hidupnya. Dengan secara terbuka mengakui bahwa salah satu dampak sampingan politik Reformasi dan Keterbukaan adalah timbulnya perbedaan yang besar antara yang lebih dahulu kaya dengan yang masih miskin; maka, selama beberapa tahun belakangan ini salah satu titik berat politik pemerintah adalah dengan berrencana mengejar keterbelakangan pembangunan daerah-daerah Tiongkok yang masih "terbelakang" – khususnya daerah pedalaman, serta memperbesar usaha kesejahteraan rakyat, memperkecil perbedaan antara yang miskin dan yang kaya. * * * Sebagai sesama bangsa Asia yang tergolong negeri Dunia Ketiga, Indonesia dan Tiongkok berkepentingan untuk terus membina hubungan dua negeri yang normal dan sehat, berjuang memperkuat hubungan persahabatan yang didasarkan atas PRINSIP-PRINSIP KONFERENSI BANDUNG (1955). Indnesia yang ekonominya amat tergantung pada luar, dan mengharapkan pada penanaman modal asing untuk pertumbuhan ekonomi negeri, hakikatnya masih menjadi 'embel-émbel' ekonomi kapitalis sejagat. Sedangkan kekayaan bumi dan laut negeri kita lebih banyak dimanfaatkan oleh modal asing. Seyogianya kita bisa menarik pelajaran dari pengalaman Tiongkok, bagaimana melalui kebijakan REFORMASI DAN KETERBUKAAN. mereka bisa memanfaatkan modal asing yang diundang melakukan usaha Tiongkok. Mereka dengan pandai belajar dan akhirnya berhasil menugasai ilmu dan teknologi serta kemahiran pengelolaan dari fihak asing dan dunia, untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat sendiri. Tidak sedikit modal asing yang diundang mengadakan bisnis di Tiongkok, namun ini samasekali tidak menjadikan ekonomi Tiongkok tergantung pada luarnegeri. Melalui kebijakan ekononi yang cerdik, Tiongkok telah berhasil membangun ekonomi negerinya menjadi YANG TERKUAT DIDUNIA setelah ekonomi Amerika Serikat. Selain itu selama dua kali krisis ekonomi kapitalis dunia belakangan ini,Tiongkok adalah salah satu negeri di dunia yang tidak menderita dari krisis itu. Sebaliknya Tiongkok mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya tetap mantap. Suatu hubungan saling mengerti dan saling menghormati serta saling menguntungkan, -- adalah satu-satunya politik luarnegeri yang tepat bagi Republik Indonesia dan Republik Rakayat Tiongkok. * * *

No comments: