Kolom IBRAHIM ISA
Selasa sore, 08 Juli 2014
----------------------------------
BACA ESAY JOSS WIBISONO - "MERASA PERKASA"
MENGGUGAH, MENCERAHKAN DAN MENGESANKAN!
* * *
Terima kasih atas kiriman tulisan ini . . Mas Joss . . . Dengan foto bersama Fitri Nganthi Wani yang . . menarik . . .
Lebih sepuluh tahun yang lalu aku berkenalan dengan putri Widji Thukul ini di rumahnya di Solo.. . .
Sekarang Wani sudah seorang ibu . . . . . . .
* * *
Aku sarankan teman-teman dan pembaca umumnya BACA ESAY JOSS WIBISONO - "MERASA PERKASA"
Aku bisa mengkhayatinya , meskipun kewarganegaraanku dicabut rezim Orde Baru, hampir setengah abad y.l.
* * *
Baca esay Joss !.
Sungguh menggugah, menyemangati, juga mencerahkan . . .
SANGAT LUGU DAN TRANSPARAN
Tidak 'asbun' seperti sementara corat-coret di mailist dan FB.
Good for you JOSS BISONO!
GOD BLESS YOU JOSS!
Selasa sore, 08 Juli 2014
----------------------------------
BACA ESAY JOSS WIBISONO - "MERASA PERKASA"
MENGGUGAH, MENCERAHKAN DAN MENGESANKAN!
* * *
Terima kasih atas kiriman tulisan ini . . Mas Joss . . . Dengan foto bersama Fitri Nganthi Wani yang . . menarik . . .
Lebih sepuluh tahun yang lalu aku berkenalan dengan putri Widji Thukul ini di rumahnya di Solo.. . .
Sekarang Wani sudah seorang ibu . . . . . . .
* * *
Aku sarankan teman-teman dan pembaca umumnya BACA ESAY JOSS WIBISONO - "MERASA PERKASA"
Aku bisa mengkhayatinya , meskipun kewarganegaraanku dicabut rezim Orde Baru, hampir setengah abad y.l.
* * *
Baca esay Joss !.
Sungguh menggugah, menyemangati, juga mencerahkan . . .
SANGAT LUGU DAN TRANSPARAN
Tidak 'asbun' seperti sementara corat-coret di mailist dan FB.
Good for you JOSS BISONO!
GOD BLESS YOU JOSS!
* * *
JOSS WIBISONO:
“Merasa
Perkasa” ,
06 Juli 2014
Hari ini 5 Djuli
2014,
saat berlangsung tjoblosan di KBRI Den Haag, diriku tiba2
merasa perkasa, perkasa sekali. Perkasa karena ternjata diriku
diminta untuk menentukan nasib empat orang jang ber-tjita2
memimpin negeriku. Untuk tjita2 itu betapa mereka
sekarang
begitu tergantung pada suaraku. Memang bukan suaraku semata,
tapi
paling sedikit suaraku ikut menentukan berhasil tidaknja
mereka
mentjapai tjita2 itu. Kesadaran inilah jang
membuwatku
merasa perkasa.
Tak pernah aku punja
perasaan seperti ini. Dan harus kuakui bahwa setelah orde bau
bubaran
baru pertama kali ini aku dengan sadar menentukan pilihanku.
Selama
orang kuwatnja berkuwasa tak pernah aku sudi ikut pemilu.
Seingatku
hanja pada pemilu 1999 aku memberikan suara. Waktu itu aku
ikut
pemilu lantaran tidak mau Golkar kembali berkuwasa. Djadi
bukan
lantaran aku benar2 mendukung PDIP, partai jang
waktu itu
kutjoblos.
Tapi sekarang beda
sekali.
Sekarang ini, tatkala aku memberikan swara untuk keduwa
kalinja dalam
hidupku, aku sadar sekali siapa pilihanku. Jang djelas aku tak
mau
mengchianati Fitri
Nganthi
Wani dan Mugiyanto
Sipin jang Kamis 3 Djuli kutemui di Amsterdam. Tentu
djuga Fajar
Merah jang belum pernah kutemui dan ibu mereka Sipon.
Begitu pula diriku
tak
ingin mengchianati Nezar
Patria, Raharja
Waluya
Jati, Faizol Riza, dan Aan
Rusdianto jang pada hari itu djuga, di tanah air,
mengumumkan
surat terbuka kepada Jokowi dan Jusuf Kalla. Kepada keduwanja
mereka
menghimbau supaja membereskan masalah orang hilang kalau
terpilih
sebagai presiden dan wakil presiden.
Mendengar penuturan
Wani
tentang nasib keluwarganja ketika ajah tak ketahuan lagi
rimbanja,
betapa diriku merasa sangat tidak berdaja.
Kubajangkan zaman di
Salatiga, ketika sering gujonan dengan Wiji Thukul, bahkan dia
ku-budjuk2 supaja ikut kuliah dosenku, sebagai
pendengar.
Sekarang ternjata ada orang jang menjatakan bahwa penjair Wiji
Thukul
sebenarnja masih hidup tjuma dia telah menggunakan djati diri
lain.
Apa jang bisa kuperbuwat menghadapi orang jang tidak punja
hati ini?
Belum lagi memikirkan 12 orang lain jang sampai sekarang belum
djuga
kembali, seperti Wiji Thukul, ajah Wani dan Fajar, suami
Sipon.
Betapa diri ini
lunglai
tak berdaja, tak bisa berbuwat apa2.
Tiba2
ketidakberdajaan itu hilang ketika tanganku menggenggam surat
swara.
Inilah saatnja kutentukan pilihanku. Dan djelaslah siapa jang
kupilih. Aku memilih Ir
H Joko Widodo dan Jusuf
Kalla: bukan hanja karena aku tak mau mengchianati
teman2
jang pernah ditjulik dan keluarga mereka. Aku memilih tjapres
nomer
duwa ini djuga karena aku berharap masalah teman2
ini akan dibereskan. Lebih dari itu, aku memilih mereka untuk
membuktikan keperkasaanku terhadap tjapres pertama.
Sekarang aku tak
sabar
lagi menunggu Rabu 9 Djuli mendatang ketika hasil pemungutan
suara
akan diumumkan. Aku sangat berharap pilihanku adalah djuga
pilihan
sebagian besar elektorat tanah air. Dengan begitu aku akan
bisa
berkata pada diriku sendiri bahwa, kalau terpilih, tjapres
keduwa ini
adalah djuga pilihanku. Dia presiden pilihanku, presiden
kebanggaanku.
* * *
No comments:
Post a Comment