*IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita*
*Rabu, 03 Maret 2011*
----------------------------------------------------
*KARLINA, BUAH HATIKU TERSAYANG! *
*< IN MEMORIAM KARLINA HERAWATY DJAMAN (7/11/1961-26/2/2011) >*
Demikianlah S. Nurdianty, Ibunda Karlina Herawaty Djaman, memulai kata perpisahannya dengan putrinya, *BUAH HATIKU TERSAYANG! *
Karlina Herawaty Djaman meninggal dunia pada tanggal 26 Februari 2011 y.l. Hari Rabu, tanggal 03 Mret 2011, Ruang Duka Aula Crematorium De Nieuw Ooster, Kruislaan 126, Amsterdam penuh sesak dengan putri-putrinya, menantu cucu, para sahabat dan kenalan ibu dan ayahnya nya Noor Djaman, penulis dan mantan pemimpin redaksi sebuah surat kabar di Kalimantan, dalam tahun 1960-an. Juga hadir para sahabat dan kenalan Karlina, baik yang di kantornya, maupun sahabatnya sejak dulu. Beberapa diantara hadirin terpaksa berdiri di bagian belakang.
Begitu hening, begitu hikmat, sedih dan demikian mengharukan mendengarkan ucapan “Selamat Tinggal” Bunda S. Nurdianty kepada Karlina, putrinya tercinta.
Kita, ikut berdukacita, mengucap belasungkawa, semoga keluarganya yang ditinggalkan tabah menghadapi masa-masa yang sedih ini.
Di bawah ini selengkapnya curahan hati S, Nurdianty:
* * *
”*BUAH HATIKU TERSAYANG”*
Kukandung sembilan bulan lamanya.
Lahir betapa gembira dan bahagiaku.
Kutimang dan kusayang, kubelai rambutmu yang hitam lebat hingga dewasa.
Sifatmu yang penuh kesabaran dan kehalusan dalam kata.
Cintamu yang mendalam pada seluruh keluarga telah tertanam dan tumbuh subur pada segenap hati kita.
Bila terjadi kekeliruan dalam menghadapi kesalah-pahaman kau telah menyatakan contoh sekeluarga semua bisa terjadi; karena akibat pikirkan berhati-hati baru dapat jawaban yg pasti. Untuk ini sekarang Mama sungguh kehilangan sandaran.
Dengan tak terduga-duga tiba-tiba dirimu telah direnggut oleh derita kesakitan yang luar biasa. Sekalipun demikian kau telah menerima kenyataan dengan penuh kesadaran.
Kau telah katakan pada Mama, ”Demi cintanya seluruh keluarga pada diriku maka aku akan bertahan. Namun, dalam kenyataan kau tak mampu lagi untuk memenuhi keinginanmu.
Kini kau telah pergi untuk memenuhi panggilan untuk kembali ke tempat asalmu, yang bebas dari derita kesakitan. Untuk pergi jauh. Mamapun tak akan dapat menemukan jejak langkahmu, dan tak akan lagi mendengar dering telepun ucapan *selamat malam, I love you, cium sayang*, yang selalu kau lakukan setiap malam sebelum tidur.
Selamat jalan sayangku, selamat jalan sampai jumpa di alam baka.
* * *
*Para Teman Sejawat, Sekantor ABN-AMRO Bank*
Yang kenal baik dan punya kenang-kenangan amat berkesan tentang Karlina sebagai sahabat yang menyenangkan, di tempat pekerjaannya di ABN-AMRO Bank, mengutarakan rasa sedih dan kehilangan mereka, dalam kata-kata duka yang diucapkan (dalam bahasa Belanda) atas nama sahabat-sahabat rekan Karlina di ABN-AMRO Bank.
Rekan-rekan dan sahabat Karlina tsb mengutarakan a.l kesedihan mereka dan merasa kehilangan dengan meninggalnya Karlina. Duabelas tahun lamanya mereka bekerja bersama mengenal Karlina sebagai orang yang pendiam dan suka bekerja keras, serta teguh mempertahankan pendapat dan pendiriannya. Mereka terkesan sekali mengenal Karlina sebagai manusia-keluarga, yang amat memperhatikan orangtua, kakak dan adiknya serta kemenakan-kemenakannya. Yang dalam kehidupan sehari-hari gemar olahraga badminton, serta aktif ambil bagian dalam turné yang dilangsungkan oleh keluarga karyawan ABN-Amro Bank.
Di bawah ini selengkapnya teks dalam bahasa Belanda, ucapan selamat tinggal rekan-rekan dan sahabat Karlina yang diucapkan dalam bahasa Belanda.
* * *
Lieve Karlina, lieve familie, lieve aanwezigen,
Gevoelens van verdriet opschrijven is moeilijk, gevoelens van verdriet aan papier toevertrouwen na het overlijden van Karlina vind ik heel moeilijk.
Een ruime 12 jaar was Karlina onze collega bij de ABN-AMRO Bank NV, begonnen op het IPC aan het Rembrandtplein en eindigend op de afdeling Bewindvoering. Karlina was een rustige collega, geen prater maar meer een werkster. Karlina had een eigen mening en als ze ergens voor stond, dan dield ze zich er ook aan, ze was standvastig. Karlina had haar groepje met collega veriendinnen al snel gevonden en met die collega's ging ze nu nog om. Dat zegt ook iets over haar trouw. Sportief was Karlina ook en dan vooral met badmintonnen. Tijdens een aafdeling toernooi van de bank kon je zien hoe fanatiek ze het beoefende en dat waren we eigenlijk niet van haar gewend, maat het was wel mooi om te zien.
Naast dat wij Karlina zullen missen als collega en vriendin, zal haar familie haar heel erg gaan missen. Karlina was een echt familiemens die zich wegcijverde om haar avader en haar moeder te verzorgen. Iedere donderdag en in het weekend stond ze voor hen klaar. En ze ging altijd met plezier naar haar zus en zwager in Almere en naar haar zus en zwager en neefjes in Parijs.
Vorig jaar wilde ze nog naar Indonesië op vakantie naar haar roots, maar haar ziekte zorgde er voor dat dat niet doorging. En Karlina maakte zelfs al plannen om in februari van dit jaar nog naar Parijs te gaan om haar zus te bezoeken. Ze bleef optimistisch maar helaas, haar ziekte liet het niet meer toe.
In november rond Karlina's 49ste verjaardag is ze nog lekker uit eten geweest met Fun, Onh en Romana en daar verheugde ze zich erg op, weer iets anders om over te denken en te ondergaan dan haar ziekte.
Op tien februari waren Fun, Romabna en ik nog bij Karlina op bezoek, en het deed ons pijn om te zien hoe ze streed tegen de pijn en hoeveel moeite Karlina moest doen om voldoende lucht te kirjgen. Dan zit je naar haar bed, machteloos, Karlina graag willen helpen, maar niets kunden doen, dat doet pijn.
Karlina was veel te kort op deze wereld, door een ziekte die niet te overwinnen was. We zullen haar allemaal heel erg missen.
Steun en help elkaar in het dragen van dit grote verlies en dit grote verdriet.
Karlina rust zacht,
Amsterdam, 2 maart 2011.
Wednesday, March 2, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment