Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 13 Juli 2011
----------------------------
AFGHANISTAN TERCINTA , DI HATI
JULIA ZAHIDI
Menurut rencanaku artikel berikutnya – dalam rangka RENTETAN CATATAN KUNJUNGAN KE INDONESIA, adalah sekitar PERTEMUAN DI “LIPI”.
Pada tanggal 19 Juni, 2011, muncul 'surprise' yang menggembirakan . Diundang oleh “LIPI”, Bg Pusat Penilitian Politik, Jakarta. Untuk berbincang-bincang. Yang berlangsung pada tgl 21 Juni 2011, di kantor LIPI, Jalan Gatot Subroto No 10, Jakarta.
Kesan pertemuan tsb cukup mendalam. Bertukar fikiran dengan Peneliti Senior LIPI Asvi Warman Adam (perkenalan awal di rumah Mintardjo, Leiden, ketika Asvi sedang melakukan riset di sana), --- dengan Kepala Bidang Perkembangan Politik Lokal, LIPI, sahabat-lamaku Muridan S. Widjojo (berkenalan di Leiden, di rumah Mintardjo, ketika Muridan sedang menggeluti studi untuk Ph.D, dengan tema Maluku/Papua) dan dengan banyak cendekiawan muda lainnya.
* * *
Sebelumnya Bonnie Triyana, pemimpin HISTORIA ONLINE, jauh-jauh hari telah memberitahukan kepadaku, bahwa teman-teman, sejarawan-sejarawan dan penulis muda yang sehari-hari sibuk mengelola Hitoria Online, ingin mengadakan silaturahmi dan cakap-cakap di kantor mereka. Dan pertemuan itu telah meninggalkan kesan mendalam padaku. Dengan sendirinya, pasti disampaikan kepada pembaca.
* * *
Last but not least, aku berkunjung ke Arsip Nasional diantar oleh salah seorang archivares, Kala Yahya, untuk 'mengagumi', suatu ruangan baru di Arsip Nasional, Dio Rama Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia. Benar-benar impressif. Dirancang dan dibuat oleh mahasiswa-mahasiwa ITB. Modern dan canggih. Catatanku mengenai kunjungan ke Dio Rama Sejarah Perjalanan Bangsa Arsip Nasional RI, -- dan
* * *
Dalam pada itu, aku menerima kiriman serangkum sajak dari JULIA GHANI ZAHIDI. Julia adalah seorang wanita Afghanistan yang kini bermukim di Toronto, Canada. Sajaknya mengenai ´bocah-bocah´ AFGHANISTAN , begitu menyentuh hati, mengesankan, mengharukan, -- -- tetapi juga memberikan alternatif haridepan yang jelas. Sehingga hati tergugah untuk ´men-sharekan´nya dengan pembaca. Mudah-mudahan pembaca terdorong untuk mengenal lebih lanjut Afghanistan dan rakyatnya.
Belum lama terbit sebuah novel oleh seorang penulis Afghan, Khalid Hosseini, berjudul “The Kite Runner” (2003). Setelah novel pertama ini, terbit yang kedua berjudul “A Thousand Splendid Suns”, (2007). Novel ini jadi bestseler di Inggris (2008).Kalau tak salah ada edisi Indonesianya. Novel Khaled Hosseini yang kedua, berlatar belakang situasi Afghanistan yang dilanda kekerasan dan penderitaan.
Membaca novel-novel Khaled Hosseini kiranya akan bisa membantu mengkhayati makna sajak-sajak Julia Zahidi.
* * *
Julia mengisahkan kesedihannya. Hatinya piliu, seperti di sayat-sayat oleh kekekerasan dan penderitaan yang menimpa rakyat Afghanistan, tanah air Julia tercinta.
Bertolak dari asumsi bahwa pembaca umumnya faham bahasa Inggris, maka sengaja sajak Julia Zahidi di bawah ini tidak kuterjemahkan. Tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, selain dengan pertimbangan untuk mempertahankan ke-asliannya, juga aku tidak punya pengalaman sedikitpun menterjemahkan sajak.
Mari kita resapi sajak Julia Ghani Zahidi. Yang kebetulan adalah seorang adik perempuan menantu kami, Homayun Zahidi.
* * *
Play Ground!!
Wednesday, 29 June 2011 at 05:55
Play Ground!!
Don’t cry Afghan baby,
Tears mean nothing
You’ll learn to:
Drink your tears
Swallow your pain
**
You will grow
More tears will flow
You will know
That you are made of snow
Forced to sit under the sun’s glow
**
Your first words
Will spell blood
Will sound terror
Will spread fear
Will taste failure
**
You will take your first steps
To run for your life
To look for a knife
To be able to survive
To live among strife
* *
Your play ground will have
The merry-go-round of
Violence,
The Roller costar of,
Terror
The swing of,
Vengeance
The ferris- wheel of,
Agony
* *
Your first hard work would be
To bury your father,
Cover the body of your mother
Erase the image of your raped sister
In the grave yard of,
Your loved ones
* *
Don’t cry Afghan baby,
Tears mean nothing
You’ll drink your tears
You’ll swallow your pain
* * *
You will be taught
How to kill
When to kill
Who to kill,
And
When to end your life
* *
Because,
The land and people
Have been infected by
The super bug of revenge
Aids of tribal nationalists
Liver cancer of disarray
The plague of greed
* *
we all cried to have,
Love and harmony
Warmth and serenity
Country in complete safety
And to be able to;
Show the world our unique identity!!
* *
Hence,
Till we accept our illness
Till we are fully cured,
We just need to drink our tears
And
Swallow our pain…
No comments:
Post a Comment