IBRAHIM ISA
Jum'at, 10 Februari 2010
-------------------------------
IN MEMORIAM A. SUPARDI ADIWIJAYA
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI'UN !
Sahabat baikku, A. Supardi Adiwijaya, telah berpulang ke Rakhmatullah, pagi ini jam 11 siang. Keluarganya dan kita-kita ini, semua merasa kehilangan. Kehilangan seorang sahabat yang tekun melakukan tugasnya sebagai Redaktur-Senior Rakyat Merdeka jauh dari tanah-air. Masalah-masalah penting menyangkut hubungan Indonesia-Belanda, seperti belakangan ini sekitar kasus RAWAGEDE, dengan sigap dan cepat dilaporkannya. Demikian halnya, a.l yang bersangkutan dengan kasus Rawagede, sekitar poroses dan keputusan Pengadilan Den Haag yang membenarkan tuntutan para janda korban Pembantaian Rawagede, oleh tentara Belanda (1947).
* * *
Bila jumpa dengannya, dimana saja, Bung Supardi selalu menyinggung situasi tanah air dan mencanegara. Ia selalu bicara dengan gairah dan bersemangat begitu pembicaraan mengenai perjuangan bangsa. Bicara bersangkutan dengan Indonesia, Bung Supardi berkali-kali menyatakan kepadaku: “
Bung, saya ini, seharusnyanya kan berada di tanah air Indonesia tercinta. Bersama rakyat melakukan perjuangan demi Reformasi, Demokrasi,Keadilan dan Kemakmuran bagi seluruh rakyat”.
“Tetapi karena saya seorang Sukarnois, paspor saya dicabut oleh rezim Orba, selain juga oleh keadaan pengurusan keluarga mengharuskan saya bersama mereka ketika itu, maka saya tidak bisa pulang”. Tetapi, kata Supardi: Dimana saja kita berada, di dalam atau di luarnegeri, bukankah, yang penting adalah memberikan sumbangan menurut kemampuan dan kondisi dalam perjuangan bangsa kita untuk Reformasi, Demokrasi dan pemberlakuan HAM di Indonesia.
Ya, kataku, yang penting adalah ambil bagian kongkrit dalam kegiatan itu. Kegiatan demi perjuangan, dari dulu selalu memerlukan usaha bersama, dimanapun kita berada. Dengan pengertian bahwa yang terutama perjuangan itu dilakukan di Indonesia bersama rakyat.
Ya, kata, Supardi. andil dalam perjuangan ini besar atau kecil, semua itu diperlukan.
* * *
Menuliskan keprihatin mereka, ketika mendengar berita Bung Supardi kena serangan jantung, --- rekan-rekan junior Bung Supardi, di s.k. Rakyat Merdeka menulis: Kami memang merindukan koreksi-koreksi tajam yang hampir setiap hari diutarakannya via telepon. Dalam tiap kesempatan itu, tidak pernah tidak, Pak Pardi menegaskan, "Saya terus pantau dari sini, tetap semangat ya!" .
Pengawasan Pak Pardi yang terus menerus dari jarak ribuan kilometer, membuat kami para juniornya senantiasa terjaga. Di belahan bumi sana, ada pria tua necis yang tidak pernah putus memberikan inspirasi dan teladan.
Keteguhan sikap yang pasti tertangkap dengan mudah oleh siapapun yang pernah bertemu dengannya,
* * *
Bung Supardi juga ambil bagian aktif dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kegiatan yang bersifat patriotik yang dilakukan oleh pelbagai organisasi orang-orang Indonesia di Belanda dan Eropah, khususnya yang dilakukan oleh Perhimpunan Persaudaraan di Belanda. Dan ini selalu dilaporkan oleh Bung Supardi di surat kabarnya.
Dalam rangka mempromosi budaya dan kesenian Indonesia, Bung Supardi, aktif mendampingi putrinya, Agustina, yang giat sekali ambil bagian menyemarakkan peringatan-peringatan Hari Nasional 17 Agustus dsb dengan tari-tarian Indonesia yang dikuasai Agustina secara profesional.
* * *
Bung A. Supardi Adiwijaya telah tiada. Kita ikut berbelasungkawa bersama keluarganya dan mengharapkan keluarga yang ditinggalkan tabah melalui hari-hari duka ini.
Semoga arwah Bung A. Supardi Adiwijaya, diterima TUHAN YANG MAHA ESA, di sisi Beliau. Amien.
* * *
No comments:
Post a Comment