IBRAHIM ISA
Jum'at, 17 Februari 2012
<http://ibrahimisa.blogspot.com/
PUISI-PUISINYA FITRI NGANTHI WANI – Putrinya Widji Thukul - ( 4 )
Ini rentetan ke-empat, tulisan sekitar buku FITRI NGANTHI WANI – putrinya Widji Thukul, berjudul “SELEPAS BAPAKKU HILANG” -- yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah dan Etika Politik (Pusdep) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2009). Kukirmkan khusus artikel tsb kepada sahabat karibku Prof Dr Baskara Wardaya, yang kini sedang berkarya di Amerika.
Signifikan sekali, ----- apa yang disampaikan Prof Dr Baskara Wardaya kepadaku a.l sbb:
“Ketika buku "Selepas Bapakku Hilang" itu kami luncurkan di TIM Jakarta, yang hadir ada banyak sekali. Salah satunya adalah penyanyi Iwan Fals. Terkesan oleh puisi-puisi Wani beliau menggubah sebuah lagu berdasarkan puisi Wani yang berjudul "Pulanglah, Pak".
“Dan ternyata lagu itu ada di YouTube... Sayang sekali ini hasil rekaman biasa, sehingga kurang tampak profesional. Namun setidaknya bisa memberi gambaran.
Silakan klik link nya http://www.youtube.com/watch?v=rJ52WxzjovU
Ada juga yang ini: http://www.youtube.com/watch?v=AIaAsWVTTMk
* * *
Dalam kolom ini disiarkan selanjutnya tiga rangkum lagi puisi WANI dari Buku “SELEPAS BAPAKKU HILANG” -- Puisi-Puisi Fitri Nganthi Wani, yaitu:
IMPIAN MASA KECILKU, --
BERIKAN AKU KEADILAN, dan
RENUNGAN INDAHNYA PERBEDAAN
* * *
IMPIAN MASA KECILKU
(bila hujan sturun)
Bila hujan turun
Aku ingin membangun gedung tuk berlindung
Aku ingin daerah yang sering banjir
Kubangun gedung tuk berlindug
Aku ingin mereka gembira
Dari hujan yang membawa bencana
Bila hujan turun
Aku selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa
Agar menghentikan bencana
Apakah Tuhan marah?
Karena banyak orang serakah
Karena banyak orang menjarah tanah
Banyak orang menjadi miskin kehilangan tanah
Bila hujan turun
Aku ingin Tuhan menyadarkan orang-orang tak
berperikemanusiaan
Orang-orang yang selalu ingin menang
Bila hujan turun
Aku ingin Tuhan mengabulkan doaku
22 Desember 2000
BERIKAN AKU KEADILAN
Saat ini malam kian sepi
Mataku tak sanggup terpejam
Pikiranku kacau, membayang masa-masa itu
Masa rumahku digrebeg polisi
Karena bapakku terlampau berani
Suarakan nasib rakyat dalam puisi
Aku juga terngiang
Kala ibuku mati-matian berjuang
Demi kehidupan kami
Demi kehidupan kami ia berdagng pakaian
Lari sana lari sini
Demi kehidupan yang lebih berarti
Kini sekian tahun sudah bapakku menghilang
Keluargaku tak lengkap, ibuku banting tulang
Dengan peluh-peluh asanya ibu dapatkan uang
Akupun teringat adikku
Ia relakan sepedanya untuk modal ibu
Namun selalu ceria hadapi masa kanak-kanaknya
Tuhan, aku tahu inilah cobaan
Lewat penguasa yang kikir dan hidup senang
Keluargaku terinjak penuh kesedihan
Tuhan, bisikkan pada nurani mereka
Tuk berikan keluargaku
Keadilan yang sempurna . . .
3 Februari 2001
RENUNGKAN INDAHNYA PERBEDAAN
Mata ini menatap gerombolan bocah cilik
Membuat bibir ingin tersenyum
Namun sekejap djiwaku terhenjak
Mendengar kata-kata keluar dari mulut mereka
“Bantai Yahudi Sekarang Juga”
Mereka bocah seusiaku
Yang mungkin tak tahu maksud kata-kata itu
Mengapa mereka terperdaya?
Hujan lebat angin menggelebat
Menerbangkan peringtgn pada kita
Apa gunanya Islam bila hati kita masih kelam?
Apa gunanya Katholik bila sifat masih picik?
Apa gunanya Hindu bila pertengkaran jadi candu?
Apa guna semua bila kita tak bisa bersatu?
Semua memang berbeda tapi pun sama
Semua tertuju pada Tuhan
Memuliakan namaNya
Yang kan terlihat indah
Bila semua agama
Mau saling menerima
12 April 2002
* * *
No comments:
Post a Comment