Sunday, February 19, 2012

SEMANGAT TOLERAN PEMELUK ISLAM INDONESIA

Kolom IBRAHIM ISA

Minggu, 19 Feb. 2012

---------------------------


MANIFESTASI JIWA dan SEMANGAT TOLERAN PEMELUK ISLAM INDONESIA


Permulaan kalimat-kalimat berikut ini dimaksudkan sebagai 'warming-up'. Untuk memasuki masalah yang tercantum di dalam kalimat-kalimat berikut ini. Yaitu:


Mesjid Istiqlal Jakarta” adalah Manifestasi Jiwa Toleran Pemeluk Islam Indonesia.


* * *


Lakum Dinukum Waliadin” … Artinya “Bagiku Agamaku, Bagimu Agamamu”. Kalimat-kalimat yang dicuplik dari Al Quran ini sering dikutip. Maksudnya menunjukkan bahwa, sesungguhnya Tuhan YME telah memberikan petunjuk kepada ummatnya. Apa petunjuk itu? Yaitu, untuk berpegang pada agama sendiri, dan membiarkan yang beragama lain, beribadah menurut keyakinannya masing-masing.


Perhatikan! – Ketika agama Islam diturunkan, di dunia ini sudah banyak pemeluk agama lainnya. Seperti pemeluk agama Hindu, Budha, ajaran Kong Hutju, Kristen, agama Yahudi,dan banyak keyakinan serta kepercayaan lainnya. Maka petunjuk yang berbunyi “LAKUM DINUKUM WALIADIN”, adalah yang paling sesuai dengan kenyataan kehidupan ketika itu. Memanifestasikan toleransi. Hidup berdampingan secara rukun dan harmonis sebagai insan di bumi ini.


* * *


Benarkah catatan ini: Bahwa lebih banyak dari kalangan pemeluk agama non-Islam yang mengutip ayat-ayat Al Quran tsb. Kebetulan aku sendiri pernah mendengar ceramah seorang pendeta Kristen Protestan, asal Afrika. Ia mengomentari konflik-konflik kekerasan yang terjadi antara sebagian kaum Kristiani dan sebagian kaum Muslim di Nigeria. Yang itu, disebabkan pemikiran dan pengalaman di kedua belah fihak sekitar tekanan dan ancaman oleh masing/masihfihak. Bahkan sampai terjadinya kekerasan dan pembunuhn di antara mereka. Sang pendeta menekankan bahwa ajaran Kristus adalah mengemban dan menyebarkan CINTA da DAMAI DI BUMI ini. Sedangkan dari fihak Islam, sang pendeta mengingatkan bahwa salah satu ajaran Islam adalah “Lakum Dinukum Waliadin”.


Ketika itu memang belum lama terjadi pemboman atas Manhattan Towers, New York, yang membawa korban kurang lebih 3000 jiwa. Lalu pemboman yang terjadi dimana-mana, a.l di Bali. Yang menimulkan koraban tewas ratusan orang. Oleh pelakunya dinyatakankan atas nama agama Islam.


* * *


GUS DUR DAN SEMANGAT TOLERANSI


Namun di negeri kita, Indonesia tercinta, yang mayoritas mutlak penduduknya beragama Islam, ada seorang tokoh agama dan politik, yang sering mengingatkan masyarakat dan bangsa pada jiwa dan semngat toleransi bangsa, sesuai dengan ayat-ayat Al Quran tsb. Tak ada tokoh politik dan agama lainnya yang lebih sering dan secara terus menerus melakukannya, seperti yang dikerjakan oleh mantan Presiden RI ke-Empat, Abdurrahman Wahid. Beliau mengkhotbahkan toleransi dan saling menghormati antar agama yang berbeda-beda.


Manifestasi paling gamblang dari imbauan dan seruan Gus Dur, serta yang kongkret dilaksanakannya, ialah: Perlakuan yang adil sesuai Konstitusi Negara Republik Indonesia, terhadap golongan minoritas di negeri kita. Selama pemerintah Presiden Abdurrahman Wahin, telah dihapuskan perlakuan dikriminasi rasialis terhadap warga Indonesia berasal keturunan Tionghoa.

Beliau telah menghapuskan sejumlah kebijakan dan aturan rezim Orde Baru Suharto yang mendiskriminasi dan mempersekusi warganegara keturunan Tionghoa di Indonesia, sampai-sampai menekan mereka untuk mengganti namanya segala! Juga adalah Presidan Gus Dur yang memulihkan kembali perayaan Imlek dst.


Juga terhadap minoritas agama, seperti pengikut aliran Ahmadiyah. Gus Dur menganjurkan bersikap toleran dan adil, karena mereka dilindungi oleh Konstitusi Negara. Beliau menekankan bahwa Islam bersikap toleran terhadap agama lainnya! “Selama saya masih hidup, saya harus membela hak hidup anggotga-anggota Muhammadiyah, atas dasar Konsittusi”, kata Gus Dur.


Demikian konsistennya Gus Dur mengenai keharusan umat Islam toleran terhadap agama lain, sehingga di luarngeri beliau dijuluki sebagai “Nabi” , “Prophet” yang selalu mengajarkan toleransi dan harmoni antar-agama, serta bersikap saling menghormati terhadap agama masing-masing.


Prof. Mudathir A. Rahim dari International Institute of Islamic Thought and Civilization, Malaysia,

pernah menjuluki Gus Dur sebagai tokoh kuat yang telah membantu memberikan pengertian yang benar tentang Islam. Prof A. Said dari Universitas Melbourne menyatakan: Wahid telah memainkan peranan kunci dalam mengkontekstualkan semangat universal dari Al Qur'an. Beberapa cendekiawan internasional lainnya menyatakan apriasi dan penghormatan mereka terhadap Gus Dur. Karena beliau tak jemu-jemunya, sebagai guru-bangsa, mengajarkan toleransi dan harmoni dalam kehidupan pelbagai agama dan keyakinan hidup lainnya.


Sejak meninggalnya Gus Dur, disayangkan di kalangan pemimpin agama dan tokoh-tokoh politik dewasa ini, boleh dibilang tak ada yang konsisten membela semangat dan jiwa toleransi banga.


* * *


Tibalah kita pada contoh lainnya, yang begitu gamblang dan menonjol mengenai SEMANGAT DAN JIWA TOLERAN BANGSA INDONESIA, berkenaan dengan hubungan pelbagai agama.


Contoh dan kesaksian menonjol tsb adalah dibangunnya MESJID ISTILAL JAKARTA. Tidak terduga bahwa perancang tempat ibadah Islam terbesar di Asia Tenggara adalah seorang bergama Kristen, bernama Frederick SILABAN.


Dari kenyataan itu bisa dilihat pelbagai segi yang menonjol dari kesedaran beragama dan jiwa toleran bangsa dari pelbagai tokoh agama Isalm serta politik ketika itu. Di satu fihak Presiden Sukarno pribadi turun tangan dalam kegiatan pembangunan MESJID ISTIQLAL, Beliau duduk dalam panitianya dan juga dalam dewan juri yang memilih rancangan arsitek mana yang akhirnya dipilih. Dan mereka memilih seorang SILABAN yang beragama Kristen. Bukankah ini menunjukkan semangat toleran dan jiwa persatuan bangsa yang amat menonjol?


Di lain fihak bisa disaksikan betapa jiwa dan semangat toleran dan persatuan bangsa dari arsitek SILBAN. Ia beragama Kristen, tapi ambil bagian langsung dan aktif sekali dalam pembngunan sebuah tempat beribadah yang beragama ISLAM, yang lain dari agamanya sendiri.


Segi lainnya: Mesjid Istiqlal Jakarta dibangun tidak jauh dengan Gereja Katolik KATEDRAL. Hal ini menunjukkan atau hendak menunjukkan kepada bangsa, tanah air dan mancanegara, bahwa bangsa Indonesia benar-benar berjiwa dan besemangat TOLERAN antara pelbagai agama yang berbeda. Suatu perlambang harmoni antar ummat!


* * *


Maka tindakan intimidasi, kekerasan an penganiayaan sampai-sampai melakukan pembantaian dalam kehidupan beragama, adalah BERTENTANGN SAMASEKALI dengan semangat dan jiwa toleran dan harmoni antara sesama ummat. Yang telah dibina dan dibela, menjadi pendirian tradisionil bangsa Indonesia!


* * *




















No comments: