Saturday, April 14, 2012

Mantan Diktator JORGE VIDELA Ngaku

Kolom IBRAHIM ISA

Sabtu, 14 April 2012

-----------------------------


Mantan Diktator JORGE VIDELA Ngaku BUNUH 8.OOO Penentangnya, Yang “KIRI” dan Marxis.


Weekend” ini media mancanegara disuguhi berita yang bisa dianggap sebagai suatu “kejutan”. Karena yang dikabarkan itu adalah “pengakuan” Jorge Videla, seorang mantan diktator Argentina dan salah seorang pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan <”|crime againts humanity”>, pelanggar HAM paling besar di Argentina, pada tahun tujuh-puluhan. Sayangnya Videla memberikan pengkuan itu setelah Pengadilan Argentina memvonisnya hukuman SUMUR HIDUP, dan setelah ia mringkuk dalam penjara.


Namun, dibandingkan dengan situasi para jendral dan aparat Indonesia yang melakukan kejahatan serupa tetapi dalam skala dan taraf kebiadabannya melebihi apa yang terjadi di Argentina, --- maka “pengakuan” Videla itu suatu kemenangan bagi pejuang dan aktivis demokrasi dan HAM di Argentina dan di mancanegara.


Kejutan” yang dimaksud adalah -- “pengakuan” Jorge Videla, bahwa antara 1976 s/d 1983, selama 7 tahun, ia TELAH MEMBUNUH 8000 ORANG. Kantor Berita ANP yang melaporkan dari Buenos Aires, ibukota Argentina, memberitakan bahwa ini adalah pertama kalinya Videla bicara mengenai pembunuhan terhadap penentang-penentang rezimnya. 'Pengakuan” Videla tsb dilakukannya di dalam sebuah buku yang ditulis oleh jurnalis Argentina Ceferino Reato. Buku itu akan terbit hari ini. Menurut Videla mayat korban tsb dikubur (secara diam-diam) atau dimusnahkan untuk mecegah munculnya protes dari dalam dan luarnegeri. Menurut penerbit buku Cefferino Reato, wawancara dengan Videla berlangsung di penjara.


Jorge Rafael Videla, mantan Presiden Argentina, adalah orang paling bertanggungjawab atas persekusi dan penglikwidasian lawan-lawanpolitiknya, yang umumnya terdiri dari kekuatan demokratis/progresif Kiri, telah dijatuhi hukuman seumur hidup (22 Desember 2010).


* * *


(Berikut ini adalah uraian yang kutulis pada tanggal 05 April 2011, sebagai latar belakar peristiwa,

dipublikasikan lagi dengan sedikit pengeditan).


Dalam tahun-tahun 70-an dan 80-an abad lalu, Amerika Latin dilanda
persekusi dan teror-junta-militer Kanan. Aksi-aksi teror tsb dikordinasi
oleh suatu badan yang terkenal dengan nama “OPERATION CONDOR”, yaitu
aliansi junta-militer Kanan Amerika Latin. Gembong-gembongnya adalah
Jorge Rafael Videla dari Argentina dan Pinnochet dari Chili. Badan
intelejen AS, CIA langsung terlibat dalam operasi ini . Media Amerika
Latin mengungkapkan bahwa kaum teroris Kanan AL itu memperoleh latihan
militer dan intel di pusat pelatihan CIA di Fort Benning, AS. Tujuan
'Operation Condor' adalah berkordinasi dalam mempersekusi dan
melikwidasi kekuatan demokratis-progresif di masing-masing negeri ketika
itu.

“Operation Condor” telah mempersekusi, menteror sekitar 400.000
warganegara.Termasuk 50 sampai 60 ribu yang dibunuh. Empatpuluh ribu
orang yang 'hilang'. 'Operation Condor' atau 'Plan Condor' formalnya
didirikan untuk melawan 'subversi dari luar' terhadap Amerika Latin.
Dalam susana strategi 'Perang Dingin' AS, 'Operation Condor' dalam
praktek adalah suatu persekusi dan teror terhadap golongan rakyat yang
beraliran Kiri, progresif dan Marxis, meliputi pemimpin dan anggota
serikat buruh, anggota Partai Sosialis, cendekiawan, seniman atau
golongan lainnya.

* * *

Seiring dengan tegaknya demokrasi dan berdirinya pemerintahan yang
progresif, pemerintah Argentina telah menjatuhkan hukuman seumur hidup
terhadap Jorge Rafael Fidela, diktator Argentina tahun tujupuluhan abad
ke-20. Ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2010. Selanjutnya negara
Uruguay dapat giliran!

Sedikit demi sedikit tetapi pasti, di Amerika Latin keadilan bagi
korban rezim-rezim junta-militer, berkembang terus. Jadi, memperjuangkan
dan mencapai sukses demi keadilan bagi para korban persekusi dan
pembunuhan, bukanlah suatu impian belaka; Bukanlah suatu ilusi!

Pada tanggal 31 Maret, 2011 yl, mantan jendral Eduardo Cabanillas, juga dijatuhi
hukuman seumur hidup oleh sebuah pengadilan di Buenos Aires, Argentina.
Berhubung keterlibatannya dengan kejahatan terhadap kemanusiaan yg
dilakukannya selama kekuasaan junta-militer Kanan Videla (1976-1983).
Cabanillas ketika itu menjabat kepala pusat penyiksaan Automoteres
Ortletti. Tiga orang lainnya, anggota intel tentara, diganjar hukuman
antara 20 s/d 25 tahun. Di antara 300 orang yang disiksa di pusat
penyiksaan tsb sebagian terbesar dibunuh atau 'hilang'. Di antaranya
terdapat banyak aktivis prodem dari Uruguay, Peru, Bolivia dan Chili.


Dalam tanggapannya mengenai dijatuhinya hukuman berat oleh badan
pengadilan terhadap para pelaku kejahatan kemanusiaan, jurubicara 'Ibu-Ibu Plaza de Mayo'* menyatakan bahwa keputusan pengadilan terhadap para pelaku pelanggaran HAM berat di Argentina tsb sebagai “hari bersejarah yang gilang-gemilang”.

* * *

Belum lama ini, keluarga penyair Argentina, Juan Gelman, melalui perjuangan cukup panjang dan berliku-liku ( sedikitnya5 tahun ), dengan dukungan solidaritas kuat para aktivis demokrasi dan HAM banyak negeri, terutama Amerika Latin, --- akhirnya berhasil merebut keadilan bagi
keluarganya. Juan Gelman adalah penyair budayawan orang Argentina dan aktivis demokasi yang terpaksa menjadi orang buangan di Meksiko, karena persekusi dan teror rezim militer-Kanan Jorge Videla pada tahun-tahun 1976-1983. Dalam tahun 2007 Juan Gelman memperoleh Hadiah Cervantes, suatu penghargaan tertinggi untuk literatur Spanyol.


Penculikan, kemudian 'hilangnya' putra Juan Gelman, Marcelo Gelman, dan menantunya, Claudia Gelman sertra cucunya, --- itu terjadi di URUGUAY.

Uruguay, sebuah negara A.L ketika itu dikuasai oleh rezim militer-Kanan. URUGUAY terlibat dengan kasus penculikan, 'hilangnya'- 'disappearance – kemudian dibunuhnya wanita aktivis Caludia Gelman.

* * *

Menoleh ke situasi HAM di negeri kita sendiri Indonesia: --- Sejak kudeta Jendral Suharto disusul dengan ditegakkanya rezim Orba yang melakukan pelanggaran HAM terberat di Indonesia, -- sejak itu, kekuatan demokratis masyarakat Indonesia terlibat dalam perjuangan dan kegiatan
demi demokrasi, reformsi dan keadilan. Berangsur-angsur kesadaran dan keberanian mereka meningkat. Mereka yakin bahwa adalah tugas mereka terus berjuang demi terlaksananya keadilan di Indonesia.

Hasil penting telah dicapai dengan tergulingnya Presiden Suharto. Hak-hak demokratis yang penting, seperti hak dengan bebas menyatakan pendapat, menerbitkan, membangun organisasi masyarakat, berdemo dan hak mogok, juga telah dimulai sejak jatuhnya Suharto.

Tetapi masalah besar HAM, seperti kasus persekusi, teror dan pembantaian
warga tak bersalah, oleh aparat penguasa militer, atas tanggung jawab
Presiden Suharto, -- itu samasekali belum dijamah oleh lembaga
pengadilan maupun oleh pemerintah. Para korban Tragedi 1965, yang
berjumlah jutaan yang tak bersalah, masih belum memperoleh keadilan,
masih belum direhabilitasi nama baik dan hak-hak warganegaranya. Dan
pelaku kejahatan kemanusiaan tsb masih bebas. Malah sampai di bawah
pemerintah SBY yang hasl pemilu, masih banyak pelaku kejahatan HAM yang
menduduki jabatan penting lembaga negara, seperti di pemerintahan,
kehakiman dan badan legeslatif.


* * *

Apakah suatu ilusi memperjuangkan keadilan bagi korban persekusi dan pembunuhan masal sekitar Tragedi 1965?
Dimana telah jatuh korban sedikitnya sejuta lebih orang tak bersalah?

Perkembangan sejarah berkali-kali memberikan pelajaran, seperti yang terjadi di Amerika Latin dewasa ini, -- bahwa betapapun besarnya usaha dilakukan untuk membungkam kebenaran dan mencegah diberlakukannya keadilan, usha itu akhirnya gagal. Dan kebenaran terungkap serta
keadilan ditegakkan.

* * *

Suatu pengadilan inter-Amerika Latin sejak beberapa waktu memproses perkara yang diajukan kepengadilan oleh Juan Gelman dkk. Juan Gelman akhirnya memperoleh keadilan. Negara Uruguay dinyatakan bersalah dalam kasus pelanggaranHAM berat terhadap anggotga-anggota keluarga Juan Gelman. Negara Uruguay divonis bersalah telah melakukan pelanggaran HAM berat. Terlibat dalam
'penghilangan' – 'dissappearance' cucunya Juan Gellman, Macarena oleh aparat kekuasaan junta
militer Kanan di Argentina tahun tujuhpuluhan abad lalu. Duapuluh enam tahun lamanya Macarena hidup tak mengenal siapa identitas sesungguhnya. Negara Uruguay diharuskan membayar ganti-rugi sebanyak 300.000 dolar AS kepada Macarena Gelman.

Kali ini, keadilan bagi korban persekusi dan teror hunta militer Kanan Argentina, Juan Gelman dan cucunya Macarena, --- akhirnya menjadi kenyataan. Dan keadaan seperti itu, dimana pelaku pelanggaran Ham dan
demokrasi diseret ke pengadilan dan memperoleh keadilan, -- bukan hanya terjadi dengan kasus Juan Gelman dan keluarganya.

URUGUAY, adalah kasus pertama kalinya, yang sebagai negara, dinyatakan bersalah, oleh Pengadilan HAM Inter-Amerika, (Inter-American Court of Human Rights, IACHR), yanbermarkas di San Jose, Costa Rica. Uruguay dijatuhi hukuman karena ketgerligbatannya dengan kejahatan-kajahatan yang terjadi di selama periode kediktatoran junta-militer-Kanan dalam tahun-tahun 1973-1985.


* * *

Suatu pelajaran kongkrit dan teramat penting dari pengalaman sejarah
perjuangan untuk demokrasi dan HAM di Amerika Latin, ialah, -- syarat
paling fundamental bisanya mencapai kemenangan penting, seperti halnya
di banyak negeri di Amerika Latin dewasa ini, --- ialah telah berhasil
ditegakkannya suatu kekuasaan pemerintahan yang dalam kata-kata dan
perbuatan berbuat untuk hak-hak azasi manusia dan demokrasi.

Perkembangan peta politik di di Amerika Latin dewasa ini, membuktikan kebenaran logika sejarah itu. Terutama sejak gerakan perlawanan rakyat, yang a.l terdiri dari parpol-parpol Progresif-Kiri/Demokratis dan lsm-lsm melawan pemerintahan junta-militer-Kanan, berhasil mengakhiri
rezim-rezim junta-militer Kanan. Setidaknya sejak berdirinya pemerintahan pro-demokrasi di sembilan negeri Amrika Latin.

Seperti di --- Hugo Chaveznya-Venezuela, --- Lula da Silvanya-Brazil, --- M. Kirchnernya-Argentina --- M. Baceletnya-Chili--- Evo Moralesnya-Bolivia--- Careranya-Ecuador --- Orteganya-Nicaragua dan --- T Vazqueznya-URUGUAY.


  • * *

    Seiring dengan tegaknya demokrasi dan berdirinya pemerintahan yang
    progresif, pemerintah Argentina telah menjatuhkan hukuman seumur hidup terhadap Jorge Videla, diktator Argentina tahun tujupuluhan abad ke-20. Ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2010. Sekarang negara Uruguay dapat giliran!

    Jadi, memperjuangkan dan mencapai sukses demi keadilan bagi para korbanpersekusi dan pembunuhan, bukanlah suatu impian belaka; Bukanlah suatu ilusi!

    * * *


No comments: