Thursday, June 5, 2014

( 2 ) “ MENAMBAH PENGERTIAN YG LEBIH BAIK TTG SUKARNO. . . Dan Dengan Itu” “MENAMBAH PENGERTIAN YG LEBIH BAIK TERHADAP INDONESIA TERCINTA”

Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 04 Juni 2014
-------------------------------

                                                    ( 2 )

MENAMBAH PENGERTIAN YG LEBIH BAIK TTG
SUKARNO. . . Dan Dengan Itu”

MENAMBAH PENGERTIAN YG LEBIH BAIK TERHADAP INDONESIA TERCINTA”

. . . <”Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat'- Cindy Adams, Edisi Revisi – Penerbit -- Yayasan Bung Karno, Cetakan Kedua, 2011>

* * *

Masih dalam rangka memperingati Ultah Bung Karno. Ketika itu Hasta Mitra, Penerbit buku bermutu, di bawah pimpinan Jusuf Isak, meluncurkan penerbitan khusus -- “100 Tahun Bung Karno”. Buku itu disebut “Sebuah Liber Amicorum”.

Memang sutu penerbitan istimewa untuk memperingati seabad Bung karno, dan menghormat Bapak Nasion Indonesia. Tidak kurang dari 23 tulisan yang khusus dibuat sekitar Bung Karno. Ada yang orang Indonesia dan ada yang sahabat asing. Mereka itu adalah;

Peter Dale Scott, Pramoedya Ananta Toer, Ali Hasjmi, Chairil Anwar, Sitor Sitoemorang, Marsha Anggit, Bob Hering, Soebadio Sastrosatomo, Partono Karnaen, Dawam Rahardjo, Ibrahim Isa, S.B. Yudhoyono, Noam Chomsky, Hersri Setiawan, Ben Anderson, Harry Poeze, Joop Morriën, H. Manggil, Hafis Azhari, T.M.Siregar, Franciska Fanggidaej, dan Jusuf Isak (Editor).



Buku bermutu yang terbit Juni 2001 tsb, patut dimiliki setiap warga pencinta Bung Karno. Tidak tebal, hanya 316 halaman. Andaikata buku ini sudah tidak ada lagi di toko-toko buku, karena habis terjual. Haraplah ada penerbit yang bersedia mengadakan cetak-ulang.

* * *

Peter Dale Scott a.l menulis “Soekarno dan Pancasila masih tetap memimpin Indonesia masa-kini”

Pramoedya: “Semua lawan Bung Karno sekarang terseret ke meja Mahkamah Sejarah”.

Ben Anderson: “Masalah utama bukan defisit demokrasi, tetapi defisit nasionalisme”.

Sitor Sitoemorang: “Moment of Truth” Soekarno memilih Kebenaran di atas keselamatan pribadi”

Susilo Bambang Yudhoyono: Warisi wawasan BK sebagai pemikirn terbuka, menembus dimensi ruang dan waktu sebagai Keniscayaan Sejarah”.

Dawam Rahardjo: “Selain nasionalis, Bung Karno adalah juga pemikir Islam”.

* * *

Joesoef Isak: “Pada saat seperti sekarang ini, penulis teringat kepada seorang tokoh tua yang usianya masih di bawah generasi Sukarno-Hatta yang sayang sekali sudah lebih dulu menedahului kita semua, yaitu Soebadio Sastrosatomo. Semua kenal dia sebagai tokoh PSI, pengagum, pewaris dan penerus cita-cita Sutan Sjahrir. Pada saaat Jendral Suharto masih sekuasa-kuasanya, dia pernah berkata kepada penulis:

Berhentilah melecehkan Soekarno! Berhenti melecehkan Hatta-Sjahrir! Bangkitkan strategi persatuan Soekarno-Hatta-Sjahrir untuk melawan fasisme Suharto! Sebagai seorang Sjahririst dia berkata:

Soekarno adalah Presiden ku! Soekarno adalah Indonesia – Indonesia adalah Soekarno!”

Pada saat Soebadio mengucapkan kata-kata itu, sedetik pun dia tidak bermaksud mengecilkn apalagi meninggalkan Hatta-Sjahrir. Yang terbayang dihadapannya mungkin adalah kawan-kawannya separtai, para Sukarnoist dan anggota-anggota PKI yang berjalan seakan tanpa arah”.

* * *

Baiklah kita akhiri tulisan ini dengan mengenangkan kembali kata-kata Bung Karno:

Apabila aku telah mencapai sesuatu selama di atas dunia, ini adalah karena rakyatku, Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati, kuburlah Bapakmu menurut agama Islam dan diatas batu kecil yang biasa engkau tulislah kata-kata sederhana:

DISINI BERISTIRAHAT BUNG KARNO, PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT.

. . . . .

Dan aku ingin beristirahat diantara bukit yang berombak-ombak dan di tengah ketenangan. Benar-benar keindahan dari tanah-airku yang tercinta dan kesederhanaan darimana aku berasal. Dan aku ingin rumahku yang terakhir ini terletak di daerah Periangan yang sedjuk, bergunung-gununung dan subur, dimana aku pertama kali bertemu dengan petani Marhaen . . . . “

(Dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyaat Indonesia – Cindy Adams-- Edisi Revisi -Cetakan Kedua, 2011)

* * *

No comments: