Tuesday, September 27, 2011

Dokumentasi SEKITAR “G30S” - , AMSTERDAM

Kolom IBRAHIM ISA

Selasa, 27 September 2011

---------------------------------


Dokumentasi SEKITAR “G30S” - , AMSTERDAM

Di Bawah Asuhan SARMAJI


Bulan September, sebagaimana biasa, sudah sejak 1965, saat ketika di Indonesia rezim Orde Baru Jendral Suharto, mulai ditegakkan di bumi Indonesia, --- di mancanegara, teristimewa di media internetnya, bermunculan banyak tulisan sekitar “G30S”. Lebih-lebih lagi sekitar pembantaian masal terhadap orang-orang PKI, dituduh PKI, dan para para pendukung setia Presiden Sukarno dan orang-orang Kiri lainnya.


Yang disoroti ialah berlangsungnya kampanye pemusnahan terhadap golongan Kiri, yang dimulai pada tahun-tahun 1965, 1966 dan 1967. Kasus itu menjadi topik dan fokus perhatian dunia. Tidak sedikit para pemeduli Indonesia di dunia internasional, membuat analisis dan mencanangkan, bahwa suatu 'kudeta merangkak' sedang berlangsung di Indonesia. Pelakunya adalah Jendral Suharto. Korbannya adalah Presiden Sukarno. Dunia Barat menyambut riang perkembangan di Indonesia itu, bahkan memberikan dukungan politik, ekonomi, finsiil dan persenjataan pada Orde Baru yang lahir dari pertumpahan darah terbesar di sepanjang sejarah perubahan kekuasaan di dunia ini.


Tidak sedikit tulisan dan analisis mengungkapkan bahwa 'kudeta merangkak Jendral Suharto' tsb adalah suatu 'proyek' yang sudah lama dirancangkan. Sesuai “strategi perang dingin”mereka.


* * *


Dengan turun-panggungnya Presiden Suharto,--- sebagai salah satu hasil penting gerakan Reformasi dan Demokrasi, -- di Indonesia diberlakukan sementara hak-hak demokrasi, seperti: -- kebebasan menyatakan pendapat dan menyiarkannya. Sejak itu terbit ratusan, bahkan ribuan tulisan, makalah dan buku, tentang “G30S” dan pelanggaran HAM terbesar dalam sejarah Indonesia, yang terjadi setelah Jendral Suharto berhasil menumpas “G30S”.


Selama berkuasanya rezim Orba, Indonesia ditutup rapat dari semua informasi independen sekitar “G30S”. Publik melulu dijejali penulisan dan propaganda Penerangan AD dan media lainnya yang dibolehkan oleh rezim, mengenai “G30S”menurut versi pemerintah.


Sejak jatuhnya Suharto, Indonesia menjadi terbuka bagi semua informasi dan penulisan sekitar Peristiwa 1965 dan “G30S” yang bebas dari pengontrolan dan pelarangan penguasa. Sesuatu yang disambut oleh publik yang berhasrat menciptakan suatu masyarakat madani di Indonesia.


* * *


Suatu kenyataan --- Tidak banyak yang tahu, --- bahwa selagi Presiden Suharto masih berkuasa dan Orba berjaya, di saat Indonesia merupakan daerah terlarang bagi setiap literatur mengenai “G30S”, selain versi rekayasa pemerintah, --- seorang warga Indonesia, di Amsterdam, yang terhalang pulang, bernama SARMAJI, MULAI MENGHIMPUN SUATU DOKUMENTASI, meliputi siaran, penerbitan, buku dan makalah sekitar Peristiwa 1965, khususnya sekitar “G30S”.


Sarmaji melakukannya sebagai perlawanan terhadap politik penerangan Orba yang menutup warga Indonesia dari semua informasi independen. Dokumentasi yang dikelola Sarmaji menerobos Orba yang memasung informasi terhadap warganegara Indonesia dan dunia. Tetapi di Belanda, siapa saja yang berkunjung ke Dokumentasi Indonesia Amsterdam, bisa mengakses berbagai informasi tertulis mengenai Indonesia, khususnya mengenai “G30S”.


Sarmaji membangun DOKUMENTASI Indonesia di Belanda adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Holland. Suatu himpunan dokumentasi mengenai “G30S” yang lain, bahkan, bertentangan dengan versi pemerintah Orba. Di Indonesia, umumnya, masyarakat hanya boleh tahu versi Orba yang direkayaa mengenai “G30S”. Di Amsterdam dengan tekun Sarmaji menyusun sebuah dokumentasi mengenai G30S. Dengan demikian pembaca memperoleh bahan informasi dan dokumentasi yang berimbang mengenai G30S. Di Amsterdam, Sarmaji, menembus 'pembreidelan informasi' yang dikenakan Orba terhadap warga Indonesia.


Di Belanda tidak sedikit berdatangan dosen dan gurubesar Indonesia, siswa dan mahasiswa Indonesia yang berkunjung atau melakukan studi dan penelitian ilmiah. Mereka-mereka itu berdatangan ke negeri Belanda, dari pelbagai perguruan tinggi Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, pelbagai universitas Islam, Universitas Diponegoro, Unpad dll. Tiba di Belanda mereka segera memperoleh informasi yang tersebar dari mulut ke mulut, tentang keberadaan Dokumentasi Indonesia di Amsterdam yang dikelola oleh Sarmaji.


Bagi sarjana-sarjana Indonesia seperti Dr. Asvi Warman Adam, Prof Dr. Bambang Purwanto, sejarawan muda Bonnie Triyana, dan Dr Muridan, -- Perhimpunan Dokumentasi Indonesia, Amsterdam, tidak asing lagi. Mereka biasa berkunjung ke sana.


Juga para pakar, peneliti, dosen dan profesor asing yang melakukan studi dan penulisan mengenai Indonesia, yang berkunjung ke KITLV, IISG dan lembaga pengetahuan lainnya di Belanda, banyak yang memerlukan berkunjung ke Perhimpungan Dokumentasi Indonesia, PRDOI. Termasuk diantaranya Dr. Cribb, Dr Max Lane, Prof David Hill, Prof Dr Michael Bodden, dan Prof Dr Kate McGregor. dll.


* * *


Satu-satunya DOKUMENTASI INDONESIA DI AMSTERDAM Dengan Fokus “PERISTIWA G30S” Dan Kelanjutannya.


Kemis pekan lalu, kuperlukan benar mengunjungi PERDOI, Perhimpunan Dokumentasi Indonesia, Amsterdam. Ini adalah kunjungan yang kesekian kalinya. Nama lengkapnya, adalah Stichting Perhimpunan Dokumentasi Indonesia, alamat: NAALDWIJKSTRAAT 36, 1059 GH Amsterdam, Nederland.


Pada permulaannya lembaga ini didirikan untuk menghimpun dokumentasi mengenai kasus “G30S”. Kutanyakan Sarmaji, pemrakarsa dan pengelola PERDOI: Mengapa Bung memulai prakarsa ini?


Ya, jawab Sarmaji: “Saya ada di Belanda disebabkan oleh terjadinya peristiwa “G30S”. Sebagai mahasiswa di Beijing, saya menolak menandatangani dokumen yang disodorkan KBRI Beijing, untuk mengutuk Presiden Sukarno. Akibatnya paspor saya dicabut oleh penguasa INDONESIA.


Bagaimana tokh? Saya ini pendukung Bung Karno. Saya Sukarnois! Ketika minta suaka di Holland. Saya tegaskan bahwa saya lakukan ini karena saya SUKARNOIS.


Jadi saya di sini, di Belanda, bukan karena saya TKI, Tenaga Kerja Indonesia. Ketika itu, saya adalah mahasiswa yang sedang studi di Perguruan Tinggi Ilmu Keguruan, Beijing. Terjadi peristiwa “G30S”. Kemudian Suharto memulai kampanye pembunuhan masal terhadap warga yang tidak bersalah, terhadap PKI, dituduh PKI, dan terhadap pendukung Presiden Sukarno.


Kehidupan saya berubah drastis. Rakyat amat menderita akibat persekusi Jendral Suharto. Saya sendiri, kehilangan segala-galanya. Menjadi “stateless”. Kehilangan masa muda. Tentu saya merasa sedih sekali. Tetapi. saya tidak boleh menyerah! Saya harus mengubah kesedihan menjadi kekuatan.


Dan sekarang ini kekuatan itu adalah buku-buku ini. Dihimpun mula-mula dengan fokus peristiwa “G30S”. Kemudian dengan sumbangan sahabat dan kenalan, baik yang di luarnegeri maupun dari Indonesia, sudah berkembang menjadi dokumentasi berjumlah kurang lebih 3000 buah, meliputi masalah lainnya menyangkut Indonesia. Sejarah, ekonomi, politik dan kebudayaan. Bisa memberikan informasi yang diperlukan oleh generasi muda kita, yang melakukan studi dan penelitian mengenai perjuangan rakyat Indonesia untuk keadilan dan kebenaran, adalah sumbangan kecil yang dapat saya berikan. Dapat berbuat demikian saya merasa lega, puas dan nyaman!


* * *

Bung Sarmaji telah menghimpun cukup banyak bahan informasi mengenai “G30S”, kataku. “Saya ingin bertanya kepada Bung: Siapa dalang G30S?”.Demikian pertanyaan yang kuajukan kepada Sarmaji hari itu.


Dia menjawab dengan mantap dan pasti: “Saya setuju dengan kesimpulan yang dibuat oleh mantan Panglima AURI, Marsekal Udara Omar Dani. Dalang “G30S' adalah Amerika Serikat.”

CIA. Operasi militer “G30S”, menurut Sarmaji adalah suatu aksi yang dirancang untuk berakhir dengan kegagalan. CIA-Amerika merancangkannya, sebagai jebakan untuk menggulingkan Presiden Sukarno. Dan untuk menggulingkan Presiden Sukarno, mereka harus menghancurkan PKI. PKI dalam hal ini terprovokasi dan terjebak. CIA melakukannya antara lain melalui “orang dalamnya” -- SYAM KAMARUZZAMAN.


Sedangkan Jendral Suharto adalah PION Amerika yang secara lihay menarik keuntungan paling besar dari peristiwa “G30S”, penggulingan Presiden Sukarno dan penghancuran PKI.


Namun sasaran utama AS adalah kekyaan bumi dan laut Indonesia. Mereka sejak lama bermaksud untuk menggeser Belanda dan Inggris dari Indonesia dan mengusainya untuk kepentingannya sendiri. Untuk itulah AS menggulingkan Presiden Sukarno dan menghancurkan PKI, dan kekuatan demokratis lainnya di Indonesioa. Demikian Sarmaji!



* * *


No comments: