Friday, September 23, 2011

Tentang Orang-Orang KIRI

Kolom IBRAHIM ISA

Jum'at, 23 September 2011

----------------------------------


Tentang Orang-Orang KIRI – Korban “MASAKER” Jendral SUHARTO


Sasaran persekusi dan pembantaian masal 1965-66, yang dilancarkan oleh Jendral Suharto dan kekuatan politik religius pendukungnya, adalah kaum Kiri. Namun, MAYORITAS korban pelanggaran HAM terbesar di Indonesia, adalah warga biasa, rakyat, individu-individu, wong cilik yang anggota PKI, dituduh PKI, berindikasi PKI, yang non-partai, --- termasuk kaum Kiri pendukung dan pembela Presiden Sukarno. Mereka-mereka itu tidak tahu dan tidak mengerti mengapa mereka diperlakukan sedemikian kejam, biadab dan tidak adil oleh penguasa. Seumur hidup, mereka setia pada Republik Indonesia. Tidak pernah melanggar hukum dan amat mencintai Presiden Sukarno.


Dengan sendirinya timbul pertanyaan: Apakah kesewenang-wenangan penguasa itu, semata-mata disebabkan karena mereka dianggap Kiri?Memang benar, banyak darwi korabn adalah tergolong kekuatan Kiri. Lama kelamaan menjadi jelas bagi semua fihak, bahwa yang bertindak sewenang-wenang itu, yang melanggar hak azsasi, hak hidup mereka, adalah kekuatan Kanan! Pengertian dan pemahaman umum memang tidak salah !


Sampai sekarang, sampai detik inipun, --- perlakuan tidak adil tsb, terutama di kalangan para keluarga dan handai taulan, merupakan trauma dan beban yang amat berat yang mereka pikul sudah setengah abad lamanya. Mereka memperjuangkan dan mendambakan keadilan dan rehabilitasi hak-hak manusia mereka, tetapi sedikitpun belum ada tanda-tanda keadilan itu bisa tercapai. Sehingga tidak sedikit yang berpendapat bahwa keadilan tidak kunjung tiba pada para korban, karena mereka itu adalah Kiri atau dianggap Kiri. Penguasa dan pemerintah tidak menggubris kasus 1965, karena sampai sekarang penguasa Indonesia adalah penguasa Kanan.


Sampai dewasa ini, pemerintah yang adalah hasil pemilu dan hasil pilpres, yang menjanjikan demokrasi dan reformasi, menjamahpun tidak kasus 'peresekusi dan pembantai masal' yang terjadi pada tahun-tahun 1965-66-67.


Begitu banyak ulisan dan buku yang terbit selama dasawara ini mengenai 'Peristiwa G30S' , dan pembunuhan yang terjadi segera setelah itu, menyebut jumlah korban persekusi dan 'masaker' Jendral Suharto tsb bekisar antara 500.000 sampai 3 juta. Salah seorang pelaku penting, yaitu Jendral Sarwo Edhi, menyatakan bahwa jumlah yang dibunuh pada masa itu ada sekitar 3.000.000 orang. Suatu jumlah korban yang kolosal, yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bangsa ini.


* * *


Dewasa ini, – – – – kita mengikuti media Indonesia, terutama di Holland dan macanegara yang ramai memberitakan dan mengomentari kasus 'masaker RAWAGEDE'. Ramainya media tentang kasus tsb, penyebabnya adalah keputusan Pengadilan Den Haag, di Belanda, 14 September 2011, yang membenarkan gugatan dan tuntutan janda-janda para korban pembunuhan masal yang dilakukan oleh tentara Belanda (Desember 1947)di desa Rawagede, sekarang BALONGSARI, Jabar.


Pengadilan Den Haag memutuskan bahwa kasus tsb tidak bisa menjadi KADULAWARSA. Bahwa pemerintah Belanda bertanggungjawab atas kejahatan perang tsb dan harus membayar ganti rugi kepada para janda dan keturunannya. Keadilan bagi para janda Rawagede telah dimenangkan dalam tahap pertama perjuangan mereka.Yang dicari Belanda di desa Rawagede adalah kesatuan gerilya Indonesia yang sering menghadang konvoi tentara Belanda dan menyerang pos-pos militer mereka pada malam hari. Karena mereka tidak menemukan seorang gerilyapun, maka sebanyak 431 penduduk laki-laki dibantai punah tanpa proses apapun.


Mengomentari keputusan Pengadilan Den Haag, Indonesianis Belanda, Prof. Dr Jan Breman, mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia paling tidak juga harus berbuat serupa, yaitu memberikan keadilan pada para korban kejahatan pembantaian, seperti yang terjadi dalam tahun-tahum 1965-66. Lebih-lebih karena korban-korban dan pelakunya adalah bangsa sendiri, Adalah aparat negara sendiri yang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan itu.


* * *


Dari sudut pandangan revolusioner, --- Revolusi Indonesia adalah Revolusi anti-kolonial dan anti-imperialis. Revolusi semacam itu disebut REVOLUSI KIRI. Demikianlah tangganggapan umum.; Pendirian, pandangan dan politik anti-kolonial dan anti-imperialis, --- itu adalah KIRI.


Dalam arti tertentu, kekuatan militer Belanda yang bertindak mempertahankan kolonialisme Belanda, adalah kekuatan Kanan. Yang menentang kekuatan Kanan ini , pejuang-pejuang Republik Indonesia, rakyat Indonesia yang membela dan melindungi gerilyawan Indonesia, adalah kekuatan Kiri.


Secara umum, cakap-cakap santai (tapi juga serius – tidak ngalor ngidul), bicara mengenai orang Kiri, kesamaan pengertian yang umum, ialah, bahwa orang-orang Kiri adalah orang yang berfaham sosialis atau faham komunis. Bisa jadi mereka itu anggota partai bersangkutan. Bisa jadi juga non-partai. Banyak sekali memeluk agama Islam. Tidak sedikit pula yang beragama Kristen, Hindu, Budha atau Konghucu. Atau bahkan atheis, tak beragama.


Dalam suatu percakapn dengan keluarga Prof. Dr. Wertheim, yang berlangsung ketika beliau-beliau itu masih segar-bugar, pembicaraan kami sering menyebut nama-nama tokoh-tokoh tertentu masyarakat atau politik di Indonesia. Selalu Ibu Hetty Wertheim nyeletuk: “Orang yang disebut namanya tadi itu, apakah ORANG KIRI?” Aku tanya pada Ibu Hetty Wertheim, kenapa beliau selalu menanyakan apakah, orang yang disebut namanya tadi itu, apakah dia ORANG KIRI?”. “Ya”, kata Ibu Hetty. “Kalau orang itu orang Kiri, maka dia pasti orang baik. Pasti politiknya membela kepentingan rakyat”. Begitulah pemahaman Ibu Hetty Wertheim, yang kebetulan juga seorang intelektuil, mengenai apa itu 'orang Kiri”. Pokoknya jika itu orang Kiri ,maka bisa dipastikan itu orang baik.


* * *


Bung Karno juga punya pengertian dan definisi sendiri, mengenai apa itu Kiri. Di dalam bukunya “BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT – seperti dicatat oleh Cindy Adams, (Edisi Revisi, Agustus 2007), menyatakan a.l demikian:


Di dalam bidang politik Bung Karno adalah seorang nasionalis. Dalam bidang keagamaan Bung Karno seorang yang percaya pada Tuhan. Tetapi Bung Karno menjadi seorang penganut dari tiga pemikiran. Di bidang ideologi, dia sekarang seorang sosialis. Kuulangi, bahwa aku seorang sosialis. Bukan komunis. . . . . Aku seorang sosialis. Aku seorang yang beraliran Kiri.


Orang Kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis yang ada, orde imperialistis. Keinginan untuk menyebarkan faham keadilan sosial adalah Kiri. Dia tidak perlu komunistis. Seorang yang memiliki idealisme seperti itu adalah seorang Kiri . . . .


Nasionalisme tanpa keadilan sosial adalah nihilisme. Bagaimana suatu negeri yang miskin dan sangat buruk seperti negeri kami dapat menganut suatu aliran lain selain sosialisme?


Demikian, antara lain Bung Karno mengenai faham Kiri dan orang Kiri.


* * *



No comments: