Saturday, September 28, 2013
Refleksi Melihat Film “THE PIANIST” . . .
Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 21 September 2013
------------------------
Refleksi Melihat Film “THE PIANIST” . . .
Antara KEBIADABAN Fasis HITLER, Dan
MANUSIAWINYA Seorang Opsir Jerman
* * *
Antara Negara ISRAEL Dan Bangsa Arab Palestina
* * *
Kebiasaan kami, . . . usai setiap makan malam . . . Kemarin itu aku bertanya kepada Murti, sambil memamerkan secuil kata Jawa yang kuketahui: “Mung, bengi iki, ono pilem apik opo?”. Entah benar, atau salah, bahasa Jawaku itu!.
Murti menjawab: “Ada . . . ada film berjudul 'THE PIANIST” (2002). Ditayangkan di stasiun TV Belgia, CANVAS. Sutradaranya terkenal, Roman Polanski. Diproduksi bersama oleh Jerman-Peracis-Inggris- Belanda dan Polandia. Ada nyamannya nonton film cerita di strsiun TV Canvas, Belgia. Tidak direcoki oleh pelbagai iklan yang sering amat menggganggu dan samasekali tidak etis . . .
* * *
Jarang sebuah film diprodusir oleh begitu banyak fihak. Sampai 5 negeri. Tidak heran juga, karena film ini cerita tentang peristiwa pogrom/pengejaran dan pemusnahan yang menegakkan bulu kuduk, dilakukan oleh rezim Nazi Hitler terhadap orang-orang Yahudi. Khususnya orang-orang Yahudi di Polandia. Film ini diinspirasi oleh memoar Wladyslaw Szpielman, seorang pianis Yahudi Polandia.
Hampir seluruh film “The Pianist”, mengisahkan betapa kekejaman dan kebiadaban tentara pendudukan Jerman atas Polandia, terhadap orang-orang Yahudi. Dan betapa besar serta memilukan penderitaan serta korban yang diderita orang-orang Yahudi.
Namun, --- pada menjelang akhir film, tokoh utama film, pemain piano Wladislaw Szpielman, setelah berhasil meloloskan diri dari persekusi dan pengejaran tentara pendudukan Jerman, di saaat ia akan mati kelaparan . . . . mendadak ia DITOLONG oleh seorang OPSIR TENTARA JERMAN-HITLER . . . Dengan begitu, sang pianis bisa menyambung nyawanya sampai perang berakhir dan tentara pendudukan Jerman-Hitler digiring oleh Tentara Merah Sovyet yang membebaskan Polandia, msuk kam-kamp tawanan perang.
* * *
Terasa disini produser dan sutradara film hendak mengkontraskan kebiadaban dan kekejaman tentara Jerman-Hitler versus (akhirnya) rasa manusiawi seorang opir tentara Jerman yang biadab dan ganas itu. Opsir tentara Jerman itu menolong dn menyelamatkan pianis Szpielman yang nyaris mati kelaparan dan kedinginan. Didorong oleh cintanya pada musik -- maka mungkin sekali – hati nurani manusiawinya, sang opsir tentarea Jerman itu, memberikan dan kemudian membawakan lagi makanan dan sebuah mantel tebal musim dingin tentara Jerman.
* * *
Kutanya kepada Murti: “Bagaimana kesanmu mengenai film yang baru kita lihat tadi?”. Jawab Murti: -- “Di antara tentara pendudukan Jerman-Hitler yang biadab itu . . . . tokh terdapat juga seorang yang manusiawi . . .”
Ya, kataku, kita didorong untuk tidak main pukul rata, dan jangan menyatakan, bahwa seluruh tentara Jerman-Hitler itu semuanya adalah pembunuh dan biadab. Karena, belakangan diketahui, bahwa, tidak sedikit dari mereka itu, masuk tentara karena terpaksa. Diantaranya ada orang seperti opsir tentara Jerman yang menolong nyawa pianis Yahudi itu. Bahwa diantara mereka itu masih ada yang punya hati-nurani dan rasa manusiawi. . . . . Suatu pengecualian, tetapi ada.
* * *
Namun, bukan itu saja refleksi yang terkesan dalam fikiranku. Begitu hebat dan tak terkirakan besarnya penderitaan dan pengorbanan yang diderita oleh bangsa Yahudi, dalam sejarahnya. Khususnya dalam periode Perang Dunia II.
Tetapi, setelah mereka sendiri punya negeri, ISRAEL, punya negara dan punya kekuatan tentara dan polisi . .. . lagi bagaimana sikap dan tindak-tanduk mereka?
Lihatlah bagaimana proses mereka sampai mendirikan negara Israel. Itu berlangsung melalui perang terhadap orang-orang Arab Palestina yang telah mendiami wilayah itu dan hidup disitu turun-temurun. Wilayah itu adalah negeri dan tanah-air mereka, PALESTINA.
Kekuatan bersenjata Yahudi telah membunuh dan mengusir sebagian besar orang-orang Arab Palestina dari kampung halaman, dari tanah airnya. Lalu di tempat itu orang-orang Yahudi mendirikan NEGARA ISRAEL.
* * *
Tinggalah wilayah Gaza-Strip dan Tepian Barat Jordan tersisa bagi orang-orang Arab Palestina. Itupun belum merupakan negeri Palestina yang merdeka. Tentara Israel bisa sewaktu-waktu menurut agendanya sendiri, menembaki Gaza atau masuk menyerbu dan menduduki Gaza. Sedangkan wilayah Tepian Barat Jordan masih tetap merupakan daerah pendudukan Israel.
Di satu fihak orang-orang Yahudi telah membunuh dan mengusir orang-orang Arab Palestina dari kampung halamannya, dan ditempat itu kemudian mendirikan NEGARA ISRAEL. Di lain fihak . . . . sejak menduduki Tepian Barat Jordan, Israel terus menerus dengan berrencana mendirikan puluhan pekampungan Yahudi.
Daerah-daerah perkampungan Yahudi yang dibangun Israel di Tepian Barata |Jordan itu. . . merupakan pisau-pisu belati yang ditancapkan di tubuh negeri Palestina. . . . Israrel jelas punya tujuan yang berakhir dengan likwidasi samasekali NEGERI PALESTIN!
* * *
Melihat film “THE PIANIST”. Timbul rasa simpati terhadap nasib penderitaan orang-orang Yahudi yang dipersekusi, ditangkap kemudian dimusnahkan . . . .
Namun, setiap orang geleng-geleng kepala dewasa ini, menyaksikan bagaimana suatu bangsa yang pernah menderita di bawah kekuasaan Jerman Hitler, sekarang ini, seolah-olah lupa sejarahnya sendiri. . . . dan bertindak sewenang-wenang, kejam dan biadab terhadap bangsa dan negeri Palestina.
* * *
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment