Thursday, February 3, 2011

GUS MUS 'KESELEO' LIDAHNYA ATAU 'MEMELINTIR' SEJARAH INDONESIA

Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 03 Februari 2011
-------------------------------------------

GUS MUS 'KESELEO' LIDAHNYA ATAU 'MEMELINTIR' SEJARAH INDONESIA

'Tempo Online”, 03 Februari 2011, menyiarkan pernyataan Gus Mus, mantan ketua umum Nahdatul Ulama sekitar situasi pergolakan Mesir. Maksudnya 'baik'. Ia menyarankan Presiden Mesir, Husni Mubarak, supaya mundur (secara 'legowo'). Agar mengutamakan kepentingan negeri dan bangsa , ketimbang mau kuasa terus. Saran Gus Mus sebagai sesama Muslim tampaknya 'simpatik'.

Tetapi Gus Mus 'keseleo' lidahnya. Ketika menyarankan agar Mubarak mundur, Gus Mus, menunjuk pada pengalaman Indonesia sekitar 'mundurnya' Presiden Sukarno, Presiden Suharto dan Presiden Gus Dur. Kata Gus Mus (kutip):

"Indonesia punya pengalaman. Presiden Soekarno, Presiden Soeharto dan Presiden Gus Dur legowo mengundurkan diri ketika negaranya bergolak. Presiden kita itu lebih memikirkan negaranya," kata Gus Mus, panggilan akrab Mustofa Bisri, kepada Tempo, Kamis (3/2). "Husni Mubarak bisa tiru presiden-presiden di Indonesia."

Di sinilah Gus Mus berkesan melakukan pemelintiran sejarah Indonesia. Mundurnya Presiden Sukarno, penyebabnya adalah ”kup merangkak” Jendral Suharto. Bukan karena 'legowo' mau mundur. Setelah terus menerus membangkang terhadap instruksi Presiden/Pangti Abri Sukarno (lihat Supersemar), Jendral Suharto lalu menangkap Prsiden Sukarno. Presiden Sukarno dikenakan tahanan rumah sampai beliau meninggal dunia, akibat tekanan dan tiadanya perawatan kesehatan yang sewajarnya untuk seorang Presiden. Jendral Suharto berkuasa dengan mengorbankan lebih sejuta warganegara tak bersalah yang dibantai dalam kampanye militer Suharto tahun-tahun 1965/66/67, dimana pemuda NU, Ansor, ikut ambil bagian.

Baik kiranya Gus Mus membaca buku berisi pidato-pidato Presiden Sukarno sesudah Peristiwa G30S (yang tidak disiarkan oleh penguasa militer Jendral Suharto). Pidato-pidato penting bersejarah itu telah dibukukan dalam dua jilid : REVOLUSI BELUM SELESAI. Buku-buku sangat penting. Merupakan dokumen sejarah Indonesia yang tidak diragukan! Dari situ bisa disimpulkan bahwa Presiden Sukarno bukan dengan 'legowo' turun dari jabatan dan tanggungjawab sebagai Presiden!! Mengambil contoh 'turunnya' Presiden Sukarno dan menyarankan itu kepada Husni Mobarak, adalah suatu 'saran' yang meleset. Merupakan pemelintiran sejarah Indonesia

* * *

Lalu contoh Suharto mundur dari jabatan Presiden. Kiranya setiap orang waras masih ingat, turunnya Suharto TIDAK LEGOWO. Suharto dipaksa turun oleh gelombang gerakan massa yang menuntut ia turun. Massa rakyat yang menuntut turunnya Suharto dan rezim Orba, serta buyarnya para pendukung Suharto, itulah yang menuyebabkan Suharto turun. Tidak 'LEGOWO'!

* * *

Lalu turunnya Gus Dur sebagai Presiden R.I. Itupun tidak legowo. Pat-pat gulipat elite parpol-parpo bersama tentara; moncong-moncong lapis baja tentara yang diarahkan ke Istana Negara, ITULAH yang MEMAKSA Presiden Abdurrahman Wahid, turun panggung.

Walhasil menarik perbandingan sebagai contoh presiden-presiden Sukarno, Suharato dan Abdurrahman Wahid, yang oleh Gus Mus dikatakan l e g o w o turun dari jabatannya, -- untuk sebagai 'teladan' bagi Mubarak, untuk juga turun panggung, ADALAH KELIRU!

Turunnya Presiden Sukarno adalah akibat KUP MERANGKAK Jendral Suharto.
Turunnya Gus Dur, adalah akibat pat-pat gulipat elite politik dengan tentara.
Turunnya Suharto – adalah kehendak rakyat Indonesia.

Ada satu kesamaan: Sesungguhnya mereka-mereka itu tidak legowo turun panggung.

Satu hal lagi: ADA KESAMAAN BESAR antara Suharto dan Mubarak.
Dua-duanya adalah pelanggar hak-hak demokrasi negerinya, pelanggar HAM. Suharto dan Mubarak sama-sama diktator yang berkuasa atas kekuatan senjata, dengan kekerasan militer, dengan melakukan penindasan demokrasi dan politik.

Kiranya jelas, Gus Mus TELAH MEMELINTIR SEJARAH INDONESIA. Atau sekadar 'keseléo' lidahnya!!

* * *

2 comments:

Himawan Aribowo said...

jika sukarno mau, jika suharto mau.. dia bisa menghentikan seluruh aksi itu secara frontal.. seluruh jajaran auri dll sangat loyal terhadap sukarno.. seluruh pemerintahan masih sangat loyal terhadap suharto.. mereka berdua legowo mundur maksudnya mereka lebih mengutamakan tidak terjadinyha pertumpahan darah walaupun mereka bisa kalau mereka mau.. itu maksudnya mas dengan mundur secara legowo.. jangan di artikan terlalu harafiah

Anonymous said...

Bagaimana mereka mau legowo, sementara soekarno telah memimpin negri ini selama 21 tahun, dan masa berakhirnya soekarno, di kala ia di asingkan dan di jadian tahanan politik oleh soeharto, dan PKI di batai oleh rakyat karna dendam dan propaganda oleh orde baru(dan peran CIA)

kemudian soeharto turun , jelas bukan lah suatu yg legowo, bagaimana ia menerapkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK/BKK)yg di anggap sebagai pengekangan terhadap aktivitas politik mahasiswa di kampus saat itu.
kita bisa flashback tahun 1996 pada bulan april, di mana mahasiswa UMI MAKASSAR di tembaki oleh tentara yg di jadikan sebagai alat kekuasaan oleh suharto.
di priok tahun 1984 di mana rakyat di bunuh tanpa mempunyai rasa kemanusiaan sedikit pun.
apa kah yg di katakan legowo , jika harus berjuta-juta nyawa melayang karna di bunuh tanpa rasa berprikemanusiaan dalam pemerintahan orde baru .

jadi soeharto turun jabatan, karna rakyat telah gusar dan memuncak amarah nya atas kediktatorisan ex.PRESIDEN RI ke 2


jadi saya tidak sepakat kalo dia turun karna memilih tidak terjadinya pertumpahan darah, itu adalah pengkaburan atas sejarah bangsa INDONESIA