Wednesday, October 10, 2012

*Dewi Sukarno: * “*Membeberkan Keadaan Sebenarnya Itu Merupakan Kewajiban Saya . . “*

*Kolom IBRAHIM ISA
Minggu, 30 September 2012
-------------------------*


*Dewi Sukarno: *

“*Membeberkan Keadaan Sebenarnya Itu Merupakan Kewajiban Saya . . “*

** * **

“*Saya Justru Mengikuti Peristiwa-peristiwa Di Indonesia itu Dari Dekat. . .*

*< Bagian – 1>*


*Hari ini, “30 September”! Angka-angka “30 September”, umumnya ditulis lebih “lengkap”, yaitu “ Peristiwa 30 September 1965”, sebagai tanggal terjadinya “Gerakan 30 September”, 1965 di negeri kita Indonesia tercinta. Catatan peristiwa ini bisa dikatakan sudah “salah kaprah”. Presiden Sukarno pada hari-hari itu juga telah mengkoreksinya. Bung Karno mengkoreksi dengan mengatakan bahwa kejadian itu terjadi pada dinihari tanggal 1 Oktober 1965, Maka gerakan tsb lebih tepat disebut sebagai “Gestok”, Gerakan Satu Oktober.*


** * **


*Sejak Oktober 1965, di dalam maupun di luar negeri berbagai siaran dalam jumlah tak terhitung, tafsiran dan variasi, analisis dan penelitian dilakukan di sekitar apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965, dan selanjutnya. Bisa dengan pasti dikatakan bahwa pemberitaan, tafsiran dan kesimpulan yang dilakukan oleh rezim Orba dibawah Presiden Jendral Suharto, adalah yang paling tidak benar, paling rekayasa, paling palsu serta paling khianat.*


*Pagi ini kuterima siaran dari sahabatku Chan Chung Tak, pemimpin mailist Gelora45, berisi terjemahan SURAT DEWI SUKARNO KEPADA SUHARTO sekitar peristiwa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. Surat Dewi itu disiarkan di media Belanda, “VRIJ NEDERLAND”, pada tanggal 16 April 1970. Menurut banyak pakar yang bisa diandalkan, SURAT DEWI KPD SUHARTO tsb adalah OTENTIK. Benar adanya. Hal ini bisa dicek lagi pada media Belanda “VRIJ NEDERLAND” yang pertama kali menyiarkannya pada tanggal 16 April 1970. Juga bisa menceknya langsung pada Dewi Sukarno yang masih bisa dihubungi.*


*Mengingat arti penting SURAT DEWI KPD SUHARTO baik sebagai bahan input dalam penelitian dan penulisan sejarah bangsa, maupun sebagai catatan sejarah kita, bersama ini kusiarkan kembali surat Dewi tsb. Surat Dewi tsb cukup panjang, maka akan dimuat dalam ruangan ini kira-kira dalam 3-4 kali siaran.*



** * **



*SURAT TERBUKA NY. RATNA SARI DEWI SOEKARNO *

**


Tuan Presiden Suharto,


Bersama ini saya ingin mengingatkan Tuan terhadap segala sesuatu yang

nampaknya oleh Tuan akan dilupakan. Hal hal yang akan dikemukakan ini saya

anggap sebagai kewajiban bagi saya untuk menjelaskannya secara benar karena

saya justru mengikuti peristiwa-peristiwa di Indonesia itu dari dekat.


Barangkali sementara orang akan berpendapat akan lebih baik kalau saya diam

seribu bahasa seperti Sphinks (arca batu di Mesir) dalam hal ini. Akan

tetapi karena saya bertanggung jawab maka saya harus melakukan hal ini biar

membawa resiko betapapun besarnya terhadap diri saya. Inipun karena makin

lama di seluruh dunia maupun di Indonesia sendiri banyak tersebar cerita-cerita palsu yang disebarkan tentang peristiwa-peristiwa di Indonesia itu sehingga membeberkan keadaan yang sebenarnya itu merupakan kewajiban saya.


Karena itulah saya kirimkan surat terbuka ini kepada Tuan dalam kedudukan

saya sebagai warga negara Indonesia. Selain itu surat terbuka yang saya

kirimkan kepada tuan ini termasuk segala isinya adalah sepenuhnya tanggung

jawab saya dan tidak ada sangkut pautnya dengan Soekarno, Presiden Republik

Indonesia yang terdahulu.


Sebenarnya agaknya sudah terlambat untuk mempersoalkan kembali tentang para

Perwira yang telah dinyatakan sebagai "kontra revolusi" atau pemberontak pemberontak terhadap Negara dimana mereka telah sama dihukum mati.


Selama ini saya selalu berpendirian tidak sependapat dengan adanya dalil

bahwa "yang berkuasa itu selalu benar" (power can do no wrong). Sikap

inipun sama sewaktu Presiden Soekarno berkuasa Saya berpendapat bahwa

seorang Kepala Negara itu mesti dikerumuni oleh orang orang yang

mendukungnya. Begitu juga halnya dengan Tuan bahwa di sekeliling Tuan itu banyak orang-orang berkerumun yang pada umumnya tidak berani membuka

mulutnya berpura-pura taat dan tunduk bahkan ada yang menjilat yang pada

hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan kesempatan berkuasa lebih

banyak. Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Tuan sulit akan

terungkap.


Pertama-tama dalam surat terbuka saya ini saya ingin mengemukakan apa yang

disebut "proses" dimana banyak orang telah dibunuh karena dituduh melakukan

kejahatan terhadap Negara. "Proses" ini yang sebenamya terjadi di luar

norma-norma Hukum dan Keadilan lebih tepat untuk disebut "teror dan

kekerasan".


Dan mereka orang-orang yang tidak puas dan tidak mau bicara sewaktu

kekuasaan Soekarno maka setelah situasi berubah lalu bersikap tidak

bertanggung jawab dan turut serta melakukan pembunuhan dan teror. Dalam hal

ini Tuan telah membiarkahnya. Andai kata nanti pada suatu ketika kedudukan

Tuan diganti oleh orang lain sudah tentu akan terjadi hal yang sama dimana

pembantu-pembantu Tuan yang penting sipil maupun militer termasuk mungkin

Tuan sendiri akan mendapat perlakuan yang sama di mana mereka dituduh dan

dituntut dengan hukuman mati dengan berbagai dalih misal "karena melakukan

korupsi".


Dalam hubungan ini saya ingin bertanya kepada Tuan : "Mengapa Tuan

membiarkan dan memberi kesempatan semua itu berlalu yang dapat menjadi

contoh (preseden) jelek bagi suatu Negara yang masih muda dan rakyatnya

sedang berkembang yaitu Indonesia ?"


Bukan maksud saya untuk mencela kebijaksanaan politik yang Tuan lakukan.

Akan tetapi perhatian tertumpah kepada mereka yang dibunuh dan diteror

dengan memakai dalih "pembersihan terhadap golongan merah" sejak peristiwa G

30 S itu terjadi. Padahal kebanyakan dari mereka itu hanyalah

pengikut-pengikut Soekarno yang tidak tahu menahu tentang peristiwa G 30 S.


Bahkan saya memperoleh berita bahwa tidak kurang dari 800.000 Rakyat

Indonesia yang telah terbunuh diantaranya trdapat kaum wanita dan anak-anak

karena hanya sebagai simpatisan PKI.


Harian "London Times" membuat berita pada Januari 1966 sebagai berikut

"Bahkan sejak pecahnya peristiwa G 30 S itu dalam 3 bulan telah ratusan ribu

kaum komunis yang dibunuh jumlah mana menurut para diplomat barat angka

tersebut masih terlalu rendah.


Sementara itu menurut sementara pengusaha-pengusaha dan turis-turis dari Eropa yang pulang dari Indonesia mengatakan bahwa pembunuhan dan teror itu

begitu hebatnya sehingga mereka melihat sementara di sungai-sungai penuh

dengan hanyutnya mayat- mayat tanpa kepala dan sementara anak-anak di

desa-desa katanya bermain sepak bola dengan kepala-kepala manusia yang

terbunuh. Pokoknya dalam tempo 3 bulan sesudah peristiwa G 30 S itu situasi

di Indonesia dicekam dengan ketakutan dan ketegangan dimana banyak darah

mengalir yang belum pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia.


Seorang wartawan dari "Washington Post" memberitakan dari Jakarta bahwa di

Jawa Timur saja telah terbunuh 250.000 orang, demikian menurut sumber dari

golongan Islam. Lebih lanjut "Washington Post" memberitakan bahwa puncak

pembunuhan dan teror itu pada bulan November 1965. Kepala-kepala manusia

telah dijadikan hiasan (dekorasi) pada suatu jembatan. Di tempat lain orang

melihat bahwa mayat-mayat tanpa kepala dihanyutkan di sungai-sungai di atas

rakit dalam deretan yang panjang. Sungai bengawan Solo yang indah permai

ketika itu penuh dengan mayat-mayat sehingga di sementara tempat

kadang-kadang airnya tidak terlihat tertutup oleh mayat-mayat itu.

Sungai-sungai itu airnya menjadi merah karena darah Rakyat. Pokoknya ketika

itu Indonesia seperti neraka demikian tulis Washington Post.


Sementara itu harian Inggris "Economist" memperkirakan bahwa korban yang

jatuh karena pembunuhan dan teror itu mencapai 1.000.000 orang.


Saya ingin bertanya kepada Tuan: mengapa pertumpahan darah itu sampai

terjadi atas mereka yang belum tentu berdosa? Dan mengapa masyarakat dunia

diam seribu bahasa ? Padahal dipihak lain kalau seorang manusia terbunuh di

sepanjang tembok Berlin saja, maka seluruh dunia Barat

ramai dan geger. Tapi mengapa dunia Barat itu diam dimana 800.000 Bangsa

Asia (Indonesia) telah dibunuh dan diteror dengan darah dingin, bahkan

dalam situasi Dunia sedang damai??


Saya tahu pasti bahwa diantara yang terbunuh itu ada orang komunis. Tapi apa

artinya kemerdekaan dan hak azasi manusia kalau Tuan membenarkan pembunuhan

besar-besaran itu sekedar karena mereka melakukan gerakan di bawah tanah

yang tidak diketahui oleh Pemerintah Tuan ?


Sebenrnya Tuan akan lebih bijaksana kalau Tuan mengambil langkah-langkah

pencegahan terjadinya pembunuhan besar-besaran itu sebelun

PK.I dinyatakan

dilarang oleh undang-undang.


Akan tetapi Tuan ternyata tidak berbuat demikian dan hal ini dianggap

sebagai pelanggaran terhadap hal-hal azasi manusia dan Tuan tidak

mendapatkan respek. Lepas dari ideologi apa yang sudah terjadi itu merupakan

"kejahatan nasional". |


* * *


No comments: