*Kolom IBRAHIM ISA
Selasa, 25 Sept. 2012
---------------------*
Selasa, 25 Sept. 2012
---------------------*
*Buku Baru: *
"*The CONTOURS of Mass VIOLENCE In INDONESIA, 1965-68"*
**
** * **
Aku baru membeli buku tsb di Toko Buku PERIPLUS, Indonesia Plaza, Jakarta. Cukup mahal Rp. 355.000,(tebal buku tsb305 halaman). Ketemu buku penting seperti itu memang sesuatu yang kebetulan. Tetapi juga merupakan keharusan bagiku untuk memiliki dan membacanya. Terbitnya buku yang diedit a.l oleh sahabatku*Katherine M McGregor*, pas pada suasana ketika dimana-mana di Indonesia dan mancanegara akan diperingati "Peristiwa Pembantaian Masal 1965, rupanya bukan sesuatu yang kebetulan. *TETAPI SUATU KEHARUSAN!*
Tepat sekali apa yang ditulis oleh editors Douglas Kammen dan Katherine McGregor dalam kata Pendahuluan, a..l sbb:
"*When, as sometimes happens, crucial and well-known historical events are left grossly under-studied for decades, there are usually good reasons that should serve as a warning to the unweary newcomer. Such is the case with the counter-revolutionary violence committed against the political Left in Indonesia in the 1960s. While both the circumstances in which the violence was perpetrated and the regime that emerged out of that violence have been the subject of serious academic study and debate, we know very little about the violence itself. When did mass violence begin in each locality and province? What variation was there in the perpetrators by region? Why were more people killed in some locations while more detainies survived elswhere? What was the relationship between the struggle over the central ogans of the state and localised violence". *
*As Geoffrey Robinson noted 15 years ago, one would have thought that violence on this scale, whould be the subject of serious investigations. But his has not been the case. It was not until two decades later after the proggroms that the first (and last) academic workshop was held to discuss the killings; three years later, under the careful editorship of Robert Cribb, a valuable volume was published by the Monash University Centre of Southesast Asian Studies under the title THE INDONESIAN KILLINGS OF 1965-1966. Studies from Java and Bali.*
*. . . .Since 1998, an increasing number of young Indonesian scholars and activists have begun to researach the violence against tjhe poiotical Left". *(Kiranya tak usah kuterjemahkan lagi, ya. Kan pada sudah faham bahasa Inggris, I.I.)
* * *
Bagiku merupakan suatu *"surprise" dan perhatian besar* bahwa dalam kata pengantarnya itu, para editorsnya, D. Kammen dan K. McGregor, mengkatagorikan peristiwa kekerasan, atau persekusi besar-besaran yang terjadi sejak akhir 1965 di Indonesia adalah suatu peristiwa*KEKERASAN KONTRA-REVOLUSIONER* yang dilakukan terhadap kekuatan politik Kiri.
Memang tercatat dalam sejarah kita bahwa Presiden S|ukarno sedang membimbing rakyat ke Jalan Revolusi, menuju Sosialisme Indonesia, yang akan mengubah Indonesia menjadi Indonesia yang adil dan makmur, keadilan dan kemakmuran bagi rakayat Indonesia. Jadi tidak salah bila dikatakan bahwa kekerasan yang telah mengeliminasi kekuatan politik Kiri dan Presiden Sukarno, adalah *SUATU KEKERASAN KONTRA-REVOLUSIONER!!* Bahwa kekerasan yang dilancarkan oleh kaum militer dan pendukungnya di bawah Jendral Suharto, adalah suatu kekerasan kontra-revolusioner!!
* * *
Begini ceritanya mengapa aku sampai menemukan buku "*The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68".*
Ketika sedang di Indonesia (22 Agustus -- 19 September 2012) aku bertemu dan cakap-cakap dengan sahabatku, Dr Asvi Warman Adam pada hari Senin, tanggal 17 September y.l. Kami janjian bertemu di Toko Buku Periplus, Indonesia Plaza. Setelah itu kami menyantap makanan Minang di restoran Padang tidak jauh dari toko buku. (Amboi sedapnya santapan Padang. Cukup banyak yang tidak pakai cabai. Sop buntut misalnya.).
Asvi Adam cerita bahwa di Toko Buku Periplus tsb dijual buku baru yang melaporkan sebuah konferensi di Singapura (dimana Aswi hadir) sekitar kekerasan di Indonesia. Nama buku tsb , *"The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68".* Terbitan ASAA Southeast Asia Publications Series, Singapore. Aku tertarik ingin beli buku itu. Disana kujumpai banyak buku berbahasa Inggris lainnya.
Dalam daftar peserta "conference" yang dimaksudkan itu, masuk papers a.l. dari*John Roosa*, "The September 30^th Movement. The Aporias of the Official Narratives; dari *Greg Fealy and Katherine McGregor*: "East Java and the Role of Nahdsatul Ulama in the 1965-1966 Anti Communist Violence; *Yeb-ling Tsai and Douglas Kammen*: "Anti-Communist Violence and the Ethnic Chinese in Medan"; *Vannessa Hearman*: "South Blitar and the PKI Bases: Refuge, Resistance and Repression"*; Katherine McGregor*: Mass Graves and Memories of the 1965 Indonesian Killings".
Itulah antara lain karya-karya yang terdapat dalam buku tsb yang kuciplik judul-judulnya dari sejumlah sepuluh karya dalam buku itu.
* * *
Douglas Kammen dan Katherine McGregor menjelaskan bahwa dalam bulan Juni 2009, mereka bersama Vannessa Hearman dan lain-lain aktivis, menyelenggarakan suatu konferensi di National University of Singapore. Lebih dari 30 cendekiawan dan aktivis menyampaikan papers mereka. A,l oleh *Aswi Warman Adam *dari LIPI, Jakarta; Robert Cribb dari ANU Canberra; *Nurkholis* dari KomnaHAM, Jakarta; *Putu Oka *dari Jakarta'; *John Roosa* dari UBC Vancouver; *Degung Santi Karma* dari Bali;*Saskia Wieringga* dari IIAV Amsterdam; *Winarso dari SEKBER65*, Surakarta; *Narny Yenny* dari Universitas Andalas; dll. Juga ambil bagian dalam persiapan penyelenggaraan konferensi tokoh-tokoh seperti*Ruth McVey, Ben Anderson dan Hilmar Farid*.
Buku tsb diatas adalah hasil pengeditan oleh Douglas Kammen dan Katherine McGregor.
* * *
Seperti dijelaskan oleh penerbit, -- buku "*The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68"*, menyampaikan studikasus dari pelbagai lokasi di seluruh kepulauan Indonesia. Dikemukakan dampak dan interpretasi sekitar Gerakan 30 September dan kelanjutannya; peranan dari fihak militer dan grup-grup sipil dalam mengobarkan dan melakukan kekerasan; penahanan jangka pendek dan lama, serta "warisan" dari serangan-serangan yang dilakukan terhadap kekuatan politik//Kiri.
Meskipun kejadian itu di pelbagai tempat berkembang berbeda-beda,, kekersan itu merupakan suatu *kontra-revolusi**yang dimaksudkan membatasi pemobilisasian massa dan partisipasi massa yang dilancarkan 20 tahun sebelumnya.*
Tujuannya adalah menghancurkan basis massa dari Demokrasi Terpimpin Presidsen Sukarno yang berhaluan Kiri, dan menegakkan rezim militer yang otoriter dan pro-Barat. Demikian Penerbit menjelaskan.
* * *
*Perkembangan situasi selanjutnya memang menunjukkan bahwa sebagai hasil dari KEKERASAN terhadap kekuatan politik Kiri, telah ditegakkan oleh Jendral Suharto suatu rezim militer yang otoriter dengan nama ORDE BARU (Orba).*
*Maka pada tempatnya penamaan kekerasan yang berlangsung di bawah erzim militer Jendral Suharto tsb adalah suatu tindakan KONTRA-REVOLUSIONER!!*
* * *
"*The CONTOURS of Mass VIOLENCE In INDONESIA, 1965-68"*
*
** * **
Aku baru membeli buku tsb di Toko Buku PERIPLUS, Indonesia Plaza, Jakarta. Cukup mahal Rp. 355.000,(tebal buku tsb305 halaman). Ketemu buku penting seperti itu memang sesuatu yang kebetulan. Tetapi juga merupakan keharusan bagiku untuk memiliki dan membacanya. Terbitnya buku yang diedit a.l oleh sahabatku*Katherine M McGregor*, pas pada suasana ketika dimana-mana di Indonesia dan mancanegara akan diperingati "Peristiwa Pembantaian Masal 1965, rupanya bukan sesuatu yang kebetulan. *TETAPI SUATU KEHARUSAN!*
Tepat sekali apa yang ditulis oleh editors Douglas Kammen dan Katherine McGregor dalam kata Pendahuluan, a..l sbb:
"*When, as sometimes happens, crucial and well-known historical events are left grossly under-studied for decades, there are usually good reasons that should serve as a warning to the unweary newcomer. Such is the case with the counter-revolutionary violence committed against the political Left in Indonesia in the 1960s. While both the circumstances in which the violence was perpetrated and the regime that emerged out of that violence have been the subject of serious academic study and debate, we know very little about the violence itself. When did mass violence begin in each locality and province? What variation was there in the perpetrators by region? Why were more people killed in some locations while more detainies survived elswhere? What was the relationship between the struggle over the central ogans of the state and localised violence". *
*As Geoffrey Robinson noted 15 years ago, one would have thought that violence on this scale, whould be the subject of serious investigations. But his has not been the case. It was not until two decades later after the proggroms that the first (and last) academic workshop was held to discuss the killings; three years later, under the careful editorship of Robert Cribb, a valuable volume was published by the Monash University Centre of Southesast Asian Studies under the title THE INDONESIAN KILLINGS OF 1965-1966. Studies from Java and Bali.*
*. . . .Since 1998, an increasing number of young Indonesian scholars and activists have begun to researach the violence against tjhe poiotical Left". *(Kiranya tak usah kuterjemahkan lagi, ya. Kan pada sudah faham bahasa Inggris, I.I.)
* * *
Bagiku merupakan suatu *"surprise" dan perhatian besar* bahwa dalam kata pengantarnya itu, para editorsnya, D. Kammen dan K. McGregor, mengkatagorikan peristiwa kekerasan, atau persekusi besar-besaran yang terjadi sejak akhir 1965 di Indonesia adalah suatu peristiwa*KEKERASAN KONTRA-REVOLUSIONER* yang dilakukan terhadap kekuatan politik Kiri.
Memang tercatat dalam sejarah kita bahwa Presiden S|ukarno sedang membimbing rakyat ke Jalan Revolusi, menuju Sosialisme Indonesia, yang akan mengubah Indonesia menjadi Indonesia yang adil dan makmur, keadilan dan kemakmuran bagi rakayat Indonesia. Jadi tidak salah bila dikatakan bahwa kekerasan yang telah mengeliminasi kekuatan politik Kiri dan Presiden Sukarno, adalah *SUATU KEKERASAN KONTRA-REVOLUSIONER!!* Bahwa kekerasan yang dilancarkan oleh kaum militer dan pendukungnya di bawah Jendral Suharto, adalah suatu kekerasan kontra-revolusioner!!
* * *
Begini ceritanya mengapa aku sampai menemukan buku "*The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68".*
Ketika sedang di Indonesia (22 Agustus -- 19 September 2012) aku bertemu dan cakap-cakap dengan sahabatku, Dr Asvi Warman Adam pada hari Senin, tanggal 17 September y.l. Kami janjian bertemu di Toko Buku Periplus, Indonesia Plaza. Setelah itu kami menyantap makanan Minang di restoran Padang tidak jauh dari toko buku. (Amboi sedapnya santapan Padang. Cukup banyak yang tidak pakai cabai. Sop buntut misalnya.).
Asvi Adam cerita bahwa di Toko Buku Periplus tsb dijual buku baru yang melaporkan sebuah konferensi di Singapura (dimana Aswi hadir) sekitar kekerasan di Indonesia. Nama buku tsb , *"The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68".* Terbitan ASAA Southeast Asia Publications Series, Singapore. Aku tertarik ingin beli buku itu. Disana kujumpai banyak buku berbahasa Inggris lainnya.
Dalam daftar peserta "conference" yang dimaksudkan itu, masuk papers a.l. dari*John Roosa*, "The September 30^th Movement. The Aporias of the Official Narratives; dari *Greg Fealy and Katherine McGregor*: "East Java and the Role of Nahdsatul Ulama in the 1965-1966 Anti Communist Violence; *Yeb-ling Tsai and Douglas Kammen*: "Anti-Communist Violence and the Ethnic Chinese in Medan"; *Vannessa Hearman*: "South Blitar and the PKI Bases: Refuge, Resistance and Repression"*; Katherine McGregor*: Mass Graves and Memories of the 1965 Indonesian Killings".
Itulah antara lain karya-karya yang terdapat dalam buku tsb yang kuciplik judul-judulnya dari sejumlah sepuluh karya dalam buku itu.
* * *
Douglas Kammen dan Katherine McGregor menjelaskan bahwa dalam bulan Juni 2009, mereka bersama Vannessa Hearman dan lain-lain aktivis, menyelenggarakan suatu konferensi di National University of Singapore. Lebih dari 30 cendekiawan dan aktivis menyampaikan papers mereka. A,l oleh *Aswi Warman Adam *dari LIPI, Jakarta; Robert Cribb dari ANU Canberra; *Nurkholis* dari KomnaHAM, Jakarta; *Putu Oka *dari Jakarta'; *John Roosa* dari UBC Vancouver; *Degung Santi Karma* dari Bali;*Saskia Wieringga* dari IIAV Amsterdam; *Winarso dari SEKBER65*, Surakarta; *Narny Yenny* dari Universitas Andalas; dll. Juga ambil bagian dalam persiapan penyelenggaraan konferensi tokoh-tokoh seperti*Ruth McVey, Ben Anderson dan Hilmar Farid*.
Buku tsb diatas adalah hasil pengeditan oleh Douglas Kammen dan Katherine McGregor.
* * *
Seperti dijelaskan oleh penerbit, -- buku "*The Contours of Mass Violence in Indonesia, 1965-68"*, menyampaikan studikasus dari pelbagai lokasi di seluruh kepulauan Indonesia. Dikemukakan dampak dan interpretasi sekitar Gerakan 30 September dan kelanjutannya; peranan dari fihak militer dan grup-grup sipil dalam mengobarkan dan melakukan kekerasan; penahanan jangka pendek dan lama, serta "warisan" dari serangan-serangan yang dilakukan terhadap kekuatan politik//Kiri.
Meskipun kejadian itu di pelbagai tempat berkembang berbeda-beda,, kekersan itu merupakan suatu *kontra-revolusi**yang dimaksudkan membatasi pemobilisasian massa dan partisipasi massa yang dilancarkan 20 tahun sebelumnya.*
Tujuannya adalah menghancurkan basis massa dari Demokrasi Terpimpin Presidsen Sukarno yang berhaluan Kiri, dan menegakkan rezim militer yang otoriter dan pro-Barat. Demikian Penerbit menjelaskan.
* * *
*Perkembangan situasi selanjutnya memang menunjukkan bahwa sebagai hasil dari KEKERASAN terhadap kekuatan politik Kiri, telah ditegakkan oleh Jendral Suharto suatu rezim militer yang otoriter dengan nama ORDE BARU (Orba).*
*Maka pada tempatnya penamaan kekerasan yang berlangsung di bawah erzim militer Jendral Suharto tsb adalah suatu tindakan KONTRA-REVOLUSIONER!!*
* * *
No comments:
Post a Comment