Saturday, October 20, 2012

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Rabu, 17 Oktober 2012*

*---------------------*



*BISIKAN” Dan HARAPAN Pada JOKOWI*

*SEKITAR PEMELIHARAAN MONUMEN NASIONAL “PERGURUAN KRIS”, Jln Dr Sam Ratulangi 26*



Adalah sewajarnya, pertama-tama, seperti banyak kawan dan rahayat Jakarta yang menantikan serta mengharapkan perubahaan ke arah perbaikan: --- *KITA SAMA-SAMA MENGUCAPKAN SELAMAT KEPADA JOKOWI DAN AHOK* dengan tugas barunya di ibukota Republik Indonesia dewasa ini. Mendoakan serta mengharapkan sukses dalam pengabdiannya pada masyarakat dan bangsa.


* * *

Banyak diantara kita merasa cocok dng “curhatnya” Bonnie Triyana di “Facebook” hari ini tertuju kepada Gubernur Terpilih DKI, Jokowi. Sekitar langgam memimpin JOKOWI. Berikut ini curhatnya Bonnie Triyana, pemimpin Majalah HISTORIA. Baca saja selengkapnya di bawah ini:


/*Bonnie Triyana:*/

“/Gaya kepemimpinan Jokowi membuat suasana jadi agak optimistik-romantik-menggelitik. Selama ini kita selalu disuguhi gaya kepemimpinan yang sok, angkuh, mriayi, birokrat kaku, lebih suka tunjuk jari ke bawah ketimbang cair lumer mendengarkan langsung apa aspirasi masyarakat sembari cari solusi yang terbaik untuk semua pihak. /


“/Gaya Jokowi yang santai, bersahaja sambil terus bekerja keras jauh lebih asoy geboy ketimbang gaya si Foke, pasang muka garang, birokrat tulen, kemana-mana dikawal pake nguing-nguing, mobil branded mentereng. Sementara Jokowi cuma pake mobil Inova biasa. /


“/Jokowi contoh pemimpin yang menjalani tugasnya karena panggilan, bukan kayak orang ketiban durian runtuh. Semoga jadi contoh bagi kepala daerah di wilayah lain, yang selama ini kebanyakan bergaya "kere munggah bale", seperti orang kelaparan bertahun-tahun yang kemudian disuguhi hamparan makanan lezat, bukan hanya makanannya yang dilahap bahkan piringnya pun ikut ditelan. *ambilgayakudalumping *matamendelik *mulutberbusa *kejangkejang”./



Demikian Bonnie Triyana di Facebook.



* * *//


Kemarin (16/10) sudah sedikit ku – "bisikin" kepada Jokowi:

Apa perlunya, sih, berpakaian seragam, -- begitu jadi gubernur? Pernah aku bertanya kpd seorang kawan di Jakarta : Mengapa satpam berpakaian seragam seperti hendak berangkat “perang” layaknya. Ada yang berpakaian seperti polisi militer (CPM), ada yang mirip laksamana Alri. dsb. Kawan itu menjawab, setengah ngomél-kesel : Itu kan kultur 'peninggalan” rezim Orba: Segala sesuatu yang militer ditonjolkan sebagai satu-satunya “juruselamat” tanah air dan bangsa. Menjadi populerlah berpakaian seragam. Maksudnya untuk mendemonstrasikan "wewenang dan kekuasaan". Termasuk pejabat-pejabat, yang militer maupun sipil. Setiap keluar pakai mobil dinas plat khusus TNI, atau plat khusus menteri, dan pakai kawalan segala. Itu semua untuk nakut-nakuti rahayat kecil, pak, kata kawan tadi. Benarkah bahwa kebiasaan pejabat sipil maupun militer sampai sekarang masih begitu? Meskipun sudah sepuluh tahun lebih Orba berakhir dan kita sedang REFORMASI? Membaca curhatnya Bonni Triyana, yang setiap hari harus mengukur jalan panjang yang macet menuju kekantor Majalah Historia di Jl Wahid Hsyim, Jakarta, dan balik pulang ke Depok, tampaknya ia menyaksikan bahwa kultur pembesar-pembesar dan pejabat-pejabat “kita” masih sama!! Pamer kekuasaan dan menyalah-gunakannya!!


Semoga dengan “kiprahnya” Jokowi sbg Gubernur DKI terpilih, akan berakhir budaya pembesar warisan ORBA itu. Amien . . .


* * *


Memang, seperti yang sudah menjadi fokus perhatian Jokowi/Ahok ketika berkampanye, bahwa masalah kepadatan penduduk /kemacetan lalu-lintas, perumahan rakyat, pendidikan dan kesehatan rakyat serta masalah banjir; --- itu semua adalah masalah-masalah mendesak yag perlu dipecahkan secara integral.


Pagi ini ketika nilpun ke seorang kawan di Jakarta, kawan itu dengan antusias dan spontan menyatakan kepadaku: “Eh tahu enggak, kita sudah PUNYA GUBERNUR BARU.”. Ya, aku ikuti berita sekitar terpilihnya Jakowi jadi gubernur DKI, jawabku.“Begitu resmi jadi Gubernur Jokowi serta-merta TURBA, “turun ke bawah”. Mendatangani rakyat di “bawah”. Begitu seru kawanku itu.


Kawan lainnya di Jakarta yang juga kuhubungi hari ini, sama menyatakan harapan dan keyakinannya bahwa akan ada perubahan kearah perbaikan dan kemajuan bagi rakyat Jakarta dengan terpilihnya Gubernur Jakowi dan wakilnya Ahok!. Semoga . . . amien.


* * *


Aku ada satu lagi 'bisikan” kepada Gubernur Jokowi: ---- MOHON DIPERHATIKAN TEMPAT DAN GEDUNG BERSEJARAH, seperti a.l Gedung Prokalamasi (yang sudah terlanjur dibongkar, .. . . tapi tempatnya kan masih ada, di Pegangsaan Timur 56. Dan desa Rengasdengklok, buaian REVOLUSI AGUSTUS 1945.



*Dan . . . . . . GEDUNG “PERGURUAN KRIS” DI JALAN DR SAM RATULANGI 26, JAKARTA.*


Yang menjadi fokus masalah yang ingin “kubisikkan” kepada Gubernur Jokowi, bahwa Gedung “PERGURUAN KRIS”, di Jalan Dr Sam Ratulangi No 26, di Menteng. Termasuk di situ *patung pahlawan nasional Dr. Sam Ratulangi*, mantan pemimpin Kebaktian Rakyat Indonesia Sujlawesi, dan gubernur pertama yang diangkat oleh pemerintah presidensil di bawah Presiden |Sukarno, 1945, *jelas TERLANTAR!!*


Aku ingin bisikkan keras-keras pada Gubernur Jokowi, supaya acara beliau “turba” berikutnya dicantumkan kunjungan ke Jl Dr Sam Ratulangi, 26, Gedung |Perguruan KRIS, yang sudah beberapa saat dibiarkan hancur luluh.. Sehingga lebih banyak menyerupai RERUNTUHAN PUING ketimbang sebuah gedung yang pernah dinobatkan oleh Kotapraja Jakarta sebagai tempat historis kaitannya dengan perjuangan nasional kemerdekaan bangsa kita.


* * *


Berikut ini apa yang a.l pernah dipublikasikan lewat Kolom IBRAHIM ISA , 2 Mei 2012, a.l sbb:



“Sejak 2008, jadi sudah empat tahun yang lalu, "*Gedung Perguruan KRIS" di Jalan Dr. Sam Ratulangi 26, Menteng, Jakarta, nyaris menjadi "reruntuhan" yang hanya akan tinggal puing-puing saja. . . . .



“Sesungguhnya "Gedung Perguruan KRIS" yang bersejarah itu, . . . . telah dijadikan bagian dari monumen nasional. Ini tampak dari keputusan DKI untuk mengganti nama Jalan Asembaru, dimana
Perguruan KRIS berdiri, dengan nama baru, yaitu Jln DR SAM RATULANGI. Menunjukkan kaitan langsung antara Dr GSSJ Ratulangi dengan "Gedung Perguruan KRIS".



“Sementara pencinta bangsa bersama-sama telah mendirikan PATUNG DR. GSSJ RATULANGI. Yang tampak anggun dan membanggakan serta menginspirasi semangat kebangsaan INDONESIA. Kita bisa melihat wajah patung Dr GSSJ Ratulangi diletakkan dengan terhormat persis di halaman muka Gedung Perguruan KRIS.



* * *



“Gedung tersebut terkesan tidak dirawat LAGI bahkan setelah berbulan-bulan mengalami
deteriorasi yang cukup mengiba-hatikan masyarakat umumnya dan khususnya keluarga keturunan Pahlawan Nasional SAM RATU LANGIE yang patungnya berada dihalaman tersebut.


“Pada hal gedung itu memiliki sejarah yang gemilang dalam perjuangan kemerdekaan generasi terdahulu sebagaimana dapat dibuktikan dari berbagai dokumen, dan bahkan pula dari kesaksian para TETUA yang masih ada, baik dari suku Minahasa maupun dari bangsa Indonesia pada umumnya. Kesaksian-kesaksian tersebut mengkaitkan perjuangan fisik masyarakat Jakarta dimasa lalu, perjuangan sosial dan budaya untuk memerdekakan dan meneruskan cita-cita kemerdekaan ini.

Maka, dalam kesempatan yang baik ini, sehari sesudah dilantiknya Gubernur DKI terpilih JOKOWI, aku “bisikkan” aku himbau Gubernur DKI Jokowi untuk mencantumkan acara “turun ke bawah” -- melakukan kunjungan ke Gedung Perguruan KRIS, Jalan Dr Sam Ratulangi No. 26, Jakarta.



* * *



Masalah yang disampaikan sekitar "GEDUNG PERGURUAN KRIS", JL SAM RATULANI No 26, Jakarta, itu bukan sekadar masalah gedung semata. Tapi menyangkut masalah sikap terhadap peninggalan sejarah perjuangan kemerdekaan, menyangkut bagaimana sikap kita terhadap para 'founding fathers" dari negara kita Republik Indonesia.

Oleh karena itu sewajarnya amat diharapkan masalah ini oleh fihak-fihak yang bersangkutan, yaitu Yayasan Perguruan KRIS dan DKI, diperhatikan dan ditangani untuk DIrehabilitasi dan
mendaya-gunakan gedung tersebut sesuai kelayakannya. Masalah ini adalah masalah seluruh masyarakat, menyangkut masalah kesedaran berbangsa kita semua, maka juga wajarlah pengurusannya, penanganannya dilakukan tanpaditunda-tunda lagi.



* * *


























No comments: