Wednesday, April 16, 2014


Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 02 April 2014
----------------------------

"HISTORIA" MAJALAH SEJARAH POPULER PERTAMA DI INDONESIA


Belakangan ini Pemimpin Majalah "HISTORIA", Bonnie Triyana, mempublisir sebuan berita anjuran sehubungan dengan PERINGATAN 04 TAHUN MAJALAH "HISTORIA".

Mari ikuti sedikit komentar Redaksi "Historia" ( No. 10, Tahun 1, 2013), a.l.

"Sejak kami menerbitkan Historia, selalu saja ada wartwawan menelpon maupun menyambangi kantor. Wartawan asing maupun lokal.  Kami gantian menjawab
menjadi narasumber, dan . . . . nampang di TV.

"Sedari bikin konsep majalah ini, kami sudah meyakini isu sejarah adalah liputan yang seksi dan jadi tren. Dan rasanya senang ketika kini banyak media menyediakan ruang.
Banyak orang mulai suka sejarah. Kami juga bisa ikut nampang, sembari menunggu ide bikin channel sendiri terresalisasi".

*    *    *

Di bawah ini disiarkan ulang sebuah liputan sekitar kegiatan Redaksi "HISTORIA", yang, selain mengelola dan menerbitkan sebuah majalah sejarah yang pertama di Indonesia, tetapi juga melakukan kegiatan penting\lainnya.
Antara lain: Mengadakan  mini seminar sejarah di gedung Redaksi.

Di dalam seminar itu di undang  a.l sejarawan, wartawan, penulis dan para history-minded lainnya.
 
Pernah diundang datang sebagai pembicara utama  mini seminar tsb, a.l  Indonesianis, Dr Max Lane;  Ketua St Wertheim, Dr Coen Holtsappel;
sejarawan dan penulis buku biografi TAN MALAKA, Prof Dr Harry Poeze;  sejarawan/penuis, Prof Dr Jan Breman, dll

*    *    *

Cakap-Cakap SEJARAH Di Redaksi “HISTORIA ONLINE” Bersama BONNIE TRIYANA c.s.

Jum’at, 29 Juli 2011 Salah satu acara menarik, penting dan bermanfaat bagiku di Indoneisa,
adalah kunjungan atas undangan, — ke *Redaksi Majalah Historia Online*
di Jakarta. Kantornya di tingkat empat (kalau tak salah). Luasnya lumayan.

Disitulah sejumlah sejarawan, jurnalis dan penulis muda, harapan bangsa,
dari pagi sampai tengah malam, tak kenal lelah, menggeluti masalah
sejarah bangsa dan negeri kita serta mancanegara. Misi mereka sungguh
fital:

Membikin masyarakat kita, kaum muda kita, PEDULI SEJARAH.
Melalui penelitian, studi dan penulisan (kembali) peristiwa dan kasus
sejarah, dengan serius, tapi juga menarik dan populer,
mempresentasikannya kepada masyarakat. Maksudnya agar mudah diingat
serta tersimpan baik dalam memori. Memberikan sumbangan agar generasi
muda Indonesia dewasa ini — menjadi ‘history minded’. Mentrapkan ajaran
Bung Karno – yang populer dinyatakan dalam dua kata:  “JAS MERAH”
Jangan sekali-kali melupakanj sejarah!

* * *
Betapa tak terharu, bangga dan inspiratif. Menyaksikan tenaga-tenaga
muda yang begitu bersemangat dan antusias mentrapkan visi dan misinya!

Aku gembira sekali dan merasa terhormat dapat undangan dari pemimpin
redaksinya Bonnie Triyana, untuk cakap-cakap sejarah dengan generasi
muda pengelola Majalah Historia Online.

* * *
“*Explorer” Ibn BATUTTA — INI JUGA Tokoh SEJARAH*
Mari beralih tema sejenak, ke masalah hangat lainnya.
Soalnya, karena itu juga sehubungan dengan masalah sejarah. Begini
ceriteranya: Mingguan Amerika, ‘Time Magazine” (nomor 1– 8 Agustus,
2011), mendjadikan tema pokok majalahnya pekan nanti, adalah masalah
ISLAM. Tidak kurang dari 60 halaman diperuntukkan bagi masalah tsb
dengan judul: *“TRAVELS THROUGH ISLAM*; Discovering a world of change
and challenge in the footsteps of the 14^th century explorer *IBN
BATTUTA*”. Dalam bahasa kita, diterjemahkan bebas: “Perjalanan Di Dunia
Islam: Menemukan suatu dunia yang (sedang) berubah dan tantangan di
sepanjang jalan yang ditempuh Ibn Batutta, Pengembara Abad Ke-XIV”.

Pengembara Ibn Batutta adalah tamatan sekolah hukum dari Tangier,
Maroko, Ia berasal dari suku Berber. “Time Magazine” menarik persamaan
antara *Ibn Battuta* dengan *Marco Polo* (Itali) dan *Laksamana Zheng
He* (Tiongkok). Ketiga exoplorer sejarah dunia tsb oleh Time Magazine
masing-masing dijuluki sebagai ONE MAN’S ODYSSEY, Pengembara Seorang Diri.

Menarik sekali untuk sedikit didalami pandangan dan apa saja kesan-kesan
cendekiawan dan penulis Tangier ini, Ibn Battuta. Ia, berangkat dari
kampung halamannya dengan meninggalkan keluarga dan handai taulannya,
Sejak itu selama kurang-lebih 30 tahun ia melakukan perjalanan panjang
dan lama. Mengembara di “Dar El Islam”, yaitu negeri-negeri Afrika
Utara, Asia Minor, Eropah,Timur Tengah dan sampai ke Tiongkok.

Perhatian Time Magazine pada ‘Dar El Islam-nya’ Ibn Battuta ini kok
seperti kebetulan bersamaan waktu dengan terjadinya peristiwa pemboman
teroris di Oslo dan pembantaian terhadap pemuda-pemudi Partai Buruh
Norwegia yang sedang melakukan kegiatan bersama di Pulau Utoeya .
Korbannya mencapai kurang lebih 90 orang terbunuh. Padahal tiulisan Time
Magazine itu dipersiapkan jauh sebelum terjadinya “masaker Norwegia” tsb.

Memang, — ‘pembantaian di Norwegia”(22/7), menimbulkan semacam
‘titik-balik’ dalam sikap (Barat terutama) terhadap ‘terorisme’. Selama
ini, orang memandang aksi-aksi teror utama di dunia adalah, — yang
dinyatakan sebagai ‘terorisme Islam’ . Suatu cara untuk mencapai
tujuannya dengan melakukan aksi-aksi radikal-ekstrim. Yang, untuk
memperoleh dampak dan ‘kejutan’ yang diharapkan, menyasar pada
manusia-manusia biasa yang tak bersalah dan tak ada sangkut pautnya
secara langsung dengan hal yang diisukan oleh si pelaku teroris itu.

Cara-cara ini a.l. ditandai oleh aksi orang-orangnya Osama Bin Laden di
New York, Manhattan Twin Towers (9/11), yang menimbulkan korban sampai
3000 orang terbunuh.

Titik balik pandangan ini — tercermin a.l di sepucuk
surat-kiriman-pembaca yang disiarkan oleh s.k. The Independent (Daily),
London, 25 Juli 2011, sbb:

“Now that the architect of the Norwegian massacre turns out to be a
blue-eyed, blond, white, Christian, right-wing fundamentalist, (Anders
Behring Breivik, a 32-year-old Norwegian) –where have all the so-called
experts on “Islamic terrorism” suddenly gone? .

Dalam bahasa kita: *Sekarang ini ketika ternyata bahwa arsitek
pembantaian Norwegia, sdalah seorang Norwegia yang bulé, orang
fundamentelis Kanan Kristen, bernama Anders Behring Breivik, –
dimanakah gerangan mereka-mereka itu berada, yang katanya pakar tentang
“terorisme Islam”. Kok tiba-tiba menghilang? . . .*

Terjadinya ‘titik-balik’ dalam pandangan terhadap masalah ‘terorisme’
juga bisa terlihat dari sikap pelbagai partai kiri di Eropah yang dewasa
ini mengambil posisi ofensif terhadap partai-partai ekstrim kanan.
Sedangkan partai-partai kanan tsb mengambil posisi ‘defensif” .
Berusaha mendenstansiir parpolnya dari terorisme di Norwegia.

* * *
Tapi, mengenai Ibn Batutta dan kaitannya dengan ‘masaker Norwegia’ kita
stop di sini untuk sementara. Didulukan sekitar kunjunganku dan acara
CAKAP-CAKAP SEJARAH DENGAN TEMAN-TEMAN DI REDAKSI HISTORIA ONLINE.

* * *
SEKITAR KONFERENSI ASIA-AFRIKA DI BANDUNG
Cakap-cakap yng dipandu oleh Bonnie Triyana itu mengambil fokus sekitar
Gerakan Kemerdekaan Asia -Arika di paro pertama dan kedua abad ke-XX.
Salah satu puncak kebangkitan bangsa-bangsa Asia dan Afrikam melawan
kolonialisme dan imperialisme untuk kemerdekaan nasional, pasca Perang
Dunia II, adalah diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika di |Bandung
dalam bulan April 1955.

Dibicarakan saling hubungan antara Konferensi Asia-Afrika di Bandung,
yang dihadiri oleh 29 negeri dan daerah (baik yang sudah mencapai
kemerdekaannya maupun yang masih dalam proses perjuangan), — dengan
Gerakan Solidaritas Rakyat-Rakyat Asia Afrika, yang bermarkas di Cairo,
Mesir, sejak akhir tahun limapuuhan abad lalu. Dalam diskusi diperoleh
kejelasan bahwa Konferensi Bandung (1955) adalah berstatus resmi,
mewakili negara-negara dan pemerintah A-A; sedangkan Gerakan Solidaritas
AA dengan organisasinya AAPSO – Afro-Asian People’s Solidarity
Organization, adalah suatu gerakan rakyat yang ‘non-governmental’.
Tetapi yang saling berkordinasi dalam perjuangan melawan kolonialisme
dan imperialisme.

Sangat membesarkan hati adanya perhatian besar hadirin mengenai masalah
perjuangan rakuyat Asia-Afrika untuk kemerdekaan nasional yang penuh.

* * *
Antara lain juga hangat dibicarakan mengenai pergolakan dan perlawanan
rakyat terhadap rezim Gadhafi di Lybia. |Mengapa, misalnya, terhadap
ketiadaan demokrasi dan HAM di banyak negeri lainnya, seperti di Timur
Tengah, sebagai contoh, Saudi Arabia, dunia Barat tidak peduli
samasekali. |Sedangkan di Lybia, sampai kekuatan bersenjata NATO ikut
turun tangan. Diperoleh pemahaman bahwa campur tangan langsung Barat –
Nato di Lybia, sebab utamanya ialah, karena di Libya terdapat sumber
minyak yang besar. Sedangkan penguasanya, rezim Gsdhafi, bukan suatu
rezim yang pro-Barat. Beda dengan misalnya rezim di Saudi Arabia atau di
Emirat Arab. Selain itu rezim Gadhafi memang pernah terlibat dalam aksi
tgeror terhadap Barat.

Masih terdapat hal-hal lain yang muncul dalam diskusi yang dipandu oleh
Redaksi Hisotria Online. Semua itu menarik dan mendapt perhatian besar
dalam pendiskusian, baik yang bersangkutan dengan masalah dalam negeri
maupun mengenai dunia internasional.

Pertemuan semacam yang diselenggarakan oleh Redaksi Historia Online,
seperti ini ternyata bermanfaat sekali, dalam rangka memperluas wacana,
menambah input dan menguji pandangan masing-masing mengenai masalah
aktuil dalam dan luar negeri.

*    *    *













No comments: