Wednesday, April 16, 2014

SEBUAH “CANANG” UTK PDI-P DAN MEGAWATI

Kolom IBRAHIM ISA
Minggu, 13 April 2014
------------------------------

SEBUAH “CANANG” UTK PDI-P DAN MEGAWATI

* * *

Situasi politik tanah air Pasca “09/4”, pemilihan legeslatif yang lalu, di dunia media . . . nasional maupun internasional, menampilkan berbagai analisis yang menarik.

Diantara sekian banyak komentar dan analisis, tulisan Michel Maas (12 April '14), wartawan “de Volkskrant” yang bertugas di Jakarta, termasuk mengandung analisis yang baik direnungkan dan dipertimbangkan. Teristimewa bagi PDI-P dan para pendukungnya.

Analisis tsb baik dijadikan canang bagi para petinggi PDI-P, khususnya bagi Ketum Megawati Sukarno Putri dan Puan Maharani.

* * *

Tulis Michel Maas dengan tajam: “Kampanye pemilihan telah menjelaskan sebuah problem fundamental: pemimpin partai Megawati dan putrinya Puan Maharani, ---- merekalah yang berkuasa”.

Penganalisis khawatir nanti akan terulang lagi praktek 'dagang sapi' di dunia perpolitikan. Sebagaimana terjadi selama ini di Indonesia.

Tulis wartawan Belanda itu selanjutnya: “PDI, singkatnya, masih saja seperti selama ini, adalah sebuah kendaraan (politik) untuk kekuasaan bagi ex-presiden Megawati, putri Sukarno. Dia yang melakukan perundingan dengan yang kemungkinan diajak berkoalisi. Dialah juga yang memilih siapa-siapa yang akan jadi calon wapres. Baru nanti belakangan Jokowi boleh memilih dari tiga kandidat (yang sudah dipilih lebih dulu oleh Mega). Katanya ia (Jokowi) yang terakhir yang menentukan, tapi tidak lebih dari itu.

Lalu saran yang cukup bersahabat yang diajukan oleh Michel Maas, sbb:

Jokowi hanya bisa memenuhi harapan, bila ia diberikan kebebasan, untuk menentukan politiknya dan menyusun kabinetnya sendiri. Sebagai gubernur Jakarta Jokowi telah menciptakan keajaiban. Ia menangani problim-problim yang dulunya dianggap merupakan problim yang tidak mungkin dipecahkan. Dan ia menanganinya dengan kejernihan dan kesegaran. Yang membuatnya jadi fonomena, menjadi luar biasa, terkenal jauh di luar kota (Jakarta).

Ia lain: Ia bukan bagian dari 'establishment politik'. Ia tidak memutar-balikkan hukum dan undang-undang demi kepentingannya sendiri. Dan ia tidak ambil bagian dalam praktek 'salam témpél', korupsi.

Sebagai orang yang jujur ia telah menjadi pahlawan rakyat, yang mengharapkan bila ia (nanti) jadi presiden, juga bisa mengadakan pembersihan besar yang seperti ia lakukan selama ini.

Tapi setelah apa yang terjadi akhir minggu ini – – apa hal itu bisa terjadi atau tidak kita lihat saja.

Demikian Michel Maas, wartawan 'de Volkskrant” di Jakarta.

* * *

Untuk para pemilih yang telah 'mencoblos' tanda gambar NOMOR 4, PDI-P, hasil pemilihan 09 April y.l merupakan suatu 'kekecewaan' . Pemimpin-pemimpin PDI-P meramalkan bahwa PDI-P paling tidak akan menggondol 25% suara.

Diberitakan bahwa Jokowi pernah 'nyeletuk' PDI-P akan capai 35%. Pemilihan 09 April lalu, PDI-P dapat HANYA sekitar 20% SAJA. Benar PDI-P keluar dari pemilihan sebagai parpol terbesar, tetapi jauh dari harapan PDI-P dan pendukungnya.

* * *

Wartawan Aboeprijadi Santoso, menulis di Facebook, bahwa yang keluar sebagai pemenang adalah PKB. PDI-P malah kalah.

Dari Jakarta seorang kawan menyampaikan bahwa hasil diluar harapan PDI-P disebabkan oleh sebab pokok a.l dalam masalah kampanye pemilihan yang dilakukan oleh PDI-P.

Ini nyambung dengan apa yang dinyatakan oleh Jokowi sendiri:

Seharusnya mereka (PDI-P) secara besar-besaran melakukan kampanye pada saat saya menyatakan kandidatur saya, tetapi mereka tidak melakukannya”. . Kami bahkan tidak memperoleh anggaran sama sekali untuk memasang iklan. Baru tiga hari menjelang pemungutan suara. Ada perubahan. Itu sudah terlambat. Kata Jokowi.

Analisis wartawan Michel Maas, bagi sementara pembaca mungkin nyambung dengan analisis mereka sendiri. Bagi banyak pembaca merupakan suatu pengungkapan.

* * *

Bagi PDI-P dan Megawati, analisis Michel Maas patut menjadi canang.

Masalahnya menyangkut kehidupan intern parpol PDI-P. Seyogianya PDI-P dengan serius memperhatikan dan mempertimbangkan suara-suara kritis mengenai langgam pimpinan PDI-P di dalam partainya, khususnya peranan Megawati dan putrinya Puan Maharani. Dalam satu kata “tidak demokratis”.

Ditengah ramainya komentar dan analisis bisa juga dibaca yang bagi banyak pendukung Jokowi merupakan angin segar:

Jokowi akan pimpin tim sukses sendiri, tak di bawah Puan. "Iya berbeda. Mbak Puan tetap di Pemilu.

Dan saya juga akan turun sendiri untuk pemenangan," tegasnya di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (11/4).

* * *

No comments: