Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 06 Desember 2013
-----------------------------------------------------IN MEMORIAM NELSON MANDELA
Nelson Mandela, telah tiada. Beliau meninggal kemarin malam pada usia 95 tahun.
Untuk memperingati MANUSIA LUAR BIASA ini di bawah ini kusiarkan kembali kolom yang
ditulis ketika memperingati Ultah Ke-90 Nelson Mandela.
* * *
MADIBA Mandela Pemimpin Teladan . . . .
Coba
kita
lihat sekilas pers Indonesia hari ini, spertinya, kok,
tak
ada
berita mengenai Ultah Ke-90 Nelson MANDELA, mantan Presiden
Republik
Afrika
Selatan. Apakah pers Indonesia kurang perhatian
terhadap
peristiwa
penting ini? Atau memang aku yang tidak
mengetahuinya.
Mungkin
saja pada hari ultah ke-90 Mandela tokh ada
jurnalis
Indonesia
yang menulis. Kalau benar begitu, kalau hari
penting
ini
tak terlupakan, kita ucapkan syukur alhamdulillah!
Memperingati
hari ultah Nelson Mandela, jelas, maksudnya ialah
untuk
menarik manfaatnya, bisa secara rendah hati, menarik pelajaran
dari
beliau,
dari sejarah hidup beliau, sebagai seorang pejuang yang
konsisten
untuk
kemerdekaan bangsanya, sebagai pemersatu bangsanya
yang
terdiri
dari begitu banyak etnik dan suku, sebagai kepala negara
sesudah
negerinya
mencapai kemerdekaan, sebagai negarawan bijaksana
dan
ulung,
yang dalam sejarah bangsa-bangsa tak akan dilupakan suri
teladan
yang
diberikannya bagi kita semua.
Mandela
adalah
tokoh penting. Penting bagi bangsanya, bagi Afrika dan
bagi
dunia
yang menghadapi demkian banyak konflik dan problim. Baik
dilihat
dari
peranannya dalam perjuangan bangsanya melawan rezim
'apartheid'
Afrika Selatan, maupun dalam perjuangan pembebasan
nasional
bangsanya.
Bisa dikatakan bahwa selama 100 tahun belakangan
ini,
tak
gampang menemukan seorang pejuang Afrika seperti Mandela,
yang
telah
memberikan seluruh hidupnya untuk cita-cita kebebasan dan
keadilan
bangsanya
dan perjuangan untuk keadilan secara internasional.
Jarang
ada manusia seperti Mandela, yang mencurahkan perhatian luar
biasa
pada
perjuangan melawan penyakit HIV-Aids di negerinya sendiri
,
di Afrika dan secara mancanegara.
*
* *
Barangsiapa
mengikuti
perkembangan situasi bangsa-bangsa Asia, Afrika,
khususnya
bangsa
Afrika dalam puluhan tahun belakangan ini, maka
pasti
tak
asing dengan nama Nelson Mandela, pemimpin ANC, African
National
Congress,
pemimpin perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan
Apartheid
rezim
Afrika Selatan yang rasis dan rasialis waktu itu.
Seorang
pemimpin
perjuangan bangsanya yang dipenjarakan di Roben
Island,
oleh
rezim apartheid Afrika Selatan tidak kurang dari 27 tahun.
Dalam
proses
perjuangan bangsa Afrika Selatan melawan Apartheid untuk
kemerdekaan
nasional,
Mandela dikenal sebagai tokoh pemimpin
perjuangan
yang
pada tahun 60-a abad lalu beralih dari perjuangan
aksi
massa
damai, seperti halnya dengan perjuangan bangsa-bangsa
Afrika
lainnya,
a.l. Aljazair, Angola, Guinea Portugis dan kemudian
Zimbabwe, karena ditindas dengan kejam oleh rezim
penguasa,
mengambil
kesimpulan
beralih ke perjuangan bersenjata. ANC yang
dipimpin
Mandela,
membentuk sayap perjuangan bersenjata yang terkenal
dengan
nama
'Umkontho we Sizwe', artinya 'Perisai Nasion'. Ketika
dipenjarakan
Mandela
menolak tawaran dibebaskan oleh rezim Apartheid
ketika
itu,
asal saja ia mau menghentikan perjuangan bersenjata yang
dipimpinnya
melawan rezim Apartheid.
Dalam
pecakapannya
dengan salah seorang pemimpin majalah Time Magazine
baru-baru
ini,
Mandela ditanya: Ketika Anda memutuskan untuk
menghentikan
sementara
perjuangan bersenjata, apakah itu disebakan
karena
Anda
menyadari bahwa Anda tidak punya cukup kekuatan untuk
menggulingkan
pemerintah,
atau, karena Anda tau bahwa Anda dapat
memenangkan
opini
internasional dengan cara memilih tanpa-kekerasan
(nonviolence)?
Sungguh
bijaksana jawaban Mandela. Mandela: 'Mengapa
tidak
kedua-duanya?'.
Kita
kenal
banyak pemimpin Afrika yang tadinya pejuang, kemudian
sesudah
berkuasa
terlibat korupsi dan KKN. Perhatian dan kegiatan
mereka
ialah
bagaimana supaya bisa berkuasa terus. Mandela, seperti
Nyerere,
mantan
presiden Tanzania, termasuk pemimpin yang tidak
korup,
yang
jarang didapati di negeri-negeri yang sedang berkembang.
Seperti
halnya
Nyerere, Mandela adalah presiden pilihan rakyat, yang
sesudah
masa
jabatannya, turun panggung kekuasaan, menolak untuk
dipilih
kembali
menjadi presiden. Mandela bahkan pernah mengatakan
bahwa
seharusnya
ia lebih dahulu mengundurkan diri.
Kita
juga
kenal Mandela sebagai negarawan yang bebas mandiri dalam
menentukan
politiknya
menghadapi negara adikuasa seperti Amerika
Serikat.
Ketika
Presiden Bush menekan negara-negara lain agar,
sepeerti
AS,
mengambil sikap memusuhi pemerintah Ghadafi dari Lybia
dan
pemerintah
Presiden Castro dari Cuba, -- Presiden Mandela
menolak
tegas.
Mandela dengan tandas menyatakan bahwa Ghadafi maupun
Castro
adalah
sahabat rakyat Afrika Selatan dalam perjuangan mereka
melawan
Apartheid
untuk kemerdekaan nasional. Mandela tidak melupakan
sahabat
semasa
sulit. Banyak negeri tidak berani mengeritik Presiden
Bush
ketika
melakuka invasi terhadap Irak. Tetapi Presiden Mandela
jelas-jelas
mengritik
Presiden Bush, yang dikatakannya bertindak
menghancurkan
peranan
PBB.
Dari
sedikit saja seperti yang dikemukakan di atas, kita bisa belajar
dari
tokoh
pemimpin dan negarawan Mandela. Yaitu belajar dari
keberanian
dan
kemantapan beliau, untuk berdikari dalam melaksanakan
politik
dalam
dan luar negeri. Selain itu, tidak melupakan sahabat
yang
diperoleh
ketika di masa sulit. Juga orang bisa belajar dari
sikap
Mandela
yang konsisten tidak menyalahgunakan kekuaasaan untuk
memperkaya
diri
dan ber-KKN.
*
* *
KOMISI
KEBENARAN
DAN REKONSILIASI AFRIKA SELATAN.
Karena
kita
sebagai bangsa, juga ada satu soal besar yang hendak
diurus,
diselesaikan
yaitu maslah Kebenaran dan Rekonsiliasi
menyangkut
bangsa
sendiri, maka beberapa tahun yang lalu banyak
dikemukakan
bahwa
dalam hal menegakkan Kebenaran dan Rekonsiliasi
bagi
bangsa
ini, kita perlu belajar dari Afrika Selatan. Perlu belajar
dari
Afrika
Selatannya Nelson Mandela.
Dinyatakan
bahwa,
mengenai masalah Kebenaran dan Rekonsliasi, kita
perlu
belajar
dari perjuangan dan suri teladan Presiden Mandela.
Pernah
Indonesia
mengirimkan tim untuk belajar dari Komisi Kebenaran
dan
Rekonsiliasi
di Afrika Selatan. Entah bagaimana kelanjutan hasil
tim
belajar
ke Afrika Selatan itu, ingin juga kita tau.
Barangkali
orang
sudah tidak ingat lagi, bahwa TRC, The Truth
Commission
and
Reconcilliation of South Africa, adalah suatu badan
yang
dibentuk
dalam kaitannya dengan pelaksanaan Undang-undang
Promosi
Persatuan
Nasional dan Rekonsiliasi, 1995. Mandat Komisi in
ialah
menjadi
saksi, mencatat dan dalam hal tertentu memberikan
amnesti
kepada
para pelaku kejahatan sehubungan dengan pelanggaran
hak-hak
manusia,
ganti rugi dan rehabilitasi. Komisi ini diketuai oleh
seorang
tokoh
pejuang perlawanan terhadap Apartheid, Uskup Desmond Tutu.
Komisi
Kebenaran
dan Rekonsiliasi ini merupakan seperti badan
pengadilan
yang
bersidang di Afrika Selatan sesudah berakhirnya
Apartheid.
Setiap
orang yang merasa menjadi korban kekerasan bisa
tampil
dan
didengar suaranya oleh TRC. Para pelaku kekerasan juga
dapat
memberikan
kesaksiannya dan minta amnesti dari suatu persekusi.
TRC
–
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi tsb oleh banyak fihak dianggap
merupakan
komponen
penting peralihan ke suatu demokrasi yang bebas di
Afrika
Selatan.
Ada kritik-kritik yang diajukan mengenai TRC, juga
terdapat
kekurangan-kekurangan,
namun tokh dianggap suatu sukses.
Meskipun
itu
bukan dalam pengertian universil. Hal itu merupakan
konsepsi
dan
praktek Afrika Selatan. Namun, kita, sebagai bangsa yang
masih
mencari-cari
dan berusaha untuk memulihkan kesatuan dan
persatuan
bangsa
yang sesungguhnya, sungguh, kita bisa belajar dari
TRC
di
Afrika Selatan.
Perhatikan
ini:
Pekerjaan TRC dilaksanakan melalui tigga macam Komite:
Satu,
Komite
Pelanggaran HAM yang menginvestigasi pelanggaran HAM yang
berlangsung
antara
1960 sampai 1994.
Kedua,
Komite
Gantirugi dan Rehabilitasi yang bertugas memulihkan
kehormatan
para
korban dan merumuskan usul-usul untuk membantu
berlangsungnya
rehabilitasi.
Ketiga,
Komite
Amnesti mempertimbangkan permintaan dari perorangan
untuk
diberikan
amnesti sesuai dengan fasal-fasal undang-udang.
Masih
banyak
hal-hal yang perlu diketahui dan dipelajari dengan
sungguh-sungguh
dan
seksama oleh Komnasham Indonesia dan KKR, mengenai
Komisi
Kebenaran
dan Rekonsiliasi Afrika Selatan.
Sehubungan
dengan
soal inilah antra lain pentingnya kita memperingati
Hari
Ultah
Ke-90 Nelson Mandela. Untuk mengingat kembali perjuangan
sulit
bangsa
Afrika Seltan di bawah pimpinan Nelson Mandela, yang
telah
berhasil
mencapai kemerdekaan dan mentrapkan konsepsi dan
melaksanakan
Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi. Tujuan kita ialah
untuk
menarik
manfaat dari suri teladan yang diberikan oleh Nelson
Mandela,
sebagai
pemimpin perjuangan, bapak bangsa dan negarawan yang
bijaksana.
*
* *
Baiklah
kiranya
menutup tulisan memperingati Ultah Ke-90 Nelson
Mandela
ini
, dengan pernyataan terima kasih kita kepada Afrika
Selatan,
yang
telah menyampaikan Bintang Kehormatan Kelas Satu Oliver
R.
Tambo,
kepada mendiang Bung Karno. Bung Karno dinilai telah
memberikan
insipirasi
bagi perjuangan rakyat Afrika Selatan dan
bangsa-bangsa
lainnya
di Asia dan Afrika untuk kemerdekaan nasional.
Seperti
terucapkan
oleh Presiden Tabo Mbeki, Bung Karno sebagai
inspirator
perjuangan
kemerdekaan, telah melampaui batas-batas
nasional.
Tidak
sedikit bangsa-bangsa terutama di Asia dan Afrika yang
mengenal
tokoh
Bung Karno sebagai inspirator perjuangan pembebasan.
Bung
Karno
bukan saja tokoh nasional tetapi seorang tokoh internasional.
*
* *
No comments:
Post a Comment