Tuesday, December 10, 2013

IN MEMORIAM NELSON MANDELA

Kolom IBRAHIM ISA 

Jum'at, 06 Desember 2013

-----------------------------------------------------


IN MEMORIAM NELSON MANDELA
Nelson Mandela, telah tiada.  Beliau meninggal kemarin malam pada usia 95 tahun.

Untuk memperingati MANUSIA LUAR BIASA ini di bawah ini kusiarkan kembali kolom yang
ditulis ketika memperingati Ultah Ke-90 Nelson Mandela.

*    *    *


MADIBA Mandela Pemimpin Teladan . . . .

Coba kita lihat sekilas pers Indonesia hari ini, spertinya, kok,
tak ada berita mengenai Ultah Ke-90 Nelson MANDELA, mantan Presiden
Republik Afrika Selatan. Apakah pers Indonesia kurang perhatian
terhadap peristiwa penting ini? Atau memang aku yang tidak
mengetahuinya. Mungkin saja pada hari ultah ke-90 Mandela tokh ada
jurnalis Indonesia yang menulis. Kalau benar begitu, kalau hari
penting ini tak terlupakan, kita ucapkan syukur alhamdulillah!

Memperingati hari ultah Nelson Mandela, jelas, maksudnya ialah
untuk menarik manfaatnya, bisa secara rendah hati, menarik pelajaran
dari beliau, dari sejarah hidup beliau, sebagai seorang pejuang yang
konsisten untuk kemerdekaan bangsanya, sebagai pemersatu bangsanya
yang terdiri dari begitu banyak etnik dan suku, sebagai kepala negara
sesudah negerinya mencapai kemerdekaan, sebagai negarawan bijaksana
dan ulung, yang dalam sejarah bangsa-bangsa tak akan dilupakan suri
teladan yang diberikannya bagi kita semua.

Mandela adalah tokoh penting. Penting bagi bangsanya, bagi Afrika dan
bagi dunia yang menghadapi demkian banyak konflik dan problim. Baik
dilihat dari peranannya dalam perjuangan bangsanya melawan rezim
'apartheid' Afrika Selatan, maupun dalam perjuangan pembebasan
nasional bangsanya. Bisa dikatakan bahwa selama 100 tahun belakangan
ini, tak gampang menemukan seorang pejuang Afrika seperti Mandela,
yang telah memberikan seluruh hidupnya untuk cita-cita kebebasan dan
keadilan bangsanya dan perjuangan untuk keadilan secara internasional.
Jarang ada manusia seperti Mandela, yang mencurahkan perhatian luar
biasa pada perjuangan melawan penyakit HIV-Aids di negerinya sendiri
, di Afrika dan secara mancanegara.

* * *

Barangsiapa mengikuti perkembangan situasi bangsa-bangsa Asia, Afrika,
khususnya bangsa Afrika dalam puluhan tahun belakangan ini, maka
pasti tak asing dengan nama Nelson Mandela, pemimpin ANC, African
National Congress, pemimpin perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan
Apartheid rezim Afrika Selatan yang rasis dan rasialis waktu itu.
Seorang pemimpin perjuangan bangsanya yang dipenjarakan di Roben
Island, oleh rezim apartheid Afrika Selatan tidak kurang dari 27 tahun.

Dalam proses perjuangan bangsa Afrika Selatan melawan Apartheid untuk
kemerdekaan nasional, Mandela dikenal sebagai tokoh pemimpin
perjuangan yang pada tahun 60-a abad lalu beralih dari perjuangan
aksi massa damai, seperti halnya dengan perjuangan bangsa-bangsa
Afrika lainnya, a.l. Aljazair, Angola, Guinea Portugis dan kemudian
Zimbabwe, karena ditindas dengan kejam oleh rezim penguasa,
mengambil kesimpulan beralih ke perjuangan bersenjata. ANC yang
dipimpin Mandela, membentuk sayap perjuangan bersenjata yang terkenal
dengan nama 'Umkontho we Sizwe', artinya 'Perisai Nasion'. Ketika
dipenjarakan Mandela menolak tawaran dibebaskan oleh rezim Apartheid
ketika itu, asal saja ia mau menghentikan perjuangan bersenjata yang
dipimpinnya melawan rezim Apartheid.

Dalam pecakapannya dengan salah seorang pemimpin majalah Time Magazine
baru-baru ini, Mandela ditanya: Ketika Anda memutuskan untuk
menghentikan sementara perjuangan bersenjata, apakah itu disebakan
karena Anda menyadari bahwa Anda tidak punya cukup kekuatan untuk
menggulingkan pemerintah, atau, karena Anda tau bahwa Anda dapat
memenangkan opini internasional dengan cara memilih tanpa-kekerasan
(nonviolence)? Sungguh bijaksana jawaban Mandela. Mandela: 'Mengapa
tidak kedua-duanya?'.

Kita kenal banyak pemimpin Afrika yang tadinya pejuang, kemudian
sesudah berkuasa terlibat korupsi dan KKN. Perhatian dan kegiatan
mereka ialah bagaimana supaya bisa berkuasa terus. Mandela, seperti
Nyerere, mantan presiden Tanzania, termasuk pemimpin yang tidak
korup, yang jarang didapati di negeri-negeri yang sedang berkembang.
Seperti halnya Nyerere, Mandela adalah presiden pilihan rakyat, yang
sesudah masa jabatannya, turun panggung kekuasaan, menolak untuk
dipilih kembali menjadi presiden. Mandela bahkan pernah mengatakan
bahwa seharusnya ia lebih dahulu mengundurkan diri.

Kita juga kenal Mandela sebagai negarawan yang bebas mandiri dalam
menentukan politiknya menghadapi negara adikuasa seperti Amerika
Serikat. Ketika Presiden Bush menekan negara-negara lain agar,
sepeerti AS, mengambil sikap memusuhi pemerintah Ghadafi dari Lybia
dan pemerintah Presiden Castro dari Cuba, -- Presiden Mandela
menolak tegas. Mandela dengan tandas menyatakan bahwa Ghadafi maupun
Castro adalah sahabat rakyat Afrika Selatan dalam perjuangan mereka
melawan Apartheid untuk kemerdekaan nasional. Mandela tidak melupakan
sahabat semasa sulit. Banyak negeri tidak berani mengeritik Presiden
Bush ketika melakuka invasi terhadap Irak. Tetapi Presiden Mandela
jelas-jelas mengritik Presiden Bush, yang dikatakannya bertindak
menghancurkan peranan PBB.

Dari sedikit saja seperti yang dikemukakan di atas, kita bisa belajar
dari tokoh pemimpin dan negarawan Mandela. Yaitu belajar dari
keberanian dan kemantapan beliau, untuk berdikari dalam melaksanakan
politik dalam dan luar negeri. Selain itu, tidak melupakan sahabat
yang diperoleh ketika di masa sulit. Juga orang bisa belajar dari
sikap Mandela yang konsisten tidak menyalahgunakan kekuaasaan untuk
memperkaya diri dan ber-KKN.

* * *
KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI AFRIKA SELATAN.

Karena kita sebagai bangsa, juga ada satu soal besar yang hendak
diurus, diselesaikan yaitu maslah Kebenaran dan Rekonsiliasi
menyangkut bangsa sendiri, maka beberapa tahun yang lalu banyak
dikemukakan bahwa dalam hal menegakkan Kebenaran dan Rekonsiliasi
bagi bangsa ini, kita perlu belajar dari Afrika Selatan. Perlu belajar
dari Afrika Selatannya Nelson Mandela.

Dinyatakan bahwa, mengenai masalah Kebenaran dan Rekonsliasi, kita
perlu belajar dari perjuangan dan suri teladan Presiden Mandela.
Pernah Indonesia mengirimkan tim untuk belajar dari Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan. Entah bagaimana kelanjutan hasil
tim belajar ke Afrika Selatan itu, ingin juga kita tau.

Barangkali orang sudah tidak ingat lagi, bahwa TRC, The Truth
Commission and Reconcilliation of South Africa, adalah suatu badan
yang dibentuk dalam kaitannya dengan pelaksanaan Undang-undang
Promosi Persatuan Nasional dan Rekonsiliasi, 1995. Mandat Komisi in
ialah menjadi saksi, mencatat dan dalam hal tertentu memberikan
amnesti kepada para pelaku kejahatan sehubungan dengan pelanggaran
hak-hak manusia, ganti rugi dan rehabilitasi. Komisi ini diketuai oleh
seorang tokoh pejuang perlawanan terhadap Apartheid, Uskup Desmond Tutu.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini merupakan seperti badan
pengadilan yang bersidang di Afrika Selatan sesudah berakhirnya
Apartheid. Setiap orang yang merasa menjadi korban kekerasan bisa
tampil dan didengar suaranya oleh TRC. Para pelaku kekerasan juga
dapat memberikan kesaksiannya dan minta amnesti dari suatu persekusi.
TRC – Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi tsb oleh banyak fihak dianggap
merupakan komponen penting peralihan ke suatu demokrasi yang bebas di
Afrika Selatan. Ada kritik-kritik yang diajukan mengenai TRC, juga
terdapat kekurangan-kekurangan, namun tokh dianggap suatu sukses.
Meskipun itu bukan dalam pengertian universil. Hal itu merupakan
konsepsi dan praktek Afrika Selatan. Namun, kita, sebagai bangsa yang
masih mencari-cari dan berusaha untuk memulihkan kesatuan dan
persatuan bangsa yang sesungguhnya, sungguh, kita bisa belajar dari
TRC di Afrika Selatan.

Perhatikan ini: Pekerjaan TRC dilaksanakan melalui tigga macam Komite:

Satu, Komite Pelanggaran HAM yang menginvestigasi pelanggaran HAM yang
berlangsung antara 1960 sampai 1994.

Kedua, Komite Gantirugi dan Rehabilitasi yang bertugas memulihkan
kehormatan para korban dan merumuskan usul-usul untuk membantu
berlangsungnya rehabilitasi.

Ketiga, Komite Amnesti mempertimbangkan permintaan dari perorangan
untuk diberikan amnesti sesuai dengan fasal-fasal undang-udang.

Masih banyak hal-hal yang perlu diketahui dan dipelajari dengan
sungguh-sungguh dan seksama oleh Komnasham Indonesia dan KKR, mengenai
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan.

Sehubungan dengan soal inilah antra lain pentingnya kita memperingati
Hari Ultah Ke-90 Nelson Mandela. Untuk mengingat kembali perjuangan
sulit bangsa Afrika Seltan di bawah pimpinan Nelson Mandela, yang
telah berhasil mencapai kemerdekaan dan mentrapkan konsepsi dan
melaksanakan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Tujuan kita ialah
untuk menarik manfaat dari suri teladan yang diberikan oleh Nelson
Mandela, sebagai pemimpin perjuangan, bapak bangsa dan negarawan yang
bijaksana.

* * *

Baiklah kiranya menutup tulisan memperingati Ultah Ke-90 Nelson
Mandela ini , dengan pernyataan terima kasih kita kepada Afrika
Selatan, yang telah menyampaikan Bintang Kehormatan Kelas Satu Oliver
R. Tambo, kepada mendiang Bung Karno. Bung Karno dinilai telah
memberikan insipirasi bagi perjuangan rakyat Afrika Selatan dan
bangsa-bangsa lainnya di Asia dan Afrika untuk kemerdekaan nasional.

Seperti terucapkan oleh Presiden Tabo Mbeki, Bung Karno sebagai
inspirator perjuangan kemerdekaan, telah melampaui batas-batas
nasional. Tidak sedikit bangsa-bangsa terutama di Asia dan Afrika yang
mengenal tokoh Bung Karno sebagai inspirator perjuangan pembebasan.

Bung Karno bukan saja tokoh nasional tetapi seorang tokoh internasional.

* * *



No comments: