Senin, 16
Desember 2013
----------------------------------
SEPEREMPAT ABAD PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN INDONESIA
----------------------------------
SEPEREMPAT ABAD PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN INDONESIA
(Di Belanda) –
(1)
* * *
Belanda . . . .Musim dingin 2013!
Belanda . . . .Musim dingin 2013!
Dibandingkan dengan
negeri-negeri Eropah lainnya ---- Misalnya dengan
negeri-negeri yang ada di "di pedalaman" benua Eropah –
apalagi yang terletak di bagian Utara, seperti Finlandia, atau
negeri-negeri Skandinavia, di Belanda kemarin itu, tanggal 15
Desember, termasuk musim dingin yang "lumayan". Salju masih
belum turun. Tidak ada hujan. Dan angin sekadar sepoi-sepoi
basa saja. Tapi, untuk orang dari negeri tropis seperti
Indonesia, suhu kemarin itu sudah termasuk dingin.
* * *
Dalam situasi cuaca dan suhu demikian itulah -- tidak kurang dari 126 hadirin (tidak terhitung anak-anak dan bayi) . . . memenuhi ruangan pertemuan sekolah “Schakel” di Diemen Noord. Umur mereka berkisar antara 5 bulan (putranya Asih dan Yuri yang nomor dua. Asih adalah putrinya Wati dan Sungkono), sampai yang sudah mencapai usia 87th (Ciska Pattipilohy). Luar biasa!
Dalam situasi cuaca dan suhu demikian itulah -- tidak kurang dari 126 hadirin (tidak terhitung anak-anak dan bayi) . . . memenuhi ruangan pertemuan sekolah “Schakel” di Diemen Noord. Umur mereka berkisar antara 5 bulan (putranya Asih dan Yuri yang nomor dua. Asih adalah putrinya Wati dan Sungkono), sampai yang sudah mencapai usia 87th (Ciska Pattipilohy). Luar biasa!
Mereka berdatangan
dari Amsterdam, Purmerend, Almere, Utrecht, Woerden, Zeist,
Rotterdam, Leiden, De Haag, dan sementarqa kota-kota lainnya
di Selatan dan Utara Amsterdam. Ada juga yang datang dari
Keulen, Jerman. Mereka berdatangan dengan wajah cerah dan
gembira berkumpul bersama. Diundang oleh Vereeniging
“Perhimpunan Persaudaraan Indonesia”. UNTUK BERSAM-SAMA
MEMPERINGATI DAN MERAYAKAN SEPEREMPAT ABAD BERDIRINYA
“PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN” -- (04 Desember 1988) .
Bagi orang-orang
Indonesia di luar negeri yang berkumpul hari kemarin itu di
Diemen Noord, di bawah bimbingan-acara, anggota Pengurus
Taufik Tahrawi, -- adalah hari luar biasa. Selain yang utama
adalah untuk MEMPERINGATI DAN MERAYAKAN 25 TAHUN PERHIMPUNAN
PERSAUDARAAN, – -- , juga merupakan kesempatan bersilaturahmi.
Tempat untuk saling cerita, besalaman dan berpelukan melepas
rindu antara sesama kawan dan yang nasib.
Banyak diatara
hadirin adalah kawan-kawan yang menurut istilah mantan
Presiden Abdurrahman Wahid, adalah orang-orang yang terhalang
pulang. Namun banyak juga yang hadir itu "bukan" orang yang
paspornya secara sewenang-wenang dicabut penguasa sesudah
terjadi Peristiwa Tragedi Nasional 1965. Tampak diantara
hadirin sejumlah generasi muda. Ada yang dari YSBI (Yayasan
Sejarah dan Budaya Indonesia), St Nusantara, St Dian, LPK-65
di Belanda, Bhinneka Tunggal Ika, dan dari St Wertheim .
Hadirin yang lain
yang tidak ada dalam peretemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh St Perhimpunan Persaudaraan, dalam
beberapa tahun belakangan ini ( kongkritnya sejak Dubes
KBRI dijabat J. Habibie), -- yang tampak hadir kemarin
itu adalah seorang Sekretaris Ketiga Bagian Politik KBRI Den
Haag. Ini ada ceriteranya sendiri. Pengurus Persaudaraan
mengirimkan undangan khusus kepada Dubes KBRI untuk menghadiri
Hari Ultah Ke-25 Persaudaraan. Penghubung Persaudaraan, MD
Kartaprawira, diutus ke KBRI untuk menyampaikan undangan tsb.
Beberapa kali KBRI diundang di waktu panjang yg lalu, tatapi
orang dari KBRI tidak pernah hadir dan juga tidak pernah
memberitahu bahwa tidak akan hadir. Kali ini KBRI mengirimkan
udangan yang diterimanya dari Perhimpunan Persaudaraan tsb ke
Jakarta. Karena Ibu Dutabesar ketika itu sedang di Jakarta.
Ibu Dutabesar lalu mengirimkan instruksi ke KBRI Den Haag agar
ada yang hadir dari KBRI pada Hari Ultah Ke-25 Perhimpunan
Persaudaraan. Suatu perubahan besar yang perlu disambut!!
Sekretaris Ketiga
KBRI Dumas, mendapat kehormatan, untuk bersama ketua
Pengurus Persaudaraan, Sungkono, memotong TUMPENG, ketika
dimulainya acara makan bersama.
* * *
Kepada Ketua Perhimpunan Persandaraan, Sungkono, yang berdiri di pintu masuk menyambut tamu-tamu yang berdatangan, -- ku-ucapkan SELAMAT ULTAH KE-25 ! Bukan soal sederhana, Bung! Bisa berdiri, bertahan dan bergiat demi Tanah Air dan Bangsa di Belanda ini, selama 25 tahun. Ya, kata Sungkon tidak sederhana!!
* * *
Kepada Ketua Perhimpunan Persandaraan, Sungkono, yang berdiri di pintu masuk menyambut tamu-tamu yang berdatangan, -- ku-ucapkan SELAMAT ULTAH KE-25 ! Bukan soal sederhana, Bung! Bisa berdiri, bertahan dan bergiat demi Tanah Air dan Bangsa di Belanda ini, selama 25 tahun. Ya, kata Sungkon tidak sederhana!!
Dalam rangka
memperingati Ultah Ke-25 Perhimpunan Persaudaran, Pengurus
menerbitkan nomor khusus VP INFORMASI, dimana dimuat sambutan
Ketua Pengurus Persaudaraan Sungkono, dan tulisan sekitar
Perhmpunan Persaudaraan oleh Farida Rachmat Ishaya dan M.D.
Kartaprawira. Juga dimuat sebuah sajak Aminah Idris dan Profil
almarhum pejuang kemerdekaan Indonesia Franciska Fanggidaej.
Dan lain-lain artikel dan tulisan.
Hari Ultah Ke-25
Perhimpunan Persaudaran dimeriahi dengan paduan suara,
tari-tarian (antaranya tari Nelayan dari Bali dan Tari Payung
dari Jabar), pembacaan sajak-sajak oleh penyair Chalik Hamid
dan Sungkono. Setelah itu dengan diawali oleh memotong NASI
TUMPENG, dimulailah acara makan bersama, dengan rendang dan
semur ayamnya, kerupuk, balado telur, tumis buncis, urap,
lemper, kueh lapis, dll . . . Semua itu adalah hidangan
bersahabat yang disajikan PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN kepada para
undangan. Yang dengan sedapnya dinikmati bersama . . . .
Pertemuan ditutup dengan acara BERPOCO-POCO
* * *
Di bagian kedua dari
tulisan nanti, akan disoroti beberapa asapek visi dan misi
Persaudaraan yang tercantum dalam sambutan Ketua Pengurus
Sungkono.
Dalam tulisan kali
ini disiarkan kembali sebuah tulisan yang dibuat 4 tahun yang
lalu, setelah terpilihnya Pengurus Baru Perhimpunan
Persaudaraan. Dimaksudkan untuk memberikan sekadar gambaran
jalan yang ditempuh oleh Perhimpunan Persaudaran Indonesia di
Belanda selama periode yang ditinjau.
* * *
BRAVO 'PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN'!
Oleh Ibrahim Isa ---Minggu, 04 Oktober 2009
Aku menulis ini menurut apa adanya! Bukan karena aku anggota Vereniging
Perhimpunan Perasaudaraan di Belanda! Memang tulisan ini sekadar 'Catatan Partikeliran' mengenai rapat umum anggota Perhimpunan yang berlangsung hari ini dari jam 11.30 sampai jam 04.30 sore di gedung sekolah 'Schakel', Diemen Noord. Pertemuan tsb memang benar-benar berlangsung cekak-aos, zakelijk dan harmonis. Dan yang penting, sukses! Sekalipun tulisan ini adalah suatu catatan partikeliran, tetapi signifikan. Mengenai suatu pertemuan yang mengesankan! Suatu rapat yang antusias dan berhasil baik! Pengurus yang lama dipilih kembali dengan
aklamasi!
Jadi, -- aku menulis tentang kegiatan Perhimpunan Persaudaraan hari ini, juga, samasekali bukan disebabkan karena aku kenal ketua-ketuanya, masing-masing Sungkono dan Farida Ishaya Rachmat dan anggota Pengurus lainnya, seperti Taufik Tahrawi. Kebetulan, hari ini Sungkono yang memimpin rapat dan Farida yang menyampaikan laporan kegiatan Perhimpunan selama berfungsi dua tahun belakangan ini sebagai pengurus hasil pilihan anggota.
* * *
Bagi pembaca yang belum mengenalnya: 'Vereniging Perhimpunan
Persaudaraan Indonesia' di Belanda, adalah sebuah organisasi
sosial-budaya yang terbuka. Terdiri dari orang-orang Indonesia yang
bermukim di Belanda. A.l yang tinggal di Amsterdam, Utrecht, Zeist,
Woerden, Anrhem, Den Haag, Leyden, Rotterdam, Purmerend, dll tempat di
negeri Belanda. Perkumpulan orang-orang Indonesia tsb didirikan lebih 20
tahun yang lalu. Para pengambil inisiatif dan pendirinya adalah
orang-orang Indonesia (mengikuti istilah Gus Dur) 'yang terhalang
pulang'. Di persekusi oleh Orba, mereka tidak mau menjerah pada 'nasib'.
Meskipun dipaksa menjadi eksil di negeri Belanda, mereka memelihara
semangat cinta bangsa dan cinta tanah air. Memelihara dan memperkokoh
kepedulian terhadap Indonesia. Memelihara dan memperkokoh semangat
solidaritas dan gotong-royong diantara anggota, dan di kalangan
masyarakat Indonesia di Belanda.
Perhimpunan Persaudaraan tidak eksklusif. Di antara anggota-anggotanya
juga terdapat yang bukan 'orang yang terhalang pulang'. Orang-orang
Indonesia biasa! Kenyataan bahwa perhimpunan orang-orang Indonesia ini
bisa bertahan selama 20 th lebih, dengan kegiatan utama di bidang
sosial-budaya, mengungkapkan watak organisasi ini yang ulet. Yang SEPI
ING PAMRIH, RAME ING GAWE!
BRAVO 'PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN'!
Oleh Ibrahim Isa ---Minggu, 04 Oktober 2009
Aku menulis ini menurut apa adanya! Bukan karena aku anggota Vereniging
Perhimpunan Perasaudaraan di Belanda! Memang tulisan ini sekadar 'Catatan Partikeliran' mengenai rapat umum anggota Perhimpunan yang berlangsung hari ini dari jam 11.30 sampai jam 04.30 sore di gedung sekolah 'Schakel', Diemen Noord. Pertemuan tsb memang benar-benar berlangsung cekak-aos, zakelijk dan harmonis. Dan yang penting, sukses! Sekalipun tulisan ini adalah suatu catatan partikeliran, tetapi signifikan. Mengenai suatu pertemuan yang mengesankan! Suatu rapat yang antusias dan berhasil baik! Pengurus yang lama dipilih kembali dengan
aklamasi!
Jadi, -- aku menulis tentang kegiatan Perhimpunan Persaudaraan hari ini, juga, samasekali bukan disebabkan karena aku kenal ketua-ketuanya, masing-masing Sungkono dan Farida Ishaya Rachmat dan anggota Pengurus lainnya, seperti Taufik Tahrawi. Kebetulan, hari ini Sungkono yang memimpin rapat dan Farida yang menyampaikan laporan kegiatan Perhimpunan selama berfungsi dua tahun belakangan ini sebagai pengurus hasil pilihan anggota.
* * *
Bagi pembaca yang belum mengenalnya: 'Vereniging Perhimpunan
Persaudaraan Indonesia' di Belanda, adalah sebuah organisasi
sosial-budaya yang terbuka. Terdiri dari orang-orang Indonesia yang
bermukim di Belanda. A.l yang tinggal di Amsterdam, Utrecht, Zeist,
Woerden, Anrhem, Den Haag, Leyden, Rotterdam, Purmerend, dll tempat di
negeri Belanda. Perkumpulan orang-orang Indonesia tsb didirikan lebih 20
tahun yang lalu. Para pengambil inisiatif dan pendirinya adalah
orang-orang Indonesia (mengikuti istilah Gus Dur) 'yang terhalang
pulang'. Di persekusi oleh Orba, mereka tidak mau menjerah pada 'nasib'.
Meskipun dipaksa menjadi eksil di negeri Belanda, mereka memelihara
semangat cinta bangsa dan cinta tanah air. Memelihara dan memperkokoh
kepedulian terhadap Indonesia. Memelihara dan memperkokoh semangat
solidaritas dan gotong-royong diantara anggota, dan di kalangan
masyarakat Indonesia di Belanda.
Perhimpunan Persaudaraan tidak eksklusif. Di antara anggota-anggotanya
juga terdapat yang bukan 'orang yang terhalang pulang'. Orang-orang
Indonesia biasa! Kenyataan bahwa perhimpunan orang-orang Indonesia ini
bisa bertahan selama 20 th lebih, dengan kegiatan utama di bidang
sosial-budaya, mengungkapkan watak organisasi ini yang ulet. Yang SEPI
ING PAMRIH, RAME ING GAWE!
Dua kegiatannya
yang menonjol: Satu: Kegiatan solidaritas dengan perjuangan
di tanah air untuk demokrasi, keadilan dan hak-hak azasi
manusia. Kedua, melakukan kegiatan gotong-royong di antara
sesama bangsa Indonesia di Belanda, serta mengusahakan dan
menyalurkan bantuan/sumbangan ke tanah air, yang sesewaktu
dilanda oleh bencana alam, seperti Tsunami, gempa bumi di
Jogyakarta dan Jawa Barat. Hari ini mengumpulkan sumbangan
menurut kemampuan untuk para korban gempa bumi di Padang,
Bengkulu dan Riau. Yang segera akan disampaikan langsung
oleh salah seorang anggota Perhimpunan yang akan ke
Indonesia dan Padang
dalam waktu dekat ini.
Satu segi, -- PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN bukan organisasi politik Di fihak
lain anggota-anggotanya bebas melakukan kegiatan politik menurut
keyakinan masing-masing. Meskipun bukan organisasi politik, 'Perhimpunan
Persaudaraan' bukan 'politiko-fobi'. Misalnya, ketika bangsa kita mengadakan PERINGATAN SEABAD BUNG KARNO, Perhimpunan Persaudaraan di Belanda, dengan bekerjasama erat dengan dan mendapat dukungan penuh KBRI Den Haag, mengorganisasi peringatan Seabad Bung Karno dengan suatu seminar dan pesta kebudayaan. Dutabesar Abdul Irsan ketika itu dan para diplomat lainnya dari KBRI, ikut berpartisipasi bersama Perhimpunan Persaudaraan.
Begitu juga halnya ketika Prof Dr Bob Hering, cendekiawan historikus Belanda, meluncurkan bukunya BIOGRAFI BUNG KARNO, Bapak Nasion Indonesia, lagi-lagi di KBRI Den Haag. Perhimpunan Persaudaraan aktif terlibat di dalam kegiatan tsb. Bahu membahu dengan KBRI Den Haag.
Benar seperti apa yang disimpulkan dalam laporan Pengurus, hubungan
antara Persaudaraan dengan KBRI, banyak ditentukan oleh siapa yang jadi
Dutabesar. Pada saat pemerintahan Gus Dur dan kemudian pemerintahan
Megawati, hubungan Perhimpunan Persaudaraan dengan KBRI, adalah baik.
Terdapat sikap saling menghormati. Saat itu, boleh dikatakan dalam
banyak kegiatan KBRI, Perhimpunan Peraudaraan selalu diundang. Begitu
juga dalam periode Dutabesar Mohamad Jusuf, terjalin hubungan baik
antara KBRI khususnya dengan masyrakat Indonesia yang keberadaannya di
negeri Belanda disebabkan oleh persekusi Orba. Namun, ketika KBRI
memperoleh dutabesar baru yang sekarang ini, hubungan itu seperti putus
samaekali. Dalam daftar (mailing list) KBRI seolah-olah sudah tak ada
lagi nama organisasi Perhimpunan Persaudaraan.
Sehubungan dengan sikap baru KBRI ini, Perhimpunan Persaudaraan
mengambil sikap korek seperti ketika terjalin hubungan baik selama
periode dubes Abdul Irsan dan Mohamad Jusuf. Situasi hubungan yang
'aneh' sekarang ini, sepenuhnya disebabkan oleh sikap KBRI itu sendiri.
Keadaan ini berbeda dengan keadaan hubungan KBRI di Moskow, Stockholm,
Praha, Paris, Havana dan Konjen di Frankfrut, dengan masyarakat Indonesia setempat. Mereka bersikap sama terhadap setiap anggota masyarakat Indonesia setempat. Sikap KBRI di tempat-tempat tsb diatas, adalah sikap yang memang, seperti sebagaimana seharusnya setiap KBRI. Tidak membeda-bedakan dan tidak mengambil sikap mengisolasi dan mendisksriminasi suatu golongan tertentu dari masyrakat Indonesia di luar negeri.
Satu hal yang kuanggap tepat dan patut dihargai dari sikap Pengurus
Perhimpunan Indonesia di Nederland, ialah TIDAK BERSIKAP MENGEMIS-NGEMIS terhadap KBRI.
* * *
Kegiatan sejak berdirinya, Perhimpunan Persaudaraan ambil bagian aktif dalam pelbagai peringatan hari nasional. Seperti, 'Hari Kemerdekaan 17 Agustus' dan Hari Kartini. Ketika seluruh bangsa memperingati SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL, Perhimpunan Persaudaraan aktif melibatkan diri dengan sadar. Demi meningkatkan kesedaraan berbangsa dan kepeduliaan
dengan haridepan tanah air dan bangsa.
Pelbagai masalah lainnya disoroti dalam rapat anggota hari ini. Yang mengensankan bagiku ialah tekad besar seluruh anggota Pengurus yang dipilih kembali dengan aklamsi hari ini. Mereka bertekad meneruskan kegiatan Perhimpunan Perasuudaraan dalam dua tahun berikutnya. Itu semua demi meningkatkan kesedaran berbangsa dan kepedulian dengan nasib tanah dan bangsa.
* * *
Sebagai penutup CATATAN PARTIKELIRAN ini, rasanya tidaklah afdhol bila tidak disebut dengan penuh rasa terima kasih, -- lezatnya hidangan makan siang yang diatur oleh PENGURUS dan para IBU-IBU. Betul betul mirasa hidangan nasi putih dengan lauk pauknya yang terdri dari rendang, telur balado, sambel goring buncis dan sambel goreng tahu-temp. Jangan lagi dibilang sambel yang disediakan di
situ! Dengan sendirinya juga tersedia minuman kopi, teh dan aqua.
Selain itu tersedia bagi siapa yang ingin membelinya: -- martabak,
lemper dan kueh mangkok.
* * *
dalam waktu dekat ini.
Satu segi, -- PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN bukan organisasi politik Di fihak
lain anggota-anggotanya bebas melakukan kegiatan politik menurut
keyakinan masing-masing. Meskipun bukan organisasi politik, 'Perhimpunan
Persaudaraan' bukan 'politiko-fobi'. Misalnya, ketika bangsa kita mengadakan PERINGATAN SEABAD BUNG KARNO, Perhimpunan Persaudaraan di Belanda, dengan bekerjasama erat dengan dan mendapat dukungan penuh KBRI Den Haag, mengorganisasi peringatan Seabad Bung Karno dengan suatu seminar dan pesta kebudayaan. Dutabesar Abdul Irsan ketika itu dan para diplomat lainnya dari KBRI, ikut berpartisipasi bersama Perhimpunan Persaudaraan.
Begitu juga halnya ketika Prof Dr Bob Hering, cendekiawan historikus Belanda, meluncurkan bukunya BIOGRAFI BUNG KARNO, Bapak Nasion Indonesia, lagi-lagi di KBRI Den Haag. Perhimpunan Persaudaraan aktif terlibat di dalam kegiatan tsb. Bahu membahu dengan KBRI Den Haag.
Benar seperti apa yang disimpulkan dalam laporan Pengurus, hubungan
antara Persaudaraan dengan KBRI, banyak ditentukan oleh siapa yang jadi
Dutabesar. Pada saat pemerintahan Gus Dur dan kemudian pemerintahan
Megawati, hubungan Perhimpunan Persaudaraan dengan KBRI, adalah baik.
Terdapat sikap saling menghormati. Saat itu, boleh dikatakan dalam
banyak kegiatan KBRI, Perhimpunan Peraudaraan selalu diundang. Begitu
juga dalam periode Dutabesar Mohamad Jusuf, terjalin hubungan baik
antara KBRI khususnya dengan masyrakat Indonesia yang keberadaannya di
negeri Belanda disebabkan oleh persekusi Orba. Namun, ketika KBRI
memperoleh dutabesar baru yang sekarang ini, hubungan itu seperti putus
samaekali. Dalam daftar (mailing list) KBRI seolah-olah sudah tak ada
lagi nama organisasi Perhimpunan Persaudaraan.
Sehubungan dengan sikap baru KBRI ini, Perhimpunan Persaudaraan
mengambil sikap korek seperti ketika terjalin hubungan baik selama
periode dubes Abdul Irsan dan Mohamad Jusuf. Situasi hubungan yang
'aneh' sekarang ini, sepenuhnya disebabkan oleh sikap KBRI itu sendiri.
Keadaan ini berbeda dengan keadaan hubungan KBRI di Moskow, Stockholm,
Praha, Paris, Havana dan Konjen di Frankfrut, dengan masyarakat Indonesia setempat. Mereka bersikap sama terhadap setiap anggota masyarakat Indonesia setempat. Sikap KBRI di tempat-tempat tsb diatas, adalah sikap yang memang, seperti sebagaimana seharusnya setiap KBRI. Tidak membeda-bedakan dan tidak mengambil sikap mengisolasi dan mendisksriminasi suatu golongan tertentu dari masyrakat Indonesia di luar negeri.
Satu hal yang kuanggap tepat dan patut dihargai dari sikap Pengurus
Perhimpunan Indonesia di Nederland, ialah TIDAK BERSIKAP MENGEMIS-NGEMIS terhadap KBRI.
* * *
Kegiatan sejak berdirinya, Perhimpunan Persaudaraan ambil bagian aktif dalam pelbagai peringatan hari nasional. Seperti, 'Hari Kemerdekaan 17 Agustus' dan Hari Kartini. Ketika seluruh bangsa memperingati SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL, Perhimpunan Persaudaraan aktif melibatkan diri dengan sadar. Demi meningkatkan kesedaraan berbangsa dan kepeduliaan
dengan haridepan tanah air dan bangsa.
Pelbagai masalah lainnya disoroti dalam rapat anggota hari ini. Yang mengensankan bagiku ialah tekad besar seluruh anggota Pengurus yang dipilih kembali dengan aklamsi hari ini. Mereka bertekad meneruskan kegiatan Perhimpunan Perasuudaraan dalam dua tahun berikutnya. Itu semua demi meningkatkan kesedaran berbangsa dan kepedulian dengan nasib tanah dan bangsa.
* * *
Sebagai penutup CATATAN PARTIKELIRAN ini, rasanya tidaklah afdhol bila tidak disebut dengan penuh rasa terima kasih, -- lezatnya hidangan makan siang yang diatur oleh PENGURUS dan para IBU-IBU. Betul betul mirasa hidangan nasi putih dengan lauk pauknya yang terdri dari rendang, telur balado, sambel goring buncis dan sambel goreng tahu-temp. Jangan lagi dibilang sambel yang disediakan di
situ! Dengan sendirinya juga tersedia minuman kopi, teh dan aqua.
Selain itu tersedia bagi siapa yang ingin membelinya: -- martabak,
lemper dan kueh mangkok.
* * *
No comments:
Post a Comment