Wednesday, December 18, 2013

SEPEREMPAT ABAD PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN INDONESIA (Di Belanda) – (1)

Kolom IBRAHIM ISA

Senin, 16 Desember 2013
----------------------------------

SEPEREMPAT ABAD PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN INDONESIA
(Di Belanda) – (1)

* * *

Belanda . . . .Musim dingin 2013!

Dibandingkan dengan negeri-negeri Eropah lainnya ---- Misalnya dengan negeri-negeri yang ada di "di pedalaman" benua Eropah – apalagi yang terletak di bagian Utara, seperti Finlandia, atau negeri-negeri Skandinavia, di Belanda kemarin itu, tanggal 15 Desember, termasuk musim dingin yang "lumayan". Salju masih belum turun. Tidak ada hujan. Dan angin sekadar sepoi-sepoi basa saja. Tapi, untuk orang dari negeri tropis seperti Indonesia, suhu kemarin itu sudah termasuk dingin.

* * *

Dalam situasi cuaca dan suhu demikian itulah -- tidak kurang dari 126 hadirin (tidak terhitung anak-anak dan bayi) . . . memenuhi ruangan pertemuan sekolah “Schakel” di Diemen Noord. Umur mereka berkisar antara 5 bulan (putranya Asih dan Yuri yang nomor dua. Asih adalah putrinya Wati dan Sungkono), sampai yang sudah mencapai usia 87th (Ciska Pattipilohy). Luar biasa!

Mereka berdatangan dari Amsterdam, Purmerend, Almere, Utrecht, Woerden, Zeist, Rotterdam, Leiden, De Haag, dan sementarqa kota-kota lainnya di Selatan dan Utara Amsterdam. Ada juga yang datang dari Keulen, Jerman. Mereka berdatangan dengan wajah cerah dan gembira berkumpul bersama. Diundang oleh Vereeniging “Perhimpunan Persaudaraan Indonesia”. UNTUK BERSAM-SAMA MEMPERINGATI DAN MERAYAKAN SEPEREMPAT ABAD BERDIRINYA “PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN” -- (04 Desember 1988) .

Bagi orang-orang Indonesia di luar negeri yang berkumpul hari kemarin itu di Diemen Noord, di bawah bimbingan-acara, anggota Pengurus Taufik Tahrawi, -- adalah hari luar biasa. Selain yang utama adalah untuk MEMPERINGATI DAN MERAYAKAN 25 TAHUN PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN, – -- , juga merupakan kesempatan bersilaturahmi. Tempat untuk saling cerita, besalaman dan berpelukan melepas rindu antara sesama kawan dan yang nasib.

Banyak diatara hadirin adalah kawan-kawan yang menurut istilah mantan Presiden Abdurrahman Wahid, adalah orang-orang yang terhalang pulang. Namun banyak juga yang hadir itu "bukan" orang yang paspornya secara sewenang-wenang dicabut penguasa sesudah terjadi Peristiwa Tragedi Nasional 1965. Tampak diantara hadirin sejumlah generasi muda. Ada yang dari YSBI (Yayasan Sejarah dan Budaya Indonesia), St Nusantara, St Dian, LPK-65 di Belanda, Bhinneka Tunggal Ika, dan dari St Wertheim .

Hadirin yang lain yang tidak ada dalam peretemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh St Perhimpunan Persaudaraan, dalam beberapa tahun belakangan ini ( kongkritnya sejak Dubes KBRI dijabat J. Habibie), -- yang tampak hadir kemarin itu adalah seorang Sekretaris Ketiga Bagian Politik KBRI Den Haag. Ini ada ceriteranya sendiri. Pengurus Persaudaraan mengirimkan undangan khusus kepada Dubes KBRI untuk menghadiri Hari Ultah Ke-25 Persaudaraan. Penghubung Persaudaraan, MD Kartaprawira, diutus ke KBRI untuk menyampaikan undangan tsb. Beberapa kali KBRI diundang di waktu panjang yg lalu, tatapi orang dari KBRI tidak pernah hadir dan juga tidak pernah memberitahu bahwa tidak akan hadir. Kali ini KBRI mengirimkan udangan yang diterimanya dari Perhimpunan Persaudaraan tsb ke Jakarta. Karena Ibu Dutabesar ketika itu sedang di Jakarta. Ibu Dutabesar lalu mengirimkan instruksi ke KBRI Den Haag agar ada yang hadir dari KBRI pada Hari Ultah Ke-25 Perhimpunan Persaudaraan. Suatu perubahan besar yang perlu disambut!!

Sekretaris Ketiga KBRI Dumas, mendapat kehormatan, untuk bersama ketua Pengurus Persaudaraan, Sungkono, memotong TUMPENG, ketika dimulainya acara makan bersama.

* * *

Kepada Ketua Perhimpunan Persandaraan, Sungkono, yang berdiri di pintu masuk menyambut tamu-tamu yang berdatangan, -- ku-ucapkan SELAMAT ULTAH KE-25 ! Bukan soal sederhana, Bung! Bisa berdiri, bertahan dan bergiat demi Tanah Air dan Bangsa di Belanda ini, selama 25 tahun. Ya, kata Sungkon tidak sederhana!!

Dalam rangka memperingati Ultah Ke-25 Perhimpunan Persaudaran, Pengurus menerbitkan nomor khusus VP INFORMASI, dimana dimuat sambutan Ketua Pengurus Persaudaraan Sungkono, dan tulisan sekitar Perhmpunan Persaudaraan oleh Farida Rachmat Ishaya dan M.D. Kartaprawira. Juga dimuat sebuah sajak Aminah Idris dan Profil almarhum pejuang kemerdekaan Indonesia Franciska Fanggidaej. Dan lain-lain artikel dan tulisan.

Hari Ultah Ke-25 Perhimpunan Persaudaran dimeriahi dengan paduan suara, tari-tarian (antaranya tari Nelayan dari Bali dan Tari Payung dari Jabar), pembacaan sajak-sajak oleh penyair Chalik Hamid dan Sungkono. Setelah itu dengan diawali oleh memotong NASI TUMPENG, dimulailah acara makan bersama, dengan rendang dan semur ayamnya, kerupuk, balado telur, tumis buncis, urap, lemper, kueh lapis, dll . . . Semua itu adalah hidangan bersahabat yang disajikan PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN kepada para undangan. Yang dengan sedapnya dinikmati bersama . . . . Pertemuan ditutup dengan acara BERPOCO-POCO

* * *

Di bagian kedua dari tulisan nanti, akan disoroti beberapa asapek visi dan misi Persaudaraan yang tercantum dalam sambutan Ketua Pengurus Sungkono.

Dalam tulisan kali ini disiarkan kembali sebuah tulisan yang dibuat 4 tahun yang lalu, setelah terpilihnya Pengurus Baru Perhimpunan Persaudaraan. Dimaksudkan untuk memberikan sekadar gambaran jalan yang ditempuh oleh Perhimpunan Persaudaran Indonesia di Belanda selama periode yang ditinjau.

    * * *

    BRAVO 'PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN'!
    Oleh Ibrahim Isa ---Minggu, 04 Oktober 2009


    Aku menulis ini menurut apa adanya! Bukan karena aku anggota Vereniging
    Perhimpunan Perasaudaraan di Belanda! Memang tulisan ini sekadar 'Catatan Partikeliran' mengenai rapat umum anggota Perhimpunan yang berlangsung hari ini dari jam 11.30 sampai jam 04.30 sore di gedung sekolah 'Schakel', Diemen Noord. Pertemuan tsb memang benar-benar berlangsung cekak-aos, zakelijk dan harmonis. Dan yang penting, sukses! Sekalipun tulisan ini adalah suatu catatan partikeliran, tetapi signifikan. Mengenai suatu pertemuan yang mengesankan! Suatu rapat yang antusias dan berhasil baik! Pengurus yang lama dipilih kembali dengan
    aklamasi!


    Jadi, -- aku menulis tentang kegiatan Perhimpunan Persaudaraan hari ini, juga, samasekali bukan disebabkan karena aku kenal ketua-ketuanya, masing-masing Sungkono dan Farida Ishaya Rachmat dan anggota Pengurus lainnya, seperti Taufik Tahrawi. Kebetulan, hari ini Sungkono yang memimpin rapat dan Farida yang menyampaikan laporan kegiatan Perhimpunan selama berfungsi dua tahun belakangan ini sebagai pengurus hasil pilihan anggota.


    * * *


    Bagi pembaca yang belum mengenalnya: 'Vereniging Perhimpunan
    Persaudaraan Indonesia' di Belanda, adalah sebuah organisasi
    sosial-budaya yang terbuka
    . Terdiri dari orang-orang Indonesia yang
    bermukim di Belanda. A.l yang tinggal di Amsterdam, Utrecht, Zeist,
    Woerden, Anrhem, Den Haag, Leyden, Rotterdam, Purmerend, dll tempat di
    negeri Belanda. Perkumpulan orang-orang Indonesia tsb didirikan lebih 20
    tahun yang lalu. Para pengambil inisiatif dan pendirinya adalah
    orang-orang Indonesia (mengikuti istilah Gus Dur) 'yang terhalang
    pulang'. Di persekusi oleh Orba, mereka tidak mau menjerah pada 'nasib'.
    Meskipun dipaksa menjadi eksil di negeri Belanda, mereka memelihara
    semangat cinta bangsa dan cinta tanah air. Memelihara dan memperkokoh
    kepedulian terhadap Indonesia. Memelihara dan memperkokoh semangat
    solidaritas dan gotong-royong diantara anggota, dan di kalangan
    masyarakat Indonesia di Belanda.


    Perhimpunan Persaudaraan tidak eksklusif. Di antara anggota-anggotanya
    juga terdapat yang bukan 'orang yang terhalang pulang'. Orang-orang
    Indonesia biasa! Kenyataan bahwa perhimpunan orang-orang Indonesia ini
    bisa bertahan selama 20 th lebih, dengan kegiatan utama di bidang
    sosial-budaya, mengungkapkan watak organisasi ini yang ulet. Yang SEPI
    ING PAMRIH, RAME ING GAWE!

    Dua kegiatannya yang menonjol: Satu: Kegiatan solidaritas dengan perjuangan di tanah air untuk demokrasi, keadilan dan hak-hak azasi manusia. Kedua, melakukan kegiatan gotong-royong di antara sesama bangsa Indonesia di Belanda, serta mengusahakan dan menyalurkan bantuan/sumbangan ke tanah air, yang sesewaktu dilanda oleh bencana alam, seperti Tsunami, gempa bumi di Jogyakarta dan Jawa Barat. Hari ini mengumpulkan sumbangan menurut kemampuan untuk para korban gempa bumi di Padang, Bengkulu dan Riau. Yang segera akan disampaikan langsung oleh salah seorang anggota Perhimpunan yang akan ke Indonesia dan Padang
    dalam waktu dekat ini.


    Satu segi, -- PERHIMPUNAN PERSAUDARAAN bukan organisasi politik Di fihak
    lain anggota-anggotanya bebas melakukan kegiatan politik menurut
    keyakinan masing-masing. Meskipun bukan organisasi politik, 'Perhimpunan
    Persaudaraan' bukan 'politiko-fobi'. Misalnya, ketika bangsa kita mengadakan PERINGATAN SEABAD BUNG KARNO, Perhimpunan Persaudaraan di Belanda, dengan bekerjasama erat dengan dan mendapat dukungan penuh KBRI Den Haag, mengorganisasi peringatan Seabad Bung Karno dengan suatu seminar dan pesta kebudayaan. Dutabesar Abdul Irsan ketika itu dan para diplomat lainnya dari KBRI, ikut berpartisipasi bersama Perhimpunan Persaudaraan.


    Begitu juga halnya ketika Prof Dr Bob Hering, cendekiawan historikus Belanda, meluncurkan bukunya BIOGRAFI BUNG KARNO, Bapak Nasion Indonesia, lagi-lagi di KBRI Den Haag. Perhimpunan Persaudaraan aktif terlibat di dalam kegiatan tsb. Bahu membahu dengan KBRI Den Haag.


    Benar seperti apa yang disimpulkan dalam laporan Pengurus, hubungan
    antara Persaudaraan dengan KBRI, banyak ditentukan oleh siapa yang jadi
    Dutabesar
    . Pada saat pemerintahan Gus Dur dan kemudian pemerintahan
    Megawati, hubungan Perhimpunan Persaudaraan dengan KBRI, adalah baik.
    Terdapat sikap saling menghormati. Saat itu, boleh dikatakan dalam
    banyak kegiatan KBRI, Perhimpunan Peraudaraan selalu diundang. Begitu
    juga dalam periode Dutabesar Mohamad Jusuf, terjalin hubungan baik
    antara KBRI khususnya dengan masyrakat Indonesia yang keberadaannya di
    negeri Belanda disebabkan oleh persekusi Orba. Namun, ketika KBRI
    memperoleh dutabesar baru yang sekarang ini, hubungan itu seperti putus
    samaekali. Dalam daftar (mailing list) KBRI seolah-olah sudah tak ada
    lagi nama organisasi Perhimpunan Persaudaraan.


    Sehubungan dengan sikap baru KBRI ini, Perhimpunan Persaudaraan
    mengambil sikap korek seperti ketika terjalin hubungan baik selama
    periode dubes Abdul Irsan dan Mohamad Jusuf. Situasi hubungan yang
    'aneh' sekarang ini, sepenuhnya disebabkan oleh sikap KBRI itu sendiri.


    Keadaan ini berbeda dengan keadaan hubungan KBRI di Moskow, Stockholm,
    Praha, Paris, Havana dan Konjen di Frankfrut, dengan masyarakat Indonesia setempat. Mereka bersikap sama terhadap setiap anggota masyarakat Indonesia setempat. Sikap KBRI di tempat-tempat tsb diatas, adalah sikap yang memang, seperti sebagaimana seharusnya setiap KBRI. Tidak membeda-bedakan dan tidak mengambil sikap mengisolasi dan mendisksriminasi suatu golongan tertentu dari masyrakat Indonesia di luar negeri.


    Satu hal yang kuanggap tepat dan patut dihargai dari sikap Pengurus
    Perhimpunan Indonesia di Nederland, ialah TIDAK BERSIKAP MENGEMIS-NGEMIS terhadap KBRI.



    * * *


    Kegiatan sejak berdirinya, Perhimpunan Persaudaraan ambil bagian aktif dalam pelbagai peringatan hari nasional. Seperti, 'Hari Kemerdekaan 17 Agustus' dan Hari Kartini. Ketika seluruh bangsa memperingati SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL, Perhimpunan Persaudaraan aktif melibatkan diri dengan sadar. Demi meningkatkan kesedaraan berbangsa dan kepeduliaan
    dengan haridepan tanah air dan bangsa.


    Pelbagai masalah lainnya disoroti dalam rapat anggota hari ini. Yang mengensankan bagiku ialah tekad besar seluruh anggota Pengurus yang dipilih kembali dengan aklamsi hari ini. Mereka bertekad meneruskan kegiatan Perhimpunan Perasuudaraan dalam dua tahun berikutnya. Itu semua demi meningkatkan kesedaran berbangsa dan kepedulian dengan nasib tanah dan bangsa.


    * * *

    Sebagai penutup CATATAN PARTIKELIRAN ini, rasanya tidaklah afdhol bila tidak disebut dengan penuh rasa terima kasih, -- lezatnya hidangan makan siang yang diatur oleh PENGURUS dan para IBU-IBU. Betul betul mirasa hidangan nasi putih dengan lauk pauknya yang terdri dari rendang, telur balado, sambel goring buncis dan sambel goreng tahu-temp. Jangan lagi dibilang sambel yang disediakan di
    situ! Dengan sendirinya juga tersedia minuman kopi, teh dan aqua.

    Selain itu tersedia bagi siapa yang ingin membelinya: -- martabak,
    lemper dan kueh mangkok.


    * * *

No comments: