Sunday, March 30, 2014

SEABAD SIAUW GIOK TJHAN ------------ PEJUANG KEMERDEKAAN DAN PEMBANGUNAN BANGSA Siauw Giok Tjhan Adalah Salah Seorang Pahlawan Nasional Indonesia

Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 21 Maret 2014
----------------------------

SEABAD SIAUW GIOK TJHAN ------------
PEJUANG KEMERDEKAAN DAN PEMBANGUNAN BANGSA

Siauw Giok Tjhan Adalah Salah Seorang Pahlawan Nasional Indonesia

* * *

Lusa, 23 Maret, 2014, genap SEABAD ULTAH SIAUW GIOK TJHAN.
Masyarakat di Jakarta, a.l alumni URECA dan GEMA-INTI, akan memperingati tokoh pejuang kemerdekaan dan pembangunan bangsa ini.

Sumbangsih Siauw Giok Than untuk perjuangan kemerdekaan bangsa dan tanah air serta dalam pembangunan nasion Indonesia, dilakukannya seumur hidup. Siapapun, apakah itu namanya Jendral Suharto dan seluruh rezim Orde Baru, tidak mungkin menghapuskan fakta ini dari sejarah bangsa.

* * *

Untuk menghormat dan mengenangkan pahlawan nasional yang sesunggguhnya, Siauw Giok Tjhan , disiarkan kembali tulisanku yang lalu:

* * *

SAMBUTAN BERKENAAN DENGAN TERBITNYA BUKU TENTANG SIAUW GIOK TJHAN DAN BAPERKI, 28 Mei 2000.
Kemarin baru saja saya menerima dari Dr. Siauw Tiong Djin (Melbourne) dan
Oey Hai Djoen (Jakarta), kiriman sebuah buku berjudul:




SUMBANGNSIH SIAUW GIOK TJHAN dan
BAPERKI dalam SEJARAH INDONESIA

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit HASTA MITRA, Jakarta Mei 2000. Buku ini, menurut penerbitnya, merupakan kumpulan artikel, makalah dan pidato yang pernah dipersembahkan tentang Siauw Giok Tjhan dan Baperki. Tidak kurang dari Pidato Bung Karno pada HUT-Baperki (Maret-1963), yang tampil sebagai Kata Pengantar buku penting ini. Sesudah diterbitkannya buku berjudul Siauw Giok Tjhan Perjuangan Seorang Patriot Membangun Nasion Indonesia dan Masyrakat Bhinneka Tunggal Ika pada bulan Maret 1999, yang juga diterbitkan oleh Penerbit Hasta Mitra, Jakarta, penerbitan buku ini adalah suatu usaha yang secara obyektif, melakukan penelitian dan penilaian mengenai peranan tokoh nasional progresif Siauw Giok Tjhan dan Baperki.



* * *



Penerbitkan buku ini merupakan salah satu usaha yang nyata untuk melakukan
penelitian dan penulisan yang obyektif dan ilmiah mengenai sejarah bangsa
kita, umumnya, dan khususnya mengenai peranan suku Tionghoa di dalamnya,
yang selama 32 tahun Orba, sudah begitu direkayasa dan dipalsu secara
kasar.Tidak berkelebihan kiranya , untuk menilai usaha penulis-penulisnya,
khususnya, Dr Siauw Tiong Djin dan penerbit Hasta Mitra, sebagai usaha untuk
MELURUSKAN PENULISAN SEJARAH BANGSA KITA.

Bab Pertama mempersembahkan rangkuman sejarah perjuangan dan sumbangsih Siauw Giok Tjhan. Diantara penulisnya adalah Dr Siauw Tiong Djin, Dan Lev, Yap Thiam Hien, Joesoef Iskak.



Bab kedua mementaskan perdebatan antara assimiliasi dan integrasi.
Penulisnya a.l. terdiri dari Chan Chung Tak, Sahetapy, Romo Magnies, Karlina
Leksono-Supelli, Daniel Sparingga. Bab ketiga merupakan kesimpulan tulisan berbagai tokoh dan akhli menggambarkan kesan-kesan pribadi mereka tentang ketokohan Siauw Giok Tjhan. Mereka itu, a.l. adalah Mary Somers Heidhues, Charles Coppel, Ong Hok Ham, Ferry Sonneville, Arief Budiman dan Mohamad Sobari.




Dalam Bab ketiga itu juga, Ibrahim Isa, yang mengenal Siauw dengan baik,
menulis kenangan pribadi dan harapannya agar Siauw diterima dan diakui
sebagai salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ibrahim Isa, bermaksud
untuk mengajukan fikiran dan usulnya itu, langsung kepada Presiden Gus Dur.
Selain Siauw Giok Tjhan, juga tokoh-tokoh nasional lainnya yang berasal dari
suku Tionghoa, yang telah memberikan sumbangsihnya pada pembangunan nasion Indonesia, juga akan diusulkannya, untuk dengan sungguh-sungguh
dipertimbangkan oleh Presiden Gus Dur, untuk diakui dan diterima sebagai
salah seorang pahlawan nasional, seperti Yap Tiam Hien, Tan Ling Djie, dan
Lim Koen Hian.




Bab keempat menampilkan sambutan-sambutan, a.l. dari Indarto, Dra. Miriam
Nainggolan, Marzuki Darusman dan Ge Gien Tjwan.




Bab kelima menampilkan kumpulan artikel yang pernah diterbitkan media
Indonesia mengenai Siauw Giok Tjhan dan Baperki.




* * *



Saya menyatakan sependapat dan seharapan dengan Penerbit Hasta Mitra, agar
buku ini menjadi sebuah sumbangan untuk generasi muda yang kian gigih
memperjuangkan perwudjudan civil society-masyarakat sipil- yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dan yang tidak mengenal adanya diskriminasi
rasial.




Untuk jelasnya, usul saya agar tokoh Siauw Giok Tjhan diterima dan diakui sebagai salah seorang pahlawan nasioal Indoneisia, berikut ini dikutip tulisan tsb yang tercantum dalam buku yang dibicarakan dalam tulisan ini, sbb:



bagian terakhir dari tulisan saya itu, “tertinggal”. Tidak termuat dalam
buku. Maka pengutipan lengkap juga dimaksudkan sebagai “erata” terhadap buku tsb. Harap Hasta Mitra maklum adanya.>




Siauw Giok Tjhan,
Salah Seorang Pahlawan Nasional Indonesia

Dalam melihat peranan beliau dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, keadilan sosial dan kemakmuran, ada pandangan yang
pertama-tama memberikan stempel Komunis pada beliau. Cara memandang yang agak 'umum' seperti itu adalah setali tiga uang dengan pandangan dan sikap serta kultur Orba. Tidaklah keliru untuk menyatakan bahwa sikap dan
pendirian seperti itu, sama dengan pendirian, sikap dan tindak-tanduk para pengikut 'Mc Carthy-isme' pada periode berkecamuknya pengejaran terhadap kaum komunis di Amerika Serikat, pada awal 'perang dingin', kurang lebih 50 tahun yang lalu.

Teringat saya belasan tahun yang lalu, saat saya bertemu kembali dengan Bung
Siauw, ketika beliau terpaksa hijrah ke Belanda, sesudah mengalami pembuian
belasan tahun dalam penjara rezim Suharto. Antara lain beliau menuturkan
pengalaman beliau, yang tanpa tuduhan ditangkap dan kemudian dipenjarakan
oleh Orba. Beliau begitu saja dijebloskan dalam penajara, padahal ketika itu
beliau adalah anggota DPA dan anggota DPR-GR. Bung Siauw mengenangkan
kembali: Pertanyaan yang pertama-tama diajukan oleh para interogator intel
fihak militer secara berulang-kali ialah, apakah beliau itu anggota PKI;
apakah mengetahui sebelumnya tentang G30S. Setelah dijawab tegas bahwa
beliau bukan anggota PKI dan tidak tahu menahu sebelumnya mengenai G30S,
para interogator menyecar terus. Mereka lalu memperlihatkan pelbagai skema
beserta nama-nama personil dalam organisasi PKI, dan lagi-lagi,
bertubi-tubi menanyakan kepada Bung Siauw, dimana tempat beliau dalam skema organisasi PKI itu.




Siauw tetap pada jawabannya semula. Lalu para interogator itu secara
konklusif memastikan bahwa yang bernama Siauw Giok Tjhan, Ketua Baperki,
adalah anggota penting PKI yang 'tertutup'. Maksud fihak militer ialah
hendak melibatkan Bung Siauw dan Baperki yang dipimpinnya dalam peristiwa G30S. Merekayasa 'pembuktian keterlibatan' dengan G30S, siapa saja yang
melawan politik Orba ataupun tidak sejalan dengan politik Orba, adalah cara
pokok aparat Orba untuk melakukan persekusi fihak yang dituduhnya .




Ada baiknya saya sampaikan disini sekelumit kesaksian, bahwa Bung Siauw
samasekali tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi pada 1 Oktober 1965
itu. Ketika itu kebetulan saya ada di Jakarta untuk Konferensi Internasional Anti Pangkalan-Pangkalan Militer Asing (KI A PPMA). Saya bermalam di Wisma Warta. Pagi tanggal 11 Oktober,1966, Bung Siauw dan Bung Asmara Hadi (ketika itu Ketua Partindo), mencari saya di Wisma Warta. Tampak sekali dalam keadaan kebingungan, mereka berdua menanyakan kepada saya, apa yang telah terjadi pada tanggal 1 Oktober itu dan selanjutnya akan ada apa lagi. Sayapun tidak mampu memberikan jawaban, karena, sama saja dengan mereka, juga saya tidak tahu situasi.




Amat disayangkan bahwa diantara mereka yang sampai detik ini, sudah
sedemikian 'termakan' oleh 'hantu Komunisme' atau 'bahaya laten PKI',
terdapat juga orang-orang yang sesugguhnya tergolong orang yang
berpengetahuan dan berilmu. Apakah seseorang itu komunis atau tidak,
simpatisan komunis atau tidak, itulah yang dijadikan sebagai tolok ukur
untuk menilai apakah seseorang itu 'orang baik' atau tidak, memiliki
kebenaran atau tidak.

Orang-orang yang seluruh pandangan dan fikirannya didominasi oleh fikiran
anti-Komunis itu, menjadi buta politik dan buta sejarah. Mengapa saya
katakan orang demkian itu buta politik dan buta sejarah. Sebabnya ialah,
karena 'pahlawan-pahlawan anti-komunis' itu sudah kehilangan kemampuan
untuk dengan obyektif melihat kenyataan dan kebenaran, bahwa kegiatan
Siauw Giok Tjhan sebagai manusia dan sebagai pejuang politik, pertama-tama dan yang terutama, adalah kegiatan perjuangan untuk kemerdekaan nasional bangsanya sendiri, bangsa Indonesia yang dicintainya dengan sepenuh hati.




Seumur hidupnya apa yang dilakukan Siauw Giok Tjhan adalah memberikan
sumbangannya pada usaha besar pembinaan nasion Indonesia, kepada perjuangan untuk usaha menegakkan keadilan bagi semua, bagi setiap warganegara Indonesia.




Sebagai seorang intelektual Indonesia keturunan Tionghoa, beliau menyadari
betul bahwa perjuangan untuk kemerdekaan nasional dan keadilan sosial, amat
bertalian erat dengan perjuangan untuk sama-hak bagi orang-orang Tionghoa
warganegara Indonesia yang sudah turun-temurun hidup bermukim di negeri ini, dan yang tidak sedikit diantaranya secara fisik dan kulturil sudah
berintegrasi dan berbaur dengan orang-orang pribumi. Secara naluriah mereka
sudah menjadikan Indonesia sebagai negerinya sendiri. Beliau melihat dan
menyadari bahwa orang-orang Tionghoa serta keturunan Tionghoa tsb merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia. Di bidang ekonomi, berbeda dengan modal monopoli asing, modal mereka adalah modal domestik yang memainkan peranan positif dalam perkembangan ekonomi nasional.




Beliau melihat kekuatan ekonomi yang terkandung di dalam masyarakat
keturunan Tionghoa Indonesia. Dan bahwa sekali kekuatan ekonomi ini berpadu dan dibimbing oleh kesadaran nasional yang mantap, maka ia akan merupakan kekuatan pendorong yang ampuh dalam perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya ekonomi nasional Indonesia.




Beliau mengemban keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa perasaan naluriah
dari o r ang-orang Tionghoa dan keturunan Tionghoa yang sudah menjadikan
Indonesia sebagai negerinya sendiri, khususnya yang sudah menjadi
warganegara Indonesia yang sah menurut hukum, perlu ditingkatkan menjadi
kesadaran politik yang mantap akan ke-Indonesiannya itu. Itulah sebabnya
Bung Siauw mencurahkan perhatian dan kegiatannya untuk mencapai tujuan tsb.




Beliau menolak konsep 'asimilasi' antara keturunan Tionghoa dengan bangsa
Indonesia yang 'pribumi', sebagai suatu jalan untuk memecahkan 'masalah
minoritas etnis Tionghoa'. Karena di dalam konsep asimilasi itu dirasakan
terkandung faktor keharusan yang bersangkutan meninggalkan tradisi bangsa
dan kultur asal-muasal mereka. Siauw menganggapnya sebagai sesuatu yang
tidak sesuai dengan prinsip "Bhinneka Tunggal Eka", prinsip yang selama ini
menjadi dasar negara Republik Indonesia, dimana setiap suku bangsa dari
nasion Indonesia, tetap mempertahankan dan bahkan mengembangkan tradisi dan kultur daerahnya, sambil bersama-sama seluruh nasion membangun tradisi dan kultur Indonesia secara nasional.




Menyadari perlunya ada wadah organisasi untuk memperjuangkan keyakinan politiknya, maka bersama dengan pejuang-pejuang integrasi lainnya, beliau
ambil bagian penting dalam mendirikan BAPERKI.




Nama Siauw Giok Tjhan tidak bisa dipisahkan dari sejaarah perjuangan
seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan nasional, untuk
keadilan sosial dan melawan diskriminasi rasial. Seluruh hidup beliau telah
disumbangkannya untuk cita-cita luhur tersebut.




Bangsa kita memiliki tidak sedikit pahlawan nasional, yaitu tokoh-tokoh
perjuangan yang telah memberikan teladan sepanjang hidupnya, tanpa pamrih
memperuntukkan yang paling berharga dari hidup mereka untuk kepentingan
seluruh bangsa, yang telah memberikan sumbangan besar dalam perjuangan
kemerdekaan, persamaan-hak dan pembangunan nasion Indonesia.


Siauw Giok Tjhan adalah salah seorang dari pahlawan nasional itu.


* * *

No comments: