Saturday, May 24, 2014




Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 03 Mei 2014
----------------------------


SENANGNYA KETEMU KAWAN 'LAMA'

Mereka-mereka itu, . . . . kawan-kawanku, sebenarnya belum terlalu lama terakhir bertemu dan cakap-cakap dengan mereka. . . . Tetapi ketika ketemu lagi kemarin, pada waktu menghadiri -- Hari Bedah Buku Dr Harry Poeze “TAN MALAKA, GERAKAN KIRI, DAN REVOLUSI INDONESIA, Jilid 4 – September 1948 – Desember 1948”, – – – – tak kusembunyikan perasaanku:

Aku senang sekali! Seakan-akan bertemu dengan kawan yang sudah lama tidak jumpa.

Begitulah ! . . Senang ketemu lagi dengan Dr Harry Poeze dan Prof Gerry van Klinken, yang memandu diskusi. Dengan Lie Ravendo, Yayah Siegers dari panitia yang mengatur-atur lancarnya jalan-diskusi.

* * *

Pak Isa, Pak Isa . . . Apa kabar?”, sapa seorang wanita pada akhir ceramah Harry Poeze. . . . Aduh, sungguh aku tak ingat siapa beliau ini. “Saya Kate, Kate “, katanya berulang kali.

Oh, masyaalah , ini Kate McGregor dari Australia, ya? Maaf, ya, tadi kurang jelas saya melihat Anda. Sudah lama di Amsterdam, ya. Begitulah, senang dan gembiranya bertemu lagi dengan kawan dari benua Kanguru. Tidak terduga. Kami bertemu dan cakap-cakap di Bibliotheek Amsterdam dua tahun y.l. Aku pesan salam untuk Vannessa, lewat Prof. Dr. Kate McGregor. Kate tampak sibuk. Kalau ia datang ke Belanda, selalu untuk tugas ilmiah . .
Nanti kita lanjutkan komunikasi, lewat internet, ya Pak”, kata Kate. “Pasti”, jawabku.

Sebelum diskusi dimulai, aku sempat jumpa dengan seorang siswa Indonesia-Papua, yang memandangku gembira. Rupanya ia sekarang sedang studi di Leiden, Tiga tahun yl kami bertemu berkenalan dan diskusi di suatu pertemuan yang diatur oleh Romo Baskoro Wardaya, di Jogya. Mereka itu adalah siswa-siswanya Romo Baskoro dari Universitas Sanata Dharma. Kami terus cakap-cakap sambil menikmati santapan Jogyakarta. Bukan main rasa bangga hati ini, bertemu dengan mahasiswi Indonesia-Papua, yang jauh-jauh datang dari Yogyakarta, untuk memperdalam studi di Leiden.

* * *

Di stasiun Leiden Centraal, tiba-tiba bertemu dengan Bonnie Triyana, pemimpin “Majalah Historia” yang baru datang dari Jakarta. Selain urusannya sendiri, ia akan hadir dalam bedah buku Harry Poeze hari itu. Bonnie Triyana, tampak segar dan penuh semangat, Kami cakap-cakap sedikit, Lalu bersama menuju Lipsius Universitas Leiden. Ia janji akan berkunjung ke rumah kami di Amsterdam.

* * *

Mengapa hati ini begitu gembira bertemu dengan kawan-kawan lama itu? Kan, biasa-biasa saja. Bisa saja pada saat-saat tertentu kita tiba-tiba ketemu dengan kawan lama.

Aku fikir ada satu sebab teramat penting! Hati ini merasa SEPERASAAN dengan kawan-kawan itu . . . SAMA-SAMA PEDULI dengan INDONESIA.

Lebih dari sama-sama peduli! Ada perasaan SALING SOLIDER dengan kehidupan dan kegiatan masing-masing. Sesuatu yang lebih tinggi dari pesahabatan biasa saja!

* * *

Dalam ceramahnya menguraikan tentang pengalaman bedah buku di Jawa, Harry Poeze menyaksikan betapa kaum muda Indonesia, dan masyarakat umumnya punya KEPEDULIAN BESAR terhadap sejarah bangsanya. Lebih dari misalnya di negeri Belanda.

Kesan indah yang disampaikan Harry Poeze kepada hadirin kemarin itu. Mendengar itu, . . . betapa tidak keyakinan bertambah besar, bahwa bangsa ini, khususnya GENERASI MUDA-nya. . . punya potensi besar untuk mendorong maju nasion ini.


Apalagi dengan begitu banyak kawan di dalam dan di luarnegeri yang seperasaan PEDULI DAN SOLIDER dengan Indonesia.

* * *

Kiranya yang kuutarakan di atas bukanlah fantasi, . . juga bukan ilusi!

* * *





No comments: