Saturday, May 24, 2014

SEKITAR SERUAN JOKOWI -- “REVOLUSI MENTAL” Sebuah respons ANALITIS KRITIS --- Oleh Tom Ilyas (3)






Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 14 Mei 2014

--------------------------

SEKITAR SERUAN JOKOWI -- “REVOLUSI MENTAL”

Sebuah respons ANALITIS KRITIS --- Oleh Tom Ilyas

(3)

* * *

Pagi ini bisa dibaca di mailist internet kiriman dari sahabatku, TOM ILYAS (Stockholm), sebuah artikel merespons seruan Jokowi untuk dilancarkannya “Revolusi Mental”.

Artikel Tom Ilyas ditulis secara analitis dan kritis. Selain itu terdapat saran Tom Ilyas sekitar pelaksanaan Revolusi Mental.

* * *

Tom Ilyas menyoroti antara lain, akan seperti apa reaksi dan perlawanan dari kaum 'neo-liberal' dan kekuatan politik luar dan dalam negeri, yang akan menentang pelaksanaan “Revolusi Mental” Jokowi.

Maka artikel yang menggugah ini baik dibaca dengan seksama dan teliti.

Kali ini “Kolom Ibrahim Isa”, memuat artikel Tom Ilyas selengkapnya, sbb:


Catatan kecil tentang  ”REVOLUSI MENTAL” Capres Jakowi.
Revolusi mental” adalah penyampaian visi Jakowi kepada publik untuk pertama kali, setidaknya sepanjang yang saya ikuti. Baik sebelum diumumkan sebagai Capres dari PDIP maupun setelah itu Jakowi sangat hemat dalam mengemukakan pikiran-pikirannya tentang masalah-masalah bangsa ini yang bersifat nasional.
Karena Jakowi adalah salah seorang Capres yang potensial, yang diprediksi akan memenangkan pertarungan pada Pilpres 2014,  maka tulisannya ini patut mendapat perhatian besar dan direnungkan dalam-dalam.
Seperti juga orangnya yang sangat sederhana, Jakowi telah menyampaikan visinya dalam bahasa yang sederhana pula, mudah dimengerti orang banyak. Singkat, padat tapi mencakup masalah-masalah besar yang dihadapi bangsa ini.
Jakowi, dengan berpegang pada Trisakti, telah melakukan evaluasi atas keadaan bangsa kita. Disamping mencatat pencapaian-pencapaian sepanjang 16 tahun era reformasi (sepanjang negeri ini dipimpin bergantian oleh empat Presiden antara 1998 sampai 2014), mengungkapkan pula paradoksal-paradoksal pelik yang dihadapi disegala bidang.
Disana-sini Jakowi juga telah mengemukakan sebab-sebab kenapa terjadinya paradoksal-paradoksal itu. Antara lain:
- reformasi belum menyentuh paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka membangun bangsa (nation building);
- kelembagaan yang diciptakan selama ini ditangani oleh manusia dengan salah kaprah;
- sejumlah tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde Baru masih berlangsung sampai sekarang;
- pembangunan cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme;
- kebijakan ekonomi  yang sekadar mengedepankan kekuatan pasar;
- menggantung kepada modal asing sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para ”komprador” Indonesia-nya;
- Pemerintah dengan gampang membuka kran impor untuk bahan makanan dan kebutuhan lain;
- elite politik yang terjebak menjadi pemburu rente;
- kebijakan investasi luar negeri,….tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya; dan
 - sifat ke-Indonesiaan semakin  pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi.
Lalu bagaimana jalan keluarnya?
Jakowi mencanangkan perlunya kita melancarkan revolusi mental dalam skala nasional.
Saya kira gagasan ini tak salah dan patut didukung, sepanjang yang dimaksud (seperti yang dikatakan oleh Jakowi sendiri):
- melakukan tindakan korektif,….menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan;
- memberantas setuntas-tuntasnya  segala praktik-praktik buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh berkembang sejak zaman Orde Baru sampai sekarang;
- melaksanakan konsep Trisakti Bung Karno;
- mengubah nasib Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur;
- berani mengendalikan masa depan bangsa kita sendiri.
Tetapi, dari mana kita harus memulai?
Disini Jakowi memberikan jawaban: dari masing-masing kita sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan kerja, dst.
Tanpa bermaksud mengurangi arti penting dokumen ini, tetapi jawaban itu terasa agak kurang pas.
Dari sebab-sebab yang diuraikan diatas, yang notabene dikutip dari uraian Jakowi sendiri, jelas bahwa carut-marutnya keadaan bangsa sekarang ini disebabkan oleh politik neo-liberal penguasa negara, terutama selama satu dekade dibawah Pemerintahan SBY, politik yang menyerahkan segala-galanya kepada pasar, politik yang tidak pro Rakyat. Yang membuat kebijakan-kebijakan neo-liberal itu adalah Pemerintah. Rakyat tidak berdosa samasekali, bahkan mereka adalah korban. Karena itu terasa kurang pas (bahkan terasa kurang adil) bila sasaran perobahan itu pertama-tama ditujukan kepada atau dimulai dari Rakyat orang perorang.
Tidak diragukan, bila Jakowi menang ia akan memulai dari lingkungannya yang paling dekat, yaitu dikalangan pembantu-pembantunya (Menteri-Menterinya) di Pemerintahan. Karena itu tulisannya ”Revolusi Mental” lebih patut ditujukan pertama-tama kepada pembantu-pembantunya tersebut, dibacakan dalam pembukaan sidang pertama Kabinet. Tentu saja dengan menghilangkan bagian ” dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan kerja, dst”. Bagian dimulai ”dari masing-masing kita sendiri” tetap bisa ada tetapi yang dimaksud ”kita sendiri” adalah para pembantu-pembantunya itu (Menteri-Menterinya).
Apa bila jalan keluar yang ditunjukkan oleh Jakowi (bila Jakowi memenangkan Pilpres 2014, dan kita harapkan ia menang) dilaksanakan dengan konsekwen, sudah bisa dipastikan  Indonesia akan mendapat tentangan besar dari korporasi-korporasi besar multinasional beserta institusi-institusinya, IMF, Bank Dunia dsb. Mereka akan melakukan perlawanan, mempersulit, meggencet, membawa Indonesia ke pengadilan-pengadilan arbitasi internasional, menjatuhkan  sangsi-sangsi, dan sebagainya dan sebagainya. Mereka akan berusaha mengacau perekonomian Indonesia dan menggoyang Pemerintah.  Bila pertarungan ini meruncing, mereka akan berusaha mengganti Pemerintah, mendudukkan kembali ”komprador-komprador Indonesia-nya”. Kita sudah berpengalaman tentang ini ditahun 1965.
Tetapi, bila Pemerintah Jakowi (bila ia menang dalam Pilpres 2014) konsekwen dalam melaksanakan visinya diatas, bisa pula dipastikan Pemerintah akan mendapat dukungan luas dan kuat dari Rakyat. Suatu gerakan nasional akan tumbuh, seperti diharapkan sendiri oleh Jakowi ”dapat berkembang semakin meluas sehingga nanti benar-benar menjadi sebuah gerakan nasional seperti yang diamanatkan oleh Bung Karno”. Melalui gerakan nasional yang besar inilah berlangsungnya nation building. Proses nation building berlangsung – boleh dikata dengan sendirinya - dalam proses perjuangan bangsa itu sendiri dalam melawan ketidak-adilan.
Stockholm 14 Mei 2014. Tom Iljas




No comments: