Senin, 26 Mei 2014
------------------------------
------------------------------
*MELIA*
DAN *SOELARDJO* –
SETENGAH
ABAD SUKA & DUKA
Kemarin
itu
benar-benar merupakan Minggu yang penuh ceria, gembira dan
kenang-kenangan. Hari Minggu 25 Mei 2014, yang santai,
berarti-bermakna dan amat mengesankan.
Bukan
kejadian
yang biasa! Sungguh jarang! Bahkan (mungkin) hanya akan terjadi
sekali saja dalam kehidupan insan di dunia fana ini . . .
Di Belanda peristiwa
itu populer disebut “Gouden huwelijk”, “Perkawinan Emas”.
Limapuuh
tahun
hidup sebagai suami-istri, sebagai keluarga yang dijelujuri
benang merah CINTA dan SETIA. Setia pada keluarga, tanah air dan
bangsa, pada cita-cita mulya hidup demi Kebenaran dan Keadilan!
*
* *
Puluhan
kawan,
relasi, kenalan lama dan baru, . . . . berkumpul di Gedung “de
Drecht”, Holendrecht, Amsterdam. Mereka memerlukan datang dari
Amsterdam, Almere, Rotterdam Utrecht, Zeist, Woerden,
Wageningen, Purmerend, Leiden, dan dari Achen, Keulen dan
Stuttgart . . .. berkumpul, bersetiakawan bersilaturahmi . . . .
namun, yang pokok adalah 'menshare' kegembiraan dan kebahagiaan
keluarga Melia, Soelardjo dan putrinda Ita . . .. awet limapuluh
tahun sebagai suami-istri sebagai satu keluarga dan seorang
putri dan kawan hidupnya. Penuh cinta dan kasih dalam duka dan
suka . . .
Mereka
bersama
dan perorangan bernjanji, menari dan berorasi. . . Diperindah
dengan tarian dua gadis anak kawan, Asih dan Agustina membawakan
seni tari Indonesia, Seorang kawan, meski sudah tidak muda lagi,
namun masih dengan indahnya menarikan tari Bali . . Lemah
lunglai tapi indah dan cerah. Selain lagu-lagu Indonesia, kaum
muda yang hadir menyanyikan lagu-lagu 'rock' mutakhir yang
disukai oleh tua maupun muda.
Tidak
disangka
hadirin disajikan oleh suatu 'surprise' rombongan anak-muda
membawakan tarian rakyat Amerika “Line-dance”.
Menandakan
suka-ria
hari itu diikuti oleh tua maupun muda! Sesuatu yang bisa
dibilang baru. Tidak sering anak-anak muda kita ambil bagian
dalam pertemuan atau silaturakhmi masyarakat Indonesia, bila
mayoritas hadirin terdiri dari mereka-mereka yang dizholimi oleh
rezim Orde Baru, yang banyak diantranya sudah masuk pada periode
'manula' dalam hidupnya.
*
* *
Memperingati
dan
merayakan LIMAPULUH TAHUN PERNIKAHAN . . . Hidup suka-duka
selama 50 thun. Tidak selalu bersama . . . . peristiwa dan
sejarah menyela dengan hari-hari dan masa duka berpisah antara
SOELARDJO dn MELIA . ..
Belum
lama
menikah Soelardjo, disebabkan penugasan ke luar negeri, akhirnya
mengalami dampak tragedi nasional Peristiwa 1965.. . . . Karena
kesetiannya kepada Presiden Sukarno, pada cita-cita
perjuangannya, paspornya dicabut rezim Orba, sehigga terpaksa
ketika lahirnya putri satu-satunya, itu terjadi tanpa kehadiran
sang bapak.
*
* *
Semua
itu
sudah menjadi sejarah, Tinggalah kita-kita ini, kawan dan
sahabatnya, mengagumi dan berteladan pada kehidupan Soelardjo
dan Melia yang sebagai suami istri, tetap setia pada cita-cita
kemerdekaan bangsa dan tanah air, Demokrasi dan HAM .
*
* *
No comments:
Post a Comment