Saturday, May 24, 2014

SUARA GENERASI BARU Tentang Perlunya PIMPINAN GENERASI BARU!

Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 22 Mei 2014

-------------------------


SUARA GENERASI BARU
Tentang Perlunya PIMPINAN GENERASI BARU!


Pagi ini kubaca di FB tulisan kawan-karibku dari generasi muda BONNIE TRIAYANA. Begitu dibaca, dalam fikiran tersirat;

INI TULISAN MUTIARA. Ini Suara Generasi Baru
Yang mendambakan PERUBAHAN!

Mengapa|? Karena tulisan itu mewakili Suara Generasi Baru yang Bicara Tentang Perlunya Pimpinan Generasi Baru!

* * *

Kaliman-kalimat tulisan Bonnie tsb; Benar-benar suara yang mewakili semangat dan harapan generasi baru yang mendambakan perubahan: Baik diangkat dan disoroti bagian tulisan Bonnie Triyana, berikut ini:

Tahun ini, menurut saya, adalah pengujung masa transisi. Peralihan dari generasi lama yang tangannya berlumuran darah ke generasi muda yang lepas dari beban masa lalu. Sehingga penting menjaga masa pengujung transisi ini supaya tidak jatuh ke tangan orang-orang yang paling bertanggungjawab dalam periode Orde Baru yang penuh kekerasan dan represi.”

* * *

Bonnie bicara tentang keharusan adanya pimpinan generasi baru yang tidak terlibat dengan masalamap gelap rezim Orde Baru, yang memulai kekuasannya dengan mencetuskan malapetaka pembantaian masal sekitar Peristiwa 1965.

* * *

Tidak ayal lagi, kutulis sebuah message ke Bonnie Triyana: Aku nyatakan kepadanya aku bermaksud menyebarluaskan tulisan mutiara tsb.

* * *

Segera saja kuterima berita dari Bonnie. Dia setuju saranku untuk menyebar-luaskan tulisannya itu. Lagipula tulisannya itu dibuat, memang dengan maksud agar dibaca orang .

Jawab Bonnie: . . . Silahkan.

* * *

Oleh BONNIE TRIYANA,
Pemimpin Majalah HISTORIA

* * *

Tahun 1998 baru 16 tahun berlalu. Tapi orang Indonesia sudah mulai lupa apa yang terjadi selama 32 tahun. Seorang kawan dengan terang-terangan (entah sambil bercanda) membalas BBM saya sambil bilang "Saya mau ke zaman Orde Baru saja". Menyedihkan. Indonesia sedang menghadapi sebuah masa yang mirip dengan apa yang pernah dihadapi di Jerman tahun 1960-an. Anak-anak muda yang sadar bertanya-tanya (dan menggugat) tentang apa yang generasi tua lakukan selama Perang Dunia Kedua. Namun di Indonesia, tak ada penjahat kemanusiaan yang berhasil diseret ke muka pengadilan sebagaimana yang terjadi dengan para penjahat kemanusiaan Nazi di Nueremberg.

Tahun ini, menurut saya, adalah pengujung masa transisi. Peralihan dari generasi lama yang tangannya berlumuran darah ke generasi muda yang lepas dari beban masa lalu. Sehingga penting menjaga masa pengujung transisi ini supaya tidak jatuh ke tangan orang-orang yang paling bertanggungjawab dalam periode Orde Baru yang penuh kekerasan dan represi.

Rakyat butuh makan. Itu benar. Rakyat butuh sekolah murah. Itu benar. Tapi bukan berarti rakyat bisa diperlakukan seperti ternak: dibungkam mulutnya. Kalau perlu: diculik dan dibunuh.

Terus terang, saya tak ingin hidup dalam ketakutan. Pengalaman hidup saya seringkali menemukan kenyataan bahwa otak cerdas, sikap tegas, bijak dan berani tak selalu terdapat pada tubuh yang tegap, tinggi dan gagah secara fisik. Sikap-sifat itu acapkali juga terdapat pada tubuh kerempeng, tampang pas-pasan dan dipersepsikan sebagai orang Ndeso.

Sekian tausyiah dari Desa Moorende, Kecamatan Buxtehude, Kabupaten Hamburg Pakidulan. Wassalam.....

* * *


No comments: