Thursday, December 17, 2009

Dengan VPRO Mengenang Joesoef Isak

IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita

Senin, 31 Agustus 2009

--------------------------------------------


Bersama Paul Van Der GAAG < VPRO>

MENGENANGKAN JOESOEF ISAK


Jum'at siang lalu, seorang jurnalis Belanda dari Hilversum menilpun. Saya Paul van der Gaag, dari VPRO, katanya. Dulu Anda bersama dengan Francisca Fanggidaey ikut dalam salah satu acara Festival Seni-budaya 'Winternachten' di Den Haag, mengenai Indonesia. Saya ketika itu moderatornya, kata orang yang menyebut namanya Paul van der Gaag tadi. Oo ya, ketika itu juga ikut hadir wartawan Belanda, Ad van der Heuvel, yang kebetulan sedang ada di Jakarta ketika terjadi peristiwa G30S, kataku. Betul, katanya. Sudah lama juga ya, lima tahun yang lalu ketika kita berkenalan, jawabku.


Pasalnya Paul van der Gaag menilpun ialah, ia ingin aku ikut dalam acara OVT (Onvoltooid Verleden Tijd) dari programa radio VPRO. Hari Minggu, jam 10.00 pagi. Apa tidak terlalu pagi itu, tanyanya pula. Ah tidak, kataku, bagi kami jam 10.00 pagi hari Minggu itu, sungguh tidak terlalu pagi. Fikirku, bagus sekali bila bisa ambil bagian dalam satu siaran menyangkut Indonesia. Kesempatan ini baik dimanfaatkan. Ya, aku sedia, tegasku. Begitulah diatur pada hari Minggu pagi tanggal 30 Agustus, jam 10.00, Paul v.d. Gaag akan mengadakan percakapan tilpun yang langsung dipancarkan VPRO. Temanya: Mengenangkan Joesoef Isak.


Fokusnya: 1) Arti penting Joesoef Isak bagi perjuangan untuk kebebasan menyatakan pendapat. 2) Peranannya dalam menerbitkan karya-karya Pramoedya Ananta Toer. 3) Arti Joesoef Isak bagi emansipasi Indonesia pada umumnya dan bagaimana selanjutnya Joesoef Isak dikenangkan di Indonesia.


* * *


Aku mulai mempersiapkan dalam fikiran, apa-apa saja yang akan kukatakan dalam acara percakapan radio dengan VPRO. Ini bukan pidato radio atau diskusi. Tetapi suatu percakapan. Percakapan itu kurekam. Hasilnya: Ada bagian-bagian yang kurang jelas kedengaran. Namun pada pokoknya rekaman itu bisa didengar kembali dan kuterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia.


Beginilah transkripsi percakapan radio itu:


PAUL Van Der GAAG - (PG):


Pada tanggal 15 Agustus 2009 yl Joesoef Isak meninggal dunia. Dua hari sebelum perayaan proklamasi Republik Indonesia. Joesoef Isak adalah peserta dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Pada periode Sukarno, Joesoef Isak adalah jurnalis yang terkenal. Tetapi pada periode Suharto, Joesoef Isak dipenjarakan dalam waktu panjang.

Joesoef Isak, pejuang hak-hak manusia, selalu kritis. Tidak saja terhadap Suharto, tetapi juga terhadap sikap dunia Barat mengenai diktator tsb.

Mari dengar apa yang dikatakan oleh Joesoef Isak ketika itu.


* * *


SUARA JOESOEF ISAK – (yang rekamannya terdokumentasi oleh VPRO):


Amerika dan dunia Barat di Eropa sini, tau betul siapa Polpot. Apa yang dilakukanya di Kambodja. Pembunuhan massal dsb. Tetapi Amerika dan dunia Barat samasekali bungkam tentang kami. Di Indonesia ketika itu, lebih banyak yang dipenjarakan dan dibunuh. Tetapi terhadap peristiwa di Indonesia itu Amerika dan Barat bungkam saja. Siapa di Barat yang bicara mengenai peristiwa itu? Tetapi apa yang ditulis Barat tentang Suharto. Menurut Barat, Suharto adalah pahlawan. Karena dia bisa menyingkirkan Sukarno dari arena politik Indonesia, karena Sukarno dianggap bikin susah Barat. Mengenai drama politik tsb Barat amat berterima kasih dengan apa yang dilakukan Suharto

(rekaman suara Joesoef Isak selesai)


PAUL vd GAAG:

Itu tadi adalah Joesoef Isak ketika memberikan komentarnya terhadap sebuah buku biografi Suharto yang terbit di Australia.


* * *


PAUL van der GAAG:


Sekarang dengarkan Ibrahim Isa. Ia sekretaris Wertheim Stichting.

Meneer Isa, selamat pagi!


ISA:

Selamat pagi.


PAUL van der GAAG:

Joesoef Isak adalah wartawan dan penerbit. Apa arti penting Joesoef Isak untuk Indonesia, untuk Anda.


ISA:

Ja. Apa arti Joesoef Isak bagi nasion Indonesia? Untuk bisa memahami, orang harus tau apa yang difikirkan dan dilakukan Joesoef Isak untuk Indonesia, dulu dan sekarang. Sejak beliau dibebaskan, saat itu Suharto masih kuasa. Joesoef ketika itu menulis dan bicara, menekankan di pelbagai forum, terutama dimuka warga generasi baru, pada para pemuda. Ia mengingatkan kami, mengingatkan kaum muda, bahwa kekuasaan jendral Suharto telah merampok avant garde kita. Bahwa seluruh intelejensia kita sudah dibasmi. Bila kaum intelejensia direnggutkan, kata Joesoef, berarti orang telah merampok apa yang terbaik dari nasion ini. Sejarah manusia selamanya adalah sejarah kaum intelejensianya. Oleh karena itu, kata Joesoef, kita harus berusaha keras untuk membangun kembali manusia-manusia baru, generasi intelejensia baru yang teremansipasi dari 'reifikasi'-nya Suharto. Artinya yang bebas dari rekayasa yang disodorkan dan kemudian diterima serta dipercaya sebagai suatu kebenaran -- Kita harus membangun intelejensia yang berani dan mampu berfikir berdikari.


PAUL van der GAAG:


Saya ingin kembali ke apa yang dilakukan Joesoef Isak dengan penerbitan buku-buku Pramoedya. Saya dengar Joesoef Isak terlibat sekali dengan penerbitan buku Pramoedya. Bahwa Joesoef banyak melakukan pengeditan kembali. Bahwa tanpa Joesoef Isak buku-buku Pramoedya tak mungkin terbit.


ISA


Ja, persis. Diterbitkannya Tetralogi Pramoedya Ananta Toer merupakan suatu peristiwa sejarah di Indonesia. Merupakan kemenangan suatu visi, suatu awal dari suatu kebangkitan kembali kesadaran nasional, cinta tanah air, dari suatu nasion yang bebas dari dominasi asing. Kemenangan itu merupakan usaha susah payah bersama Pramoedya, Joesoef Isak dan Hasyim Rachman.


Joesoef mengatakan kepada saya, begitu ia membaca manusksrip bagian pertama dari Tetralogi Pramoedya, ia mulai merencanakan untuk menerbitkan buku-buku Pramoedya itu. Ia membaca semua manuskrip tsb dan menulis kembali banyak bagian penting dari Tetratologi tsb. Pramoedya telah memberikan kepecayaan penuh kepada Joesoef Isak. Joesoef Isak boleh melakukan apapun dengan manuskrip itu. Saya bisa mengatakan dengan lega, bahwa tanpa Joesoef Isak, tak akan ada Tetralogi Pramoedya Ananta Toer. Tidak akan ada bestseller.


PAUL van der GAAG:

Buku-buku yang diterbitkan Joesoef Isak apakah masih tetap tercantum dalam daftar buku-buku terlarang? Tetapi Joesoef terus saja menerbitkannya.


ISA

Ya betul. Larangan terhadap buku-buku itu masih belum dicabut.


PAUL van der GAAG:

Tetapi, bukankah tidak ada larangan lagi?


ISA


Memang, buku-buku itu sekarang ada di toko-toko buku.

Tetapi larangan terhadap buku-buku itu masih belum dicabut.


PAUL van der GAAG:


Joesoef Isak telah memperoleh banyak penghargaan internasional, disebabkan oleh perjuangannya untuk hak-hak manusia. Stichting Anda, Stichting Wertheim, tahun 2005 juga telah memberikan Wertheim Award. Untuk apa Joesoef memperoleh award itu?


ISA


Award itu diberikan kepadanya sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap keberanian dan keteguhannya dalam perjuangan untuk kebebasan menyatakan pendapat. Untuk sumbangannya dalam perjuangan untuk emansipansi nasion Indonesia.


PAUL van der GAAG:


Ja, begitulah beliah dikenangkan di Indonesia?


ISA


Ja, betul begitu.


PAUL van der GAAG:

Ibrahim Isa, terima kasih banyak untuk penjelasan ini.


* * *

No comments: