Rabu, 03 April 2013
------------------------------
SEKITAR FILM JOSHUA OPPENHEIMER . . .
"THE ACT OF KILLING"
Kemarin kutulis tentang wawancara DUBES RI Untuk SWEDIA, setelah bersama masyarakat Indonesia di Swedia menonton film "The Act of Killing". Dalam wawancara itu, Dubes berusaha membawa perhatian pendengarnya untuk m e l u p a k a n masa lampau yang gelap itu.
Kejadian itu (pembantaian 1965) itu masa lalu.
Sekarang Indonesia, kan, sudah berubah. Sesudah Reformasi, situasi politik Indonesia sudah berubah. Sudah demokratis, dan bahkan dipuji oleh dunia internsional bahwa Indonesia berhasil dalam transisi ke Demokrasi>
* * *
Dibanding dengan Dubes RI di Den Haag, - - - -
Dubes RI di Swedia masih mau nonton film THE ACT POF KILLING. . . dan masih mau bicara . . .
Putrinya yang ikut nonton bersama ayahnya, malah menanggap film itu . . . "good" . . . PEMERINTAH RI dan mereka-mereka yang mau lari dari tanggungjawabnya membantai dan mempersekusi manusia Indonesia yang tidak bersalah dalam tahun 65/66/67 . . . pontang-panting berdalih cari alasan untuk MELUPAKAN SEJARAH BANGSA SENDIRI.
Tetapi tak perduli cara apa yang mereka hendak gunakan untuk menutupi tindakan kriminil mereka sekitar Peristiwa 1965, - - - fakta-fakta sejarah itu akan semakin terungkap.
ERA DIMANA SEJARAH DITENTUKAN OLEH PENGUASA, YANG MENANG.... SUDAH BERAKHIR. Sehubungan dengan Peristiwa 1965 dan pembantaian yang dilakukan terhadap warga sendiri tanpa presis hukum apapaun . . . . melihat film "THE ACT OF KILLING" , , ,, preman dan jagal ANWAR CONGO dan kawan-kawannya . . . . lebih " b e r a n i " mengakui apa yang dilakukannya di masa lampau: . . .
* * *
No comments:
Post a Comment