Thursday, April 4, 2013

*Kolom IBRAHIM ISA
Selasa, 26 Maret 2013
---------------------*


*Kemarin Seminar di Leiden – Hari ini, Diskusi Dng Saskia Wieringa . . . . .*


* * *


Hari Senin sore kemarin, 25 Maret, 2013, sore hari, --- KITLV mengadakan kegiatan penting (untuk Belanda). Bertempat di Kamar 3, Lipsius Building, Celeveringaplaats 1, Leiden.

*Penting*kataku . . . . karena sore kemarin itu *STANLEY ADI PRASETYO*, mantan anggota KomnasHAM, memberikan ceramah dengan fokus pada*perubahan*yang terjadi di Indonesia dalam historiography mengenai “1965”. Dan Laporan KomnasHAM 23 Juli 2012. Stanley ssndiri terlibat langsung dalam penyusunan Laporan KomnasHAM tsb, Sekitar Pelanggaran HAM berat dimana terlibat aparat keamanan negara.



Hadir sekitar limapuluhan, a.l profesor, dosen, aktivis dan mahasiswa-mahasiwa Indonesia. Untuk memberikan suasana tema pembicaraan, ditayangkan lebih dahulu sekilas cuplikan sekitar film “The Act of Killing” (sutradara dan film-maker Joshua Oppenheidmer). Orang bisa berkomentar, kok sedikit ya? Yang hadir? Namun, -- di Belanda, jumlah yang hadir dalam seminar seperti itu, jumlah limapuluhan sudah termasuk banyak.



A*langkah baiknya catatan seminar-seminar seperti ini mengenai tema Indonesia, direkam dan disimpan baik-baik oleh KITLV sebagai penyelenggara seminar. Untuk kemudian dimanfaatkan kepada siapa saja yang peduli Indonesia dan yang berkepnetingan lainnya.*



* * *



Kemarin itu Stanley menyatakan dalam uraiannya, bahwa REFORMASI di Indonesia tidak mencapai hasil. Alias . . . . GAGAL dalam tujuan utamanya: – Transisi ke Demokrasi dan kesedaran HAM.



Kaum yang berkuasa dewasa ini adalah “the old guard”, yang dulunya pada zaman Orba bersimaharajela. Yang itu-itu juga. Kepentingan utama mereka-mereka itu adalah mempertahankan kekuasaannya dan meneruskan kultur dan kegiatan korupsi dan kolusi. Melahap kekayaan negeri dan bangsa sejadi-jadinya, untuk hidup mewah turun-temurun. Mengikuti MENTOR mereka, dinasti CENDANA dkk!



* * *



Selain itu dengan cukup rinci Stanley menguraikan lahirnya Laporan KomnasHAM 23 Juli 2012. Lalu taktik dan siasat penguasa (Kejagung dan pemerintah) dalam berusaha mencegah pelaksanaan yang dituntut oleh Laporan. Yaitu agar Kejaksaan Agung menindak-lanjutti penanganan pelanggaran HAM Berat sekitar 1965 dll.



* * *



Tergugah oleh uraian Stanley aku ajukan pertanyaan kepada Stanley: Anda memberikan uraian dengan kesimpulan bahwa TRANSISI REFORMASI yang dimulai sejak jatuhnya Suharto, tidak mencapai tujuannya, alias GAGAL. Di lain fihak KomnasHAM berhasil membuat sebuah Laporan yang ku-anggap WONDERFULL. Bagaimana? Apakah kita bisa terus dengan KomnasHAM sekarang ini?



Atas pertanyaan itu Stanley menegaskan bahwa KomnasHAM dengan pengurus sekarang ini, tidak memberikan harapan. Mereka sibuk soal fasilitas dan kepentingan dirinya sendiri.



*NAMUN, SAYA TETAP OPTIMIS*dalam kegiatan dan perjuagan ini, kata Stanley. Di hadapan kita, sekarang ini adalah momentum yang hars digunakan sebaik-baiknya. Yaitu situasi akan diadakannya Pemilihan Presiden 2014. Agar segenap ormas dan LSM serta para aktivis memusatkan kegiatan a.l mengkampanyekan perlu dipilihnya seorang -- *PRESIDEN YANG BERSIH *--. Yang berani dan mampu melaksanakan tuntutan yang disampaikan di dalam Laporan KomnasHAM 23 Juli 2012. Maksudnya agar kegiatan kita difokuskan pada AKSI KEKUATAN MASYARAKAT!! Untuk dilaksanakannya Rekomendasi KomnasHAM 23 Juli 2012.



Mendengar uraian Stanley tsb aku AJUKAN DUA JEMPOLKU KE STANLEY. Memang begitulah seyogianya dan seharusnya SEMANGAT GENERASI BARU. Rawé-rawé rantas, malang-malang putung – Gugur Satu Tumbuh Seribu . . . Patah Tumbuh Hilang Berganti . . .. MAJU TERUS PANTANG MUNDUR!!



* *



Undangan untuk menghadiri *DISKUSI WIERINGA & PRASETYO**, 26 Maret yad di UvA, Amsterdam. Lengkapnya (dalam bahasa Inggris, sbb:

*SEMINAR Announcement*
Location: Kloveniersburgwal 48, East Indies House room E.02, VOC hall (see http://g.co/maps/vm5k7); AMSTERDAM.


Date 26 March, 4-6 PM with possible extension to 7.30 PM
*Stanley Prasetyo In discussion with Saskia Wieringa *
Followed by scenes from The Act of Killing by Joshua Oppenheimer

The Indonesian 1965/6 genocide is one of the most silenced mass murders in modern world history.  Although several scholarly publications have appeared that pointed to an intra-army conflict which was manipulated by General Suharto and turned into a purge of progressive people, the perpetrators have never been brought to court. Recently the National Human Rights Commission has produced a report which clearly demonstrates that this is a case of gross human rights violations and of a crime against humanity. However the government immediately declared that the murders (possibly one million people) were necessary for the wellbeing of the nation. One of the commissioners involved in the production of this report, Stanley Prasetyo, will discuss with Prof Saskia Wieringa the production of the report and the present political situation.

After the discussion scenes will be shown of his recent film 'The Act of Killing', by Joshua Oppenheimer, followed by a discussion. See attachment for a recent interview with Joshua Oppenheimer.

This film is shown in the Movies that Matter Festival 21-27 March 2013. In this film a group of perpetrators enact the murders they carried out, and explain how they experienced that period. They are still proud of their behaviour at the time. None of them has been persecuted.



  *

    * *

    Diterjemahkan (bebas) ke dalam bahasa Indonesia. Jadinya kira-kira sbb:

    *WIERINGA DISKUSI dengan PRASETYO.*

    Tanggal 26 Maret, 2013 -- jam 4-6 sore, mungkin diperpanjang sampai
    jam 07.30.
    Diskusi akan dilanjuti dengan pemutaran film "THE ART OF KILLING" --
    "JAGAL", produksi Joshua Oppenheimer.

    Genosida Indonesia 1965/6 adalah salah satu dari pembunuhan masal
    yang paling dibungkamkan dalam sejarah moderen. Walaupun beberapa
    publikasi ilmiah telah muncul yang mengarah pada suatu
    konflik-intern angkatan darat yang dimanipulasi oleh Jendral
    Suharto, dan berubah menjadi suatu pemusnahan terhadap orang-orang
    progresif, para pelakunya tak pernah diajukan ke pengadilan.

    Baru-baru ini KomnasHAM mengeluarkan sebuah laporan yang dengan
    jelas menunjukkan kasus tsb adalah suatu pelanggaran berat HAM dan
    merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Namun pemerintah serta merta menyatakan bahwa pembunuhan itu
    (mungkin berjumlah sejuta orang) diperlukan demi kebaikan bangsa.

    Salah seorang Komisioner yang terlibat dalam pembuatan laporan ini,
    STANLEY PRASETYO, akan berdiskusi dengan Prof Saskia WIERINGA,
    tentang pembuatan laporan tsb. Dan mengenai situasi politik dewasa
    ini (di Indonesia).

    * * *

    Pemeduli perkembangan politik dan sejarah Indonesia tidak akan
    melepaskan kesempatan berlalu mengikuti dan hadir dalam DISKUSI
    POLITIK PENTING tentang INDONESIA di Amsterdam. Bagi kita sudah
    tidak asing lagi nama-nama Prof. Dr Saskia Wieringa dan Stanley
    Prasetyo.

    Namun, aku tertarik pada perumusan dalam undangan mengenai apa yang
    terjadi sekitar awal oktober 1965. Perhatikan uraian dalam undangan
    sbb:

    *Genosida Indonesia 1965/6 adalah salah satu dari pembunuhan masal
    yang paling dibungkamkan dalam sejarah moderen. Walaupun beberapa
    publikasi ilmiah telah muncul yang mengarah pada suatu
    konflik-intern angkatan darat yang dimanipulasi oleh Jendral
    Suharto, dan berubah menjadi suatu pemusnahan terhadap orang-orang
    progresif, para pelakunya tak pernah diajukan ke pengadilan. *



** * **

    *MARI SORE INI HADIR DI DISKUSI WIERINGA – STANLEY ADI PRASETYO*

    * * *



No comments: