Kolom
IBRAHIM
ISA
Selasa,
11
Juni 2013
-----------------------------
Berusaha
MEMAHAMI
TIONGKOK (1)
“Apa
Itu
Sosialisme Dengan Ciri-Ciri Tiongkok ?” --
Ungkapan
ini
ditutup dengan “tanda-tanya” besar dan tebal. Itu bukan salah
tik. Penulisnya sendiri, sarjana Tiongkok Zhuo Zhikui, dalam
bukunya “What is Socialism With CHINESE Characteristics?”
sengaja menempatkan tanda tanya besar itu. Ada sebabnya mengapa
tanda tanya itu dibuat dalam huruf yang leih besar!!
Zhao
Zhikui, pemimpin proyek pada Sinolisasi Marxisme di
Akademi Ilmu Sosial Tiongkok (Sinolization of Marxism -- Chinese
Academy of Social Sciences – CASS), peneliti dan pembimbing
mahasiswa-mahasiswa yg mengambil gelar doctoral pada CASS --
menyatakan bahwa: Banyak pakar asing menanyakan sekitar masalah
“Sosialisme dengan Ciri-ciri Tiongkok”. Pertanyaan ini diajukan,
tulis Zhao Zhikui – a.l. “karena riset yang saya lakukan
meliputi masalah teori dan praktek sosialisme dengan ciri-ciri
Tiongkok. Ada orang yang menyatakan sesuatu gejala sosial
tertentu sebagai 'ciri-ciri Tiongkok' . Sementara orang bahkan
mengéjék dengan mengatakan bahwa 'ciri-ciri Tiongkok' itu adalah
'banting setir ke-Kanan menempuh jalan kapitalis dengan
membiarkan menyala lampu warna Kiri”. Dsb, dsb. . . “
Pertanyaan
lainnya
yang sering diajukan ialah: Apakah dengan bertambah kuatnya
Tiongkok melalui REFORM dan BUKA PINTU, -- lalu . . . Tiongkok
akan merupakan bahaya bagi Barat?
Pertanyaan
yang
kedua itu, sebenanrya sudah dijawab oleh seorang historikus
Belanda, Prof Jan van der Putten dalam bukunya “Verbijsterd
China. Wereldmacht van een andere soort”. Tulis Van der Putten:
“Dari Tiongkok orang tidak perlu takut bahwa negeri itu akan
melakukan aksi-aksi sefihak dibidang politik, invasi-invasi,
ekspedisi penghukuman maupun operasi militer bersifat
kemanusiaan. -- Tiongkok tidak akan memaksakan sistim
(politik)nya pada siapapun. Dan hal itu juga tidak mungkin.
Karena sistim ( politikTiongkok) itu tidak bisa dipisahkan dan
terikat dengan kebudayaan Tiongkok yang unik”.
*
* *
Sebagai
orang
Indonesia, yang negerinya, Republik Indonesia ( diproklamasikan
tahun 1945), termasuk negara pertama mengakui berdirinya
Republik Rakyat Tiongkok (1949) . . . akupun ingin mengerti dan
memahami sekitar pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan
politik seperti apa yang ditempuh Tiongkok dewasa ini. Bukankah
Ir Sukarno, salah seorang pemimpin besar perjuangan kemerdekaan
nasional bangsa Indonesia, Bapak Nasion, Proklamator Kemerdekaan
Indonesia, serta Presiden Republik Indonesia pertama negara
Republik Indonesia, ---- dengan tegas menunjukkan bahwa untuk
tujuan keadilan, kemakmuran dan kejayaan, --- Indonesia harus
membangun negara yang Sosialis. Kalau kita bertolak dari
Undang-Undang Dasar dan dasar falsafah negara, yaitu Pancasila,
maka jalan yang hendak ditempuh Indonesia, adalah jalan
Sosialisme.
Oleh
karena
itu seyogianya Indonesia menarik pelajaran dari negeri-negeri
lain yang juga membangun Sosialisme, a.l dari Republik Rakyat
Tiongkok.
Untuk
tujuan
tsb, selain menjenguk kawan-kawan seperjuangan lama orang-orang
Tiongkok dan teman-teman Indonesia yang bermukim diTiongkok,
selama dua minggu, dari 26 Mei s/d 8 Juni 2013, bersama Murti,
aku bekunjung (lagi) ke Tiongkok. Terakhir kunjungan kami ke
Tiongkok adalah 13 tahun yang lalu, yaitu tahun 1998. Undangan
datang dari organisasi yang sama: “ Chinese People's Association
for Friendship With Foreign Countries” (CPAFFC). Adalah
organisasi non-governmental ini juga yang mengundang kami
sekeluarga untuk tinggal di Tiongkok dan aku bekerja disana
(1966-1986).
*
* *
Dua bangunan baru besar di
Beijing, sedikit banyak, mencerminkan perubahan dan kemajuan
yang terjadi selama dasawarsa ini. Amat jauh berubah
dibanding keadaan ketika kami meninggalkan Beijing pada
tahun 1986. Begitu besar dan meluas perubahan itu hingga
orang jadi pangling dan mudah tersesat. Meskpun dulunya
pernah bertahun-tahun tinggal di Beijing. Beijing dewasa ini
sudah berubah-total menjadi sebuah kota besar ukuran dunia
dengan ribuan flat perumahan baru untuk warganya,
kantor-kantor pemerintah dan perusahaan dalam negeri dan
asing, rumah-rumah makan, kedai-kedai dan mal-mal serta
hotel-hotel modern, dengan infrastruktur modern, taksi-taksi
serta kendaraan umum bus serta metro ratusan kilometer.
Menonjol adalah bangunan Stadion
Olahraga “Birds Nest”, “Sarang burung”, dimana telah
diselenggarakan Olympiade Musim Panas 2008 yang megah dan
terbesar di sepanjang sejarah Olympiade. Beijing menjadi
tuanrumah untuk para olahragawan dari 86 negeri. . . . Dunia
tercengang meyaksikan Tiongkok menggondol terbanyak medali
emas (51). Baru pertama kalinya Tiongkok memenangkan medali
emas terbanyak sejak ikut dalam pesta olah raga musim panas
Olympiade.
Satunya lagi adalah bangunan
indah budaya “The Giant Egg” yang selesai tahun 2007. “The
Giant Egg” adalah sebuah bangunan megah milik “The National
Centre for the Performing Arts (NCPA)”. Di sinilah dibangun
teater opera Peking dan drama (1040 kursi), konser (2017
kursi) dan panggung Opera (2416 kursi) . Senafas
dengan semangat “Buka Pintu”, gedung kesenian indah “The Giant
Egg”, yang terdiri dari elipsoid dome titanium dan kaca itu
dibangun menurut blueprint seorang arsitektur Perancis, Paul
Andreau. Kemampuannya menampung lebih dari 5000 pengunjung.
Dengan demikian, memberikan syarat pada warganya untuk ambil
bagian dalam kehidupan kebudayaan nasional maupun dari
negeri-negeri lain.
*
* *
Manusia-manusianya:
Ratusan ribu berkendaraan mobil milik sendiri. Jutaan lainnya
yang berkendaraan umum serta yang berjalan-kaki tampak
berpakaian rapi, bagus dan banyak yang pakaian, sepatu dan
tasnya, “bermerek”. Paling tidak satu diantara sepuluh orang
memegang ponsel (HP) ukuran besar yang mutakhir. Banyak yang
bermerek Apple, Samsung atau bikinan dalamnegeri. Sambil
duduk-duduk atau berjalan mereka sibuk bicara melalui tilpunnya
model terbaru. Sehingga aku merasa agak sungkan malu-malu kucing
mengeluarkan ponsel sendiri berukuran kecil yang sudah dipakai
bertahun-tahun.
Betul,
. . . . . gejala yang dikemukakan diatas menunjukkan peningkatan
kemakmuran masyarakat di satu kota Beijng serta kota-kota besar
lainnya yang kami kunjungi seperti Shanghai, Nanchang dan
Shenzhen ---- dalam tigapuluh tahun terakhir. Namun dalam artian
umum juga mencerminkan situasi umum kota-kota besar Tiongkok
lainnya. Menunjukkan pula arus urganisasi yang juga punya dampak
problematik tidak kecil.
Kalau hendak memperoleh gambaran
menyeluruh tentang perubahan luar biasa yang terjadi di
Tiongkok selama 30 tahun terakhir, sejak diberlakukannya
kebijakan “Buka Pintu dan Reformasi”, dan bila ada kesempatan,
salah satu cara yang efektif adalah brkunjung ke gedung
pameran Expo 2010, seperti yang kami lakukan di Shanghai itu.
Expo 2010, resmi populer disebut
Shanghai Expo 2010. Ikut serta dalam Expo ini lebih dari 190
negara dan lebih dari 50 organisasi internasional. Expo
Shanghai 2010 berlangsung di kedua belah tepi S, Huangpu
(1 Mei sampai 31 Oktober 2010). Shanghai Expo 2010 merupakan
Expo Dunia. Dengan tema "Better City - Better Life" (Kota
yang lebih baik - Kehidupan yang lebih baik).
* * *
Di Beijing, berkat perhatian dan
bantuan Xiao Qun, putri mendiang Siauw Giok Tjhan, mantan
Ketua Baperki dan anggota DPR-RI, --- kami berkesempatan
berkunjung ke Universitas Beijing (Beida). Disitulah kami
memperoleh kesempatan yang jarang dan amat berharga, ---
mendengar dan mengadakan percakapan tanya jawab langsung
dengan 6 orang profesor Beida. Percakapan berkisar pada
politik “Buka Pintu dan Reformasi”, serta tema “Sosialisme
dengan Ciri-Ciri Tiongkok.” Xioa Qun juga telah mengundang
kami menyaksikan sendra-tari modern Tiongkok “The Golden Mask
Dinasty”, yang dipentaskan diatas panggung pertunjukan ultra
modern di THEATER OCT (Overseas Chinese Theater), Beijing.
Baru pertama kali ini bisa menyaksikan panggung teater yang
begitu modern.
Kesempatan
diskusi
juga diperoleh ketika kami mengujungi Akademi Komunikasi
Tiongkok di Beijing. Disitu kami berdiskusi dengan belasan
mahasiwa S1 dan 4 orang dosen mereka. Juga mengenai tema yang
sama.
Seterusnya,
---
sempat pula kami mendengarkan dan berdiskusi dengan
sahabat-sahabat Tiongkok di Shanghai, Nanchang dan Daerah
Ekonomi Istimewa Shenzhen. Di Nanchang kami mendengarkan dan
berbincang-bincang mengenai tema yang sama dengan dua orang
sarjana ekonomi dari Universitas Nanchang, tempat studi tidak
kurang dari 50.000 mahasiswa studi disitu. Kesempatan lain
adalah menjenguk teman-teman Indonesia yang bermukim di
Nanchang, a.l dengan sahabat lama Suar Suroso, mantan wakil
pemuda Indonesia di Organisasi WFDY – World Federation of Youth,
Budapest. Suar Suroso selama ini telah menulis tidak kurang dari
9 buku. Diantaranya mengenai Perang Dingin, Bung Karno dan
Marxisme.
*
* *
Kami belum sempat mengunjungi
pedesaan. Dengan asumsi bahwa berita yang bisa dibaca di
Gelora45 mencerminkan siatuasi sesungguhnya (lihast lampiran),
maka bisa disimpulkan bahwa politik Tiongkok yang populer
dirumuskan “BUKA PINTU DAN REFORMASI” telah menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi luar biasa di sepanjang
sejarahnya. Membuat Tiongkok, sebuah negeri berkembang
(developing country) menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor dua
sesudah AS. Yang telah mengejar dan melampaui Jepang dan Eropah.
Semua pembicaraan
dan tanya-jawab dengan fihak Tiongkok berlangsung dalam
suasana bershabat, terbuka, kritis dan analitis. Dalam
semangat “bertolak dari keadaan yang nyata, mencari
kebenaran”, diskusi amat lancar dan menarik. Hal-hal baru
kudapati yang amat bermanfaat dalam rangka MEMAHAMI
TIONGKIOK. Teristimewa pembicaraan yang dilakukan di
Shenzhen, sutu daerah ekonomi khusus , dibawah kekuasaan
Sosialis, yang tujuannya a.l menyedot kapital Tionghoa
perantau dan asing lainnya serta teknologi dan menagement
mutakhir. . . .. DEMI PEMBANGUNAN SOSIALISME DENGAN
CIRI-CIRI TIONGKOK.
* * *
Dalam setiap
pembicaraan-tanya jawab yang berlansgung dengan kami, fihak
Tiongkok, baik yang pejabat, sarjana, mahasiswa, maupun
orang biasa. . . semua punya kesamaan pandangan, yaitu . . .
”Bahwa tugas
utama Tingkok dewasa ini ialah bagimana memakmurkan rakyat
yang berjumlah 1.4 milyar itu.” . Bahwa perkembangan
Tiongkok dewasa ini berada pada tahap PERMULAAN SOSIALISME.
Selanjutnya
ditandaskan, bahwa kekuatan pendorong utama dan pokok
pertumbuhan, perkembangan kemajuan masyarakat ----- adalah
KEKUATAN PRODUKTIF MASYARAKAT.
Bahwa Kemiskinan
itu Bukan Sosialisme!
* * *
Dalam pada itu
disadari bahwa kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi sekarang ini bukan tanpa munculnya RISIKO atau
dampak negatif. Dikemukakan secara terus terang dan terbuka,
bahwa dampak negatif itu menjadi tugas nasional untuk
diatasi bersama, yaitu:
1) Kesenjangan
sosial,
2)Polusi, dan
3)Kemerosotan
moral, seperti korupsi dan kriminalitis lainnya.
Semua itu
diakui secara terbuka dan terus terang dan mereka
berketetapan hati untuk mengatasinya.
*
* *
Di
tulisan berikutnya pada kolom ini akan dimasuki lebih lanjut
tema dan masalah yang jadi percakapan tanya jawab.
*
* *
Lampiran:
ENAM DESA MAKMUR
DI TIONGKOK
<Xin Hua Net: 08-09-2012>
1. Desa Hua Xi: ditahun
70-an adalah desa perladangan, tahun 80-an menciptakan
pabrik dan tahun 90-an menciptakan kota. Sekarang didesa
ini, telah muncul Gedung 72 tingkat dengan ketinggian 328
M, menjadi gedung ke-8 tertinggi di Tiongkok. Inilah yang
dikatakan Wu Ren Bao, kepala Desa Hua Xi, “Kita akan
membangun Desa Hua Xi di Langit”.
Gedung-gedung dibangun dengan modal
200 orang terkaya Desa Hua Xi, masing-masing 10 juta
RMB. Setiap “Pemilik modal” mendapat satu-set
flat–berbintang 5, yang boleh dijual keluar atau diubah
menjadi kamar hotel. Seluruhnya bisa menampung lebih
dari 1000 orang, restoran untuk 5000 orang, dan lengkap
dengan jalan, kota, pelabuhan dan bioskop, ... pantaslah
disebut Desa Hua Xi dilangit. Restoran diatas langit
terbesar di Asia, Sistem lift pertama diDesa Tiongkok
dan sistem pengontrolan modern didunia, penduduk desa
bisa ikut menikmati pelayanan Hotel berbintang 5,
mencuci baju dikirim ke ruang cuci, makan masuk saja ke
restoran, ...
2. Desa Nan
Ling. Desa Nan Ling berada di distrik
Long Gang kota Shen Zhen. Setiap tahun melangsungkan
Makan Malam Bersama Penyerahan Hadiah bagi Teladan.
Hampir setengah yang menghadiri Makan Bersama adalah
ahli pendatang dari luar. Yang hadir sedikitnya dapatkan
200 RMB ang-pao. Huang Chang Le
ditahun 2011 memperoleh hadiah “Pekerja Teladan dari
Luar”.
“Kami semua
senang menetap disini, karena toleransi yang kuat
didesa Nan Ling”, kata Huang Chang Le. Di desa Nan
Ling, kecuali mendapatkan bonus keuntungan setiap
tahun, penduduk desa setiap tahun bisa keluar
bertamasya, pembagian rumah tinggal dan “kue”
keuntungan didapat setiap tahun. Huang sekarang sudah
mendapat perumahan flat gratis 3 kamar 1 ruang tamu.
“Saya sudah menjadikan Desa Nan Ling sebagai kampung
halaman ke2, saya sangat senang dengan lingkungan
hidup demikian.” Tegas Huang.
Disamping memberi bayaran besar
untuk menyedot keahlian, Desa Nan Ling juga sangat
memperhatikan mendidik KEAHLIAN. Desa ini memberi
beasiswa, beserta tunjangan 10 ribu RMB bagi pelajar
pintar yang masuk Universitas.Setiap bulan memberi 500 RMB
uang saku. Bagi mereka yang berhasil masuk 10 Universitas
terbaik di Tiongkok, tunjangan diberikan 100 ribu s/d 500
ribu RMB. Sedang bagi pelajar yang meneruskan sekolah di
luarnegeri bisa diberi sekaligus 200 ribu RMB; Setelah
mahasiswa tamat dan kembali bekerja didesa Nan Ling,
diberi fasilitas setingkat Wk. Kepala Pabrik. Bagi siswa
yang tidak tamat SMA di Desa, tidak hanya tidak diatur
pekerjaan, juga tidak dibagi bonus tahunan.
3. Desa Xi Tang, penduduknya mendapat lebih
2000 RMB uang pensiun.
Shi Mei Ling, penduduk Desa Xi Tang di distrik
Qian Zhou Kota Wu Xi, bersama suami, putra dan ibunya
tinggal di gedung Villa 3 tingkat seluas 300 M2,.
Namun kehidupan macam ini, hanyalah kehidupan
menengah saja di Desa Xi Tang. Lebih 2000 penghuni Desa,
sudah lebih 70% tinggal di gedung macam Shi Mei Ling
tinggal. Di Desa ini, setiap penduduk sudah ada jaminan
pensiun dan tanggungan kesehatan/pengobatan, sekalipun tidak
pernah bekerja di perusahaan Desa, setelah mencapai usia
pensiun, juga bisa mendapatkan 2000 RMB uang pensiun. Setiap
keluarga bisa mendapatkan tunjangan pertanian dan tunjangan
air-listrik. Disamping itu, Desa Xi Tang juga menanam modal
untuk membangun perumahan orang-tua, lengkap dengan air-co
dan perlengkapan pemanas, mengatur 3 X makan yang sangat
makmur. Penduduk desa yang berusia genap 73 berhak jadi
penghuni rumah orang-tua hanya dengan pembayaran 100
RMB/bulan.
4. Desa Hang Min: Semua penghuni Desa
adalah pemilik saham.
Desa Hang Min berada didistrik Gua Li, daerah Xiao
Shan Kota Hang Zhou, dengan areal 2 Km2, lebih
300 keluarga, jadi lebih dari 1000 orang saja. Dengan
menggunakan hanya 300 ribu RMB sudah bisa menempati gedung
Villa sekitar 300 meter persegi yang dibangun dengan
perancangan terpusat. Penghuni Desa setiap keluarga sudah
masuk Gedung Villa. Setiap keluarga sudah punya garasi
mobil. Diatas tanah ladang Desa Hang Min seluas 800 Mu, ada
23 petani yang melakukan produksi pertanian dengan
mekanisasi. Padi hasil produksi dijual secara terpusat,
berdasarkan harga 1 RMB/Kg dijual pada penduduk desa.
Tahun yl., sekretaris Partai Desa Hang Min, Zhu
Zhong Qing, menetapkan hak-milik kolektif Desa, dibagikan
menjadi saham setiap penduduk Desa sesuai dengan nilai
kerja, besar-kecil jasa yang diberikan pada Desa. Dengan
demikian seluruh penduduk desa, setiap tahun mendapatkan
bonus sesuai persentasi saham yang dimiliki. “Kami tidak
hanya penghuni Desa, tapi juga Pemilik Desa ini”, demikian
kata Zhu Jin Lian, bersama dengan suaminya bekerja
diperusahaan yang diusahakan Desa ini, tahun lalu
keluarganya dapatkan pemasukan gaji 180 ribu Yan, ditambah
lagi 700 ribu Yan bonus pemilikan saham.
5. Desa Teng Tou: Desa perumahan Daerah
Pemandangan Touris A-5.
“Tunjangan sosial tahun ini di Desa dinaikkan lagi,
setiap penduduk desa mendapatkan tunjangan 1000 RMB.
Keluarga kami ada 5 kepala, jadi setiap tahun sedikitnya
dapatkan tunjangan sosial lebih dari 60 ribu RMB”, demikian
kata Chen Yin, penduduk Desa Teng Tou sambil tertawa. Didesa
sudah dibangun Rumah Sakit, lengkap dengan asuransi
kesehatan. Orang tua diatas usia 60 tahun, diperbolehkan
mengambil uang pensiun 400 – 1000 RMB/bulan. Setahun
sedikitnya bisa dapatkan 6000 RMB lebih.
Puluhan tahun yl, Desa Teng Tou yang tidak jauh
dari kota Ning Bo, justru dikenal sebagai “Desa-Miskin”.
Tahun 1993, Desa Teng Tou membentuk “Komite Lingkungan”,
merupakan satu-satunya di Desa Tiongkok. Mereka melakukan
penilaian terhadap pencemaran lingkungan akibat berbagai
industri, untuk mempertahankan Pedesaan Hijau. Dengan
keuntungan lingkungan, Desa Teng Tou membuat Pengembangan sumber daya agro-ekologi
pariwisata, membuat salah satu wilayah Pemandangan Touris
tingkat A5 di Tiongkok, setiap tahun menyedot 600 ribu
touris dengan pemasukan untuk tiket 55,5 juta RMB.
6. Desa Jiu Xing: dengan “Tiga Jaminan”
kehidupan lebih terjamin.
Memasuki Desa Jiu Xing yang berada didistrik Wen
Xing barat daya kota Shang Hai, seperti masuk dalam lautan
toko. Diatas tanah 1600 Mu, didirikan Pasar Grosir integral
terbesar di Tiongkok Timur. Ia juga merupakan Pasar Grosir
integral terbesar di seluruh Tiongkok yang diselenggarakan
di tingkat Desa. Penduduk desa yang berjumlah 3757 orang,
rata-rata penghasilan setiap orang 35 ribu RMB/tahun.
Selain untuk setiap penduduk ada kerja dan ada
jaminan, setiap orang juga memiliki saham. Tidak hanya
menjadi penghuni Desa tapi juga menjadi pemilik Desa.
“Setelah memiliki saham, petani baru mendapatkan keuntungan
jangka panjang. Sebenarnya, mendapatkan sesuai hasil
kerjanya dan pembagian bonus sesuai pemilikan saham
diperusahaan Desa ini, ditambah mendapatkan pensiun dihari
tua, jaminan kesehatan/pengobatan dan jaminan penganggur, di
Desa Jiu Xing dikatakan “3 Jaminan”, demikian kata Wu En Fu,
sekretaris Partai Desa Jiu Xing.
Asuransi Kesehatan, tunjangan pensiun, saham dan
bonus, ... adalah istilah yang hanya dikenal di kota dan
sekarang sudah “masuk ke setiap keluarga di Desa”, bahkan
banyak orang kota menjadi merah matanya melihat kehidupan
“mewah” didesa. Dari seluruh Desa menikmati tunjangan sosial
yang ada, tidak sulit untuk melihat: bahwa kemakmuran
ekonomi daerah pesisir Tiongkok tenggara, tidak sepenuhnya
tergantung dari kemakmuran Desa, sedang petani menjadi “TUAN
DESA” inilah sebab utama mendorong visi dan spirit mereka
sehingga mencapai “perkembangan melompat” ini.
(Bersambung).
* * *
No comments:
Post a Comment