Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 29 Juni, 2013-----------------------------
BERUSAHA MEMAHAMI TIONGKOK < 5 >
< Sekitar
Pertemuan di Utrecht Minggu, 23 Juni 2013 – 2 >
* * *
MENGAPA INGIN
MENULIS BUKU Ttg TIONGKOK?
ANTARA INDONESIA DNG
TIONGKOK TERJALON HUBUNGAN ERAT
.
. . . . Saya ke Tiongkok kali ini, untuk merealisasi keinginan
sebelum meninggalkan dunia yang fana ini --- ingin menulis
tentang Tiongkok. Mengapa tentang Tiongkok? Menulis tentang
Tiongkok, sudah sering. Tetapi menulis b u k u tentang Tiongkok,
(Belum) --
Tidak
kebetulan
bahwa sesudah Proklamasi Republik Rakyat Tiongkok, 1 Oktober
1949, tujuh bulan kemudian Republik Indonesia mengakui RRT,
sebagai negara baru. Dan menjalin hubungan diplomatik. Kita, kan
tahu, bahwa ketika itu dunia masih dalam suasana Perang Dingin.
Siapa yang berani berhubungan dengan Tiongkok. Tidak ada yang
berani!
Baik
negeri-negeri
Barat maupun negeri-negeri yang berkembang tidak ada yang
berani. Amerika Serikat, Inggris, Perancis, terang memboikot,
mengisolasi, memblokir. Tetapi Republik Indonesia mengakui
Republik Rakyat Tiongkok hanya tujuh bulan sesudah
diproklamasikannya Republik Rakyat Tiongkok. Jadi, ini
menunjukkan bahwa antara Indonesia dengan Tiongkok itu, terdapat
saling hubungan yang erat sekali.
Ketika
zaman
pendudukan Jepang atas Indonesia, menurut berita, Pak Alimin
pernah tinggal di Yenan, pusat kekuasaan Revolusi Demokrasi Baru
Tiongkok. Gerakan-gerakan di kalangan Tionghoa perantau, di
Indonesia, berpadu dengan gerakan kemerdekaan Indonesia, dengan
berbagai cara. Tetapi, hatinya masih tetap merasa sebagai orang
Tionghoa. Dan secara politik juga membela RRT yang dikepung dan
diisolasi oleh Barat. Jadi tidak kebetulan bahawa dalam tahun
1950, Republik Indonesia mengakui Republik Rakyat Tiongkok. Ini
bukan sikap Bung Karno saja. Memang Bung |Karno adalah Presiden
Republik Indonesia. Tetapi pemerintah Indonesia ketika itu bukan
pemerintah Bung Karno. Adalah umum dimata Indonesia, bahwa RRT
adalah suatu negara baru, dengan siapa kita perlu menjalin
hubungan persahabatan.
Dari
sini
saya bisa kita lihat, bahwa banyak manfaat dan kebaikannya, kita
mempererat tali hubungan ini. Sedapat mungkin siapa saja
memberikan sumbangannya untuk itu. Jadi bertolak dari ingin
memperkuat hubungan ini, saya anggap perlu saling memahami,
saling mengerti. Maka ketika mau menulis, -- saya tanya
pada Murti, apa ya judul tulisan saya ini? Mengenal? . . . . Ya,
mengenal, kita kan sudah mengenal, kata Murti. Sebaiknya
BERUSAHA MEMAHAMI!. Sebab, kalau kita tidak memahami, bagaimana
kita bisa menjalin dan mempererat hubungan ini? Dan bagaimana
mendapatkan manfaatnya dari hubungan itu. Jadi, harus berusaha
untuk memahmi.
Dalam
rangka
usaha untuk memahami Tiongkok inilah, maka kami berdua ini
berkunjung ke Tiongkok.
*
* *
Inilah
yang
lebih memperkuat niat saya semula untuk menulis buku tentang
Tiongkok. Dan ini tidak mudah. Karena, macam-macam interpretasi
dunia mengenai Tiongkok. Ada yang bilang . . . .. ini saya terus
terang saja. Ada seorang teman yang membantu saya. Membantu kami
dalam kunjungan ke Tiongkok kali ini. Saya tanya kepadanya:
Menurut Anda bagaimana Tiongkok sekarang, Bagus!, jawabnya.
Tiongkok sudah kapitalisme. Itu tanggqapan salah-satu orang
biasa.
Tapi,
dalam penjelasan-penjelasan yang diberikan kawan-kawan
Tiongkok dalam pertemuan-pertemuan, (yang berlangsung di
Tiongkok dalam kunjungan kami) -- mereka menegaskan bahwa
sistim yang berlangsung di Tiongkok, adalah SOSIALISME dengan
CIRI-CIRI TIONGKOK. Mereka katakan: Kalau orang lain, bangsa
lain, boleh bilang, bahwa mereka itu adalah sosialisme yang
sebenarnya, maka kami juga boleh bilang bahwa yang berlaku di
|Tiongkok adalah sosialisme yang sebenarnya. Yang cocok dengan
kondisi Tiongkok.
EMPAT PRINSIP
Jadi,
mereka bilang, hak untuk menyatakan diri sosialis, itu bukan
saja ada pada orang lain, bangsa lain. Kami juga berhak untuk
menyatakan bahwa kami sedang melaksanakan sosialisme
diTiongkok.
Kalau
kita
lihat politik mereka secara pokok, Politik pokok mereka itu
tetap tidak berubah. Ada Empat Prinsip yang mereka kemukakan:
Pertama,: Jalan yang ditempuh Tiongkok
adalah jalan Sosialis
Kedua,: Yang memimpin bangsa dan negara
adalah Partai Komunis Tiongkok
Ketiga,: Sistim politiknya adalah --
Diktatur Demokrasi Rakyat
Keempat,: Ideologi pembimbing adalah
Marxisme-Leninisme-Fikiran Mao Tjetung
Itu
semua
masih sama dengan ketika didirikannya RRT. Isinya bisa dibilang
sudah lain. Tetapi juga bisa dikatakan merupakan suatu
perkembangan. Suatu interpretasi baru. Merupakan penyesuaian
dengan kondisi kongkrit Tiongkok. Kalau Deng Xiaoping
mengatakan, perjuangan klas itu bukan penemuan Marx. Perjuangan
klas sudah ada sebelum Marx menulis bukunya. Jadi, apa yang
dikemukakan Marx yang hakiki, adalah DIKTATUR . Demikian Deng
Xiaoping.
Jadi,
diktatur
proletariat, itulah ajaran hakiki dari Marx. Bukan perjuangan
klas, Ini suatu gambaran bagaimana mereka berusaha mentrapkan
Marxisme. Ketika saya mendengarkan penjelasan mereka itu, itu
dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Artinya tidak dicari-cari.
Artinya sungguh-sungguh seperti apa adanya.
HAK PENGGUNAAN TANAH
ADALAH PENEMUAN KAUM TANI
Satu misal lagi. Kata mereka: Cobalah Bung fikirkan.
Kalau Bung lihat pedesaan Tiongkok pada kurang-lebih tigapuluh
tahun yang lalu. Sebetulnya kaum tani itu, sudah mulai
mengerjakan tanah, seolah-olah itu tanahnya sendiri.
Sebetulnya mereka sudah melanggar ketentuan-ketentuan Komune
Rakyat. Hakikatnya sudah mulai menghidupkan kembali p a s a r
. Peranan pasar. Hal ini adalah penemuan rakyat, bukan Deng
Xiaoping. Deng Xiaoping hanya mengangkatnya. Kemudian mempelajarinya. Menyuruh kader-kader menelitinya
lebih lanjut. Lalu menetapkan, bahwa, untuk mengatasi
kemiskinn, mencapai produksi yang lebih besar dan semakin
besar, jalannya ialah membiarkan kaum tani mengerjakan
tanahnya, Dengan kebebasan untuk menanam apa yang mereka mau
tanam. Dan hasilnya mereka bisa jual di pasar menurut harga
pasar. Melalui suatu k o n t r a k p e n g g u n a a n t a- n
a h. Antara kaum tani dengan pemerintah. Bisa keluarga per
keluarga. Bisa juga beberapa keluarga jadi satu mengadakan
kontrak itu dengan pemerintah.
Cara inilah yang membangkitkan kegairahan kaum tani
untuk berproduksi. Sebab, mereka bisa melihat sendiri hasil
produksinya. Mereka bisa tentukan sendiri hendak menanam apa.
Dan hasilnya mereka bisa jual di pasar, menurut harga pasar.
Selain, ada ketentuan bahwa sejumlah tertentu tanaman mereka
harus tanam dan serahkan (jual) kepada pemerintah. Sebagai
imbalan. Karena tanah itu, tetap tanah pemerintah, bukan tanah
kaum tni. Tadinya, banyak orang menduga kebijakan ini, berasal
dari pemerintah. Bahwa tanah itu
dikontrakkan penggunannya kepada kaum tani. Tapi, menurut
keterangan yang saya peroleh: Tidak begitu. Cara itu ditemukan
dan dilakukan oleh kaum tani sendiri. Pemerintah tadinya
pura-pura tidak melihat saja. Lalu, setelah melihat hasilnya,
cara itu diresmikan sebagai politik pemerintah.
Dalam
tulisan
saya, saya mengambil bahan yang disiarkan oleh Gelora45: Mengeni
6 desa makmur Tiongkok. Salah satu antaraqnya adalah desa yang
paling kaya di Tiongkok. Desa Huaxi. Bayangkan setiap orang di
desa itu sudah menjadi jutawan. Saya tidak melihat sendiri, tapi
melihat filmnya. Rumah-rumahnya itu, rumah kaum tani, aduh,
rumah-rumah kita ini kalah. Setiap keluarga itu punya mobil. Dia
beli sendiri mobil itu. Dan memiliki saham. Memang ada
ketentuan-ketentuan lain. Tapi, memang adalah kenyataan, bahwa
hasil produksi desa-desa tsb jauh meningkat, dengan adanya
kebijakan baru itu. Sampai dewasa ini, mereka meneruskan
kebijakan ini.
*
* *
Berikutnya,
yang
ingin saya sampaikan, ialah, Ketika kami berdiskusi di Beida,
Disitu hadir 6 orang profesor. Saya merasa ngeri juga.
Berhadapan dengan begitu banyak profesor. Mereka bilang: Besok
Bung Isa akan diskusi dengan enam profesor.
Silahkan mengajukan pertanyaan apa
saja. Padahal saya hanya mengajukan pertanyaan sederhana.
Yaitu, apa perbedaan politik ekonomi yang lama dengan yang
baru. Kalau bicara tentang Sosialisme dengan Ciri-ciri
Tiongkok itu, persisnya bagaimana? Satu negeri dengan dua
sistim sosial, itu bagaimana keterangannya. Dan yang terakhir:
Bagaimana politik pemerintah Tiongkok sekarang terhadap
Taiwan. Sampai sekarang, mereka mengangap bahwa Taiwan itu
adalah sebagian dari Tiongkok. Jadi saya dihadapkan dengan
para profesor itu. Bung Isa mau tanya apa saja boleh, begitu
kata mereka. Mereka akan jawab.
Salah
seorang
profesor, mengatakan: Mengenai Tiongkok sekarang, di kalangan
kami ini sebetulnya fikirannya tidak satu. Persisnya bagaimana
sih, keadan Tiongkok itu? Mengenai itu mereka tidak satu
pemahamannya. Saya tanya, lalau mengenai apa kalian itu satu.
Satunya, kata mereka. Bahwa yang sekarang ini harus jalan terus.
Sebab, kebijakan baru ini, menambah kemakmuran rakyat.
Memperkuat ekonomi Tiongkok dan memajukan kemampuan industri
Tiongkok. Mengenai soal beasr ini, -- mereka satu.
TIGA ALIRAN
FIKIRAN/PENDAPAT
Tetapi,
bagaimana
interpretasinya, masing-masing punya pandangannya sendiri. Ini
di Tiongkok sendiri, begitu keadaannya. Saya tanya bagaimana
sekarang. Mereka bilang: Yang sekarang ini Xi Jenping dengan
grup pimpinannya itu, disebut a l i r a n m a i n s t r e a m.
Artinya garis kebijakannya itu, garis Deng Xiaoping. Sejak
1975/78 sampai sekarang. Yang kedua, menganggp pendapat
mainstream ini s a l a h Mereka bilang jalan tsb adalah jalan
menuju kapitalisme. Yang benar garis yang mana? Jawabnya: Yang
benar adalah garisnya Mao. Kebijakan Mao Tsetung. Aliran
pendapat yang ketiga menyatakan bahwa yang sekarang ini bagus,
tapi kurang bagus. Karena, rakyat belum sepenuhnya berhak
bersuara. Jadi, sebetulnya rakyat itu belum sepenuhnya
terwakili. Maka, harus ada reform di bidang politik. Sehingga
rakyat itu betul-betul bisa dengan bebas menyatakan pendapatnya.
Bisa mengontrol pemerintah dan pejabat.
Jadi, ada tiga pendapat:
Yang pertama pendapat mainstream tadi. Pendapat kedua,
menyatakan bahwa pendapat mainstream itu salah, dan harus
kembali ke garis kebijakan Mao Tjetung. Dan yang ketiga,
keadaan sekarang ini masih kurang, harus lebih berani
melakukan reform politik.
Saya
tanya:
kalau ada tiga aliran pendapat ini, bagaimana kok,yang
mainstream ini bisa memimpin? Mereka bisa memimpin, karena
mereka merupakan faktor yang mengimbangi antara yang “kiri” dan
yang “kanan”. Maka, oleh karena itu, pemimpin yang sekarang ini
tidak bisa mengambil politik baru yang drastis. Jadi, jalan
terus, tapi pelan-pelan. Meneruskan pembangunan ekonomi. Masalah
reform politik itu tidak bisa cepat-cepat, karena adanya dua
pendapat lainnya itu.
Yang bagus, kata
mereka, yang mainstream ini, muda-muda. Dan didukung oleh
barisan kader-kader muda yang muncul selama tigapuluh tahun
belakangan ini. Jadi, ini hal baru. Saya tidak menduga, bahwa,
kawan-kawan Tiongkok itu dengan leluasa bicara begitu. . . .
Mereka membenarkan bahwa dibanding 30 tahun yang lalu situasi
fikiran orang jauh lebih baik.
MAU TAHU PENDAPAT
BERRAGAM PERGI SAJA KE HONGKONG
Sahabat
kami
dari Hongkong, Chan CT membenarkan, bahwa di Tiongkok tidak
trerdengar pendapaart-pendapat yang secara tajam mengkritik
kebijakan pemerintah sekarang ini. Tetapi di Hongkong ada. Chan
CT yang adalah orang H|ongkong, jadi orang RRT. Hongkong itu
adalah bagian dari negara Republik Rakyat Tiongkok. Memang, di
Tiongkok tidak ada suara-suara atau penerbitan, yang mengajukan
kritik secara tajam, kebijakan atau hasil kebijakan pemerintah
RRT. Tetapi di Hongkong, yang termasuk RRT itu, ada. Jadi,
sebetulnya tidak terlalu sulit. Bila mengatakan bahwa kalau kita
di Tiongkok hanya bisa mendengar suara pemerintah saja. Pergi
saja ke Hongkong. Di situ Bung akan mendapatkan suara-suara,
pendapat-pendapat, media, yang saling bertentangan mengenai
Tiongkok sekarang. Jadi, tidak seratus persen benar, jika
mengatakan di Tiongkok hanya bisa mendengar suara pemerintah
saja. Kita bisa mengetahui pendapat yang beragam mengenai
Tiongkok, bisa mengikuti perkembangan.
Sebenarnya
di
Tiongkok (daratan) kita bid mendengar suara-suara dan membaca
pendapat yang kritis mengenai Tiongkok. Saya tidak bisa membaca
huruf hanzi. Tetapi bila saya mengikuti siaran berbahasa Inggris
yang diterbitkan di Tiongkok, seperti China Daily dan Peking
Daily, serta siaran TV dan Radio Tiongkok yang berbahasa
Inggris, kritik-kritik yang diajukan terhadap pejabat-pejabat,
juga tidak kurang. Cukup tajam.
Tapi,
satu
hal. Saya tanya kepada seorang Tiongkok tamatan sekolah tinggi.
Yang membantu kami di sana. Bagaimana keadaan
mahasiswa-mahasiswa Tiongkok. Dia jawab: Mereka itu berani
bicara dengan leluasa. Tetapi mereka tidak akan turun ke
jalan-jalan mengadakan demo, atau menulis dazhibao dll. Tidak
akan bertindak begitu. Tetapi mereka mengutarakan pendapat
mereka (yang kritis itu) secara leluasa.
Dia mengatakan kepada saya. Mengenai perkenbangan
(reform) di Tiongkok, harus sabar. Karena mengenai masalah
(reform) ini masih ada berbagai macam interpretasi.
*
* *
Sebetulnya
bagaimana
Tiongkok sekarang ini? Ketika kami baru sampai di Beijing,
jalan-jalan di jalan Wangfuching yang bagus sekali itu. Di situ
ada semacam mini-kereta api, yang mundar-mandir di situ. Dengan
bayaran RMB 5,- kitas bisa naik kereta itu dan meliha-lihat
keadaan di situ. Pakaian orang-orang Tiongkok yang jalan-jalan
di situ, hampir semuanya pakaian merek. Merek asing, seperti
Boss, Kevin Klein., Diesel, Guci dll. Demikan pula tas yang
mereka sandang dan sepatu yang mereka pakai. Hampir semua punya
HP. Dan HP yang gede. Yang menggunakannya dicolek-colek itu,
lho. Lain dengan HP saya yang kecil, yang terbilang sudah kuno.
Ya, yang mereka punya itu yang penggunaannya, dicolek, gini-gini
gitu lho.
HP
saya kecil, sehingga ketika mau menggunakan HP saya, saya malu.
Saya bilang kepada Murti, saya mau menilpun, saya malu ah.
Kiri-kanan saya tilpun mereka itu, semuanya yang gede-gede dan
canggih itu.
Di
jalan-jalan raya, pada umumnya tidak ada lagi orang-orang yang
jalan. Yang tampak semacam snelweg, ring-ring yang mengelilingi
kota. Sepedapun tidak boleh jalan di situ. Orang umumnya
menggunakan metro. Metro yang ada di bawah tanah sebagai
angkutan umum itu, entah sudah berapa ratus kilometer panjangnya
sekarang ini.
Yang
kita
lihat di jalan itulah rakyat. Ada seorang lalu di muka kami.
|Kata temanTiongkok, coba Bung lihat. Yang dipakainya semua
merek. Tapi dia itu pasti petani. Dari mana bisa diketahui bahwa
dia itu seorang petani. Karena, pakaian yang dipakainya itu
semua merek, tetapi warna-warnanya tidak begitu serasi.
Belang-bonteng. Pakaian yang dipakai itu mahal. Juga sepatu yang
dipakainya adalah sepatu mahal.
*
* *
SUDAH BISA BELI
RUMAH SENDIRI
Saya
tanya
kepada kawan Tiongkok yang ikut bantu kami. Selama perubahan di
Tiongkok ini, bagaimana akibatnya pada Anda, pribadi? Baik,
katanya. Kenapa baikk, tanya saya lagi. Sekarang ini, jawabnya,
saya sudah punya rumah milik sendiri. Dia itu penterjemah. Dulu,
katanya, tidak bisa dibayangkan hal ini. Mau pindah saja ke
rumah yang baikan sedikit, sulit. Sekarang saya sudah bisa beli
rumah sendiri. . . . Demikianlah, seorang penerjemah sudah bisa
beli rumah sendiri.
Satu lagi: Ketika mendengar ceramah dari bapak-bapak
profesor ini, Saya tanya kepada seorang profesor yang duduk di
sebelah saya. Bagaiman perubahan di Tiongkok akibatnya pada
bapak. Dulu, kata bapak profesor, jika melihat orang
mengendarai mobil, saya hanya bisa bermimpi untuk bisa
demikian itu. Tetapi, sesudah ada perubahan ini, saya sudah
bisa beli mobil sendiri. Ini sesuatu yang luar biasa bagi
saya. Saya ini seorang sarjana miskin. Tetapi adanya kebijakan
baru pemerinth ini, saya bisa beli
mobil sendiri. Demikianlah sekarang dia berkendaraan mobil
milik pribadi.
Itulah
tadi
saya berikan contoh-contoh sekitar dampaknya kebijakan
pemerintah pada prbadi-pribadi seperti penterjemah dan sarjana.
Tapi
bukan
berarti bahwa semua di Tiongkok serba bagus, serba heibat.
Sekali, dua kali, kami temu juga peminta-peminta, ya. Tampak di
tepi jalan.
MASALAH PERANTAU
TIONGHOA
Pemerintah Tiongkok menganggap masalah ini penting
sekali. Sehingga di Tiongkok secara sentral terdapat Federasi
Perantau Tiongkok. Sepertinya partikelir, tapi sesungguhnya
bukan. Pemerintah yang menegakkannya. Bukan saja baru
sekarang. Pemerintah Tiongkok sejak lama menganggap perantau
Tiongkok itu suatu aset yang luar biasa. Mereka itu merupakan
suatu kekuatan. Karena, umumnya di berbagi negeri, mereka
menduduki posisi-posisi ekonomi yang kuat. Terutama di Asia.
Sekarang juga di Amerika, dan melebar meliputi sarjana.
Sarjana-sarjana Amerika itu banyak yang keturunan Tionghoa.
Dan perasaan dan hati mereka itu masih ke Tiongkok. Maka
pemerintah Tiongkok itu putar otak, bagaimana memanfaaatkan
situasi ini demi kepentingan Tiongkok. Sehingga dibentuklah
badan ini. Dulu itu ada kementeriannya.
Kalau tidak salah, menterinya bernama Liao Chengzhi.
Sekarang
ini
nama badan perantau itu, adalah Federasi Perantau Tiongkok.
Suatu ketika mereka melancarkan politik : “Gaige Kaifeng”,
Keterbukaan dan Reform, dan modal masuk, dan juga mengekspor. Di
Shan Zhen, secara khusus dibangun “Kota Huachiao”, Kota
Perantau. Maksudnya ialah guna menyedot modal-modal dan kekayaan
Tiongkok perantau, supaya bisa masuk ke Shenzhen guna
kepentingan pembangunan ekonomi Tiongkok. Jadi menggunakan
faktor yang sudah lama terbentuk, demi kepentingan Tiongkok.
Sekarang
Tiongkok
mengambil politik baru terhadap perantau Tiongkok. Karena
ekonomi Tiongkok sekarang ini bertambah kuat, dan juga malah
mengekspor kapital, maka sekarang Tiongkok menyarankan kepada
para Huachiao-huachiao, kalau mau menyumbang, maka menyumbanglah
di tempat kalian tinggal. Misalnya Huachiao di Malaysia,
gunakanlah kekayaan kalian itu, jika mau menyumbang, untuk
membangun Malaysia. Bagi |Huachiao di Indonesia juga begitu.
Dulu
kebijakan
dari pemerintah terhadap Huachiao, adalah, dimana kalian tinggal
harus pertama-tama mematuhi hukum yang berlaku di situ. Berusaha
berhubungan baik dengan orang setempat. Sekarangm, kalau ada
kekayaan, maka kekayaan itu membangun di negeri dimana kalian
tinggal.
(Ada
pertanyaan
dari hadirin: Bagaimana penjelasannya. Di satu fihak Shenzhen
didirikan untuk menyedot kapital Huachiao. Di lain fihak ada
kebijakan agar para Huachiao supaya menggunakan kekayaannya
untuk membangun negeri dimana ia tinggal: )
Bagini
keterangannya:
Shenzhen didirikan a.l untuk menuyedot kapital dari Huachiao.
Itu dimaksudkan kapital untuk berbisnis, berusaha di Shenzhen.
Sedangkan keijakan sekarang yang disarakankan Beijing kepada
para |Huachiao: Jika kalian bermaksud memberikan hibah -- selama
ini banyak Huachiao yang menghibahkan kekayaannya untuk
mendirikan sekolah, runah sakit, atau badan peneliti lainnya di
Tiongkok daratan. Sekarang ini karena Tiongkok secara ekonomis
sudah kuat – maka kepada para Huachiao disarankan – bila mereka,
pengusaha-pengusah kaya itu -- ada kelebihn kekeayaan dan hendak
dihibahkan ke Tiongkok – maka itu sekarang tidak perlu lagi.
Agar maksud menghibahkan itu ditujukan kepada pembangunan negeri
tempat mereka tinggal.
Politik
baru
Beijingi ini, ialah, menganjurkan kepada para perantau
Tiuonghoa,kalau ada yang mau dihibahkan – tidak usah lagi
dihibahkkan ke Tiongkok. Kamu dimana, di Malaysia,bantu
Malaysia. Kamu di Indonesia, bantu Indonesia.
MASALAH TAIWAN
Saya
tanya,
bagaimana politik Beijing mengenai Taiwan sekarang? Dulu ketika
kami masih di Tiongkok, semboyan Tiongkok itu adalah: “Yao
Jiefang Taiwan!” Harus Bebaskan Taiwan! Kan begitu? Dengan
demikian, orang bisa mengambil kesimpulan: Sekali tempo Taiwan
akan diserbu oleh Tiongkok.
Sekarang
sudah
tidak begitu lagi. Ini juga disebabkan ada perubahan situasi.
Yaitu: Sebuah parpol di Taiwan, yang namanya Democratic Progress
Party, pernah memerintah beberapa tahun di Taiwan. Partai ini
menyatakan bahwa Taiwan harus berdiri sendiri sebagai negara
merdeka. Sebagai negara Republik Taiwan., Sedangkan sekarang
Taiwan, masih tetap menggunakan nama Tiongkok. Democratic
Progress Party hendak mendirikan Republik Taiwan terlepas dari
Tiongkok. Tapi, dalam pemilu y.l parpol ini menderita kekalahan.
Partai
Kuomintang
(KMT) naik lagi. Partai imi mengambil politik menjalin hubungan
baik dengan Tiongkok daratan. Lalu saya tanya: Seterusnya
bagaimana? Jawabnya: Kami (Tiongkok) dalam puluhan ke depan,
akan tetap mempertahankan politik SATU NEGERI DUA SISTIM.
Maksudnya di Tiongkok berlaku sistim sosialis, sedangkan di
Taiwan politik seperti yang berlaku sekarang ini. Ini tidak ada
perubahan. Dan kami menjalin hubungan yang lebih erat dengan
Taiwan. Banyak sekali pengusaha-pengusaha Taiwan yang membuka
usahanya di Beijing, Shanghai, Shenzhen dan kota-kota lainnya di
Tiongkok.
Hubungan antara Tiongkok daratn dan Taiwan, di bidang
ekonomi semakin erat. (Interupsi dari hadirin: Ketua Partai
Kuomintang juga berkunjung ke Tiongkok). Melihat semakin
ramainya hubungan antara Tiongkok daratan dan Taiwan, antara
kalangan pengusaha, mahasiswa, anggota-anggot parlemen,
lembaga-lembaga lainnya, maka, pernah ada diskusi antara
delegasi dari Tiongkok daratan, dengan Democratic Progress
Party. Saya mendengar penjelasan dari seorang kader Tiongkok
yang ambil bagian dalam diskusi tsb. Dia berkunjung ke Taiwan
untuk itu. Dari parpol yang ingin supaya Taiwan jadi negara
sendiri, mereka mengatakan sbb: Dari hubungan selama ini
antara Tiongkjok dan Taiwan, tampak semakin jelas, bahwa
rakyat Taiwan menghendaki agar Taiwan berdiri sendiri sebagai
negara Taiwan. Tetapi, delegasi Tiongkok yang ambil bagian
dalam diskusi tsb, membantah. Tidak, kata mereka. Menurut
penglihatan kami, sekarang ini semakin lama , kita ini semakin
dekat. Bukan semakin jauh! Melalui hbungan-hubungan ini, kita
semakin yakin, bahwa Tiongkok adalah tetap Tiongkok yang satu.
EXPO 2010 – – EXPO
SHANGHAI
Yang
ingin
saya sampaikan lagi, ialah mengenai EXPO 2010. Sebuah Expo
Internasional yang diselenggarakan di Shanghai. Di dunia ini
setiap kali diadakan Expo. Yang terkahir, Expo 2010, diadakan di
Shanghai. Lebih dari 100 negeri yang ambil bagian.
Setelah
selesai,
mereka bikin komleks itu menjadi suatu tempat pameran. Paameran
dari pameran Tiongkok dan dunia. Tidak hanya mau menunjukkan
kemajuan Tiongkok, tapi juga kemajuan negeri-negeri lainnya di
dunia.,
Saya
sarankan
kepada kawan-kawan yang hendak berkunjung ke Tiongkok,
kunjungilah Pameran Expo 2010 di Shanghai. Suatu pameran yang
luar biaa.
Di
sebelahnya ada gedung pameran lagi. Pameran kota Shanghai. Luar
biasa modern pengaturannya. Kami diajak ke suatu tempat. Di situ
terdapat maket kota Shanghai. Kami diatas, di bawahnya maket
kota Shanghai. Kemudian diajak ke suatu tempat yang lebih
tinggi. Yang berbentuk circle. Kami disuruh naik. Tiba-tiba
circle itu bergerak dan naik. Di sekeliling seperti circarama,
ada layar di sekelilingnya. Panggung itu bergerak. Kami seperti
naik helikopter. Terbang di atas kota Shanghai. Melihat
bagaimana keadaan rakyatnya dan bagimana pembangunan di situ.
Luar biasa. Suatu kekhususan yang pantas dilihat.
SENI DAN BUDAYA
Di
Beijing ada sebuah gedung kebudayaan: namanya OCT – Overseas
Chinese Theatre. Gedung itu milik Tiongkok, sumbangan dari
paerantau-perantau Tionghoa. Apa hebatnya gedung kebudayaan ini?
Dia bisa memamerkan apa saja di atas panggungnya. Termasuk dia
bisa memamerkan b a n j i r !. Banjir betulan. Kami diajak
nonton suatu sendra-tari. Dalam salah satu adegannya, muncul
banjir. Tiba-tiba dari atas panggung mengalir air. Air betul.
Banjir di atas panggung. Tapi di bagian bawah sudah ada
penampungnya. Bukan saja kebanjiran dari atas panggung, tetapi
juga dari kiri kanan ruangan pertunjukkan ada air mengalir. Kita
hanya bisa dibikin kagum saja.
Saya
tanya,
bagaimana kalau pertunjukkan seperti ini diadakan diluar
Tiongkok. Mereka bilang, itu sulit. Karena di negeri lain belum
ada teater seperti ini.
*
* *
Inilah
kesimpulan
sementara dari saya.
Kalau
kita
betil-betul ingin memahami keadaan Tiongkoksekarang, dan
perkembangannya, maka tidak bisa tidak, kita harus mempelajari
apa yang ditulis oleh Deng Xiaoping. Kalau tidak, pengetahuan
kita itu ngambang saja. Dalam usaha menulis tentang Tiongkok,
mudah-mudahan berhasil, saya sudah mengumpulkan 40 buku. Aduh,
makin dibaca, sepertinya, makin rumit. Sebetulnya bagaiman yang
sesunggunya?
Tapi,
kalau
kita baca apa yang ditulis oleh Deng Xiaoping, itu sedikit
banyak bisa membantu kita. Melihat, apa sih sebetulnya yang
mereka maksudkan dengan Sosialisme dengan ciri-ciri Tiongkok.
Tidak perlu kita harus setuju. Tetapi mengetahui, apa yang
mereka maksudkan? Lalu kita padukan dengan pembacaan literatur
lainnya mengenaiTiongkok.
Dengan
cara
ituj mudah-mudahan kita bisa memahami Tiongkok.
(Sekitar
Pertemuan
Utrecht 23 Juni, 2013 -- Selesai)
*
* *
No comments:
Post a Comment