Sunday, July 28, 2013

“Mereka berpikir peluru akan membungkam kami. Tapi mereka gagal . . .










Kolom IBRAHIM ISA 
Minggu, 21 Juli 2013
------------------------------

Mereka berpikir peluru akan membungkam kami.
Tapi mereka gagal . . .

Marilah kita kobarkan perang global memberantas buta huruf, kemiskinan dan terorisme. Mari kita teriakkan tuntutan, mari kita gunakan buku dan pulpen kita, senjata kita yang paling utama.

Satu murid, satu guru, satu buku, satu pena, bisa mengubah dunia.
(Malala Yousafzai di Sidang MU PBB, 12 Juli 2013>

* * *

Media mancanegara menyiarkannya secara luas: -- HARI 12 JULI 2013 -- (hari itu Malala genap berumur 16 tahun). PBB menetapkannya sebagai:

HARI MALALA”


Mengapa “Hari Malala”, sampai muncul dan diresmikan oleh PBB, sebuah badan perkumpulan bangsa-bangsa yang terbesar dewasa ini?

Dalam sebuah ceramah pada tanggal 13 Juli 2013 y.l di Amsterdam yang diselenggarakan oleh “DIAN”, -- sebuah organisasi perempuan Indonesia di Belanda , mengenai “Sejarah Gerakan Perempuan Indonesia”, disampaikan oleh penceramah dr. Kandida Pattipilohy, --- diajukan pertanyaan sbb:

Apakah tampilnya seorang gadis Pakistan berumur 16 tahun, Malala Yousafzai, berpidato di Sidang MU-PBB, 12 Juli, 2013, y.l – apakah itu suatu SHOW belaka ? . . . ., atau apa itu? Hadirin dalam ceramah itu bersama penceramah Kandida Pattipilohy, dalam satu paduan suara dengan keras menyatakan:

TIDAK!”  Berpidatonya Malala Yousuafzai di sidang MU PBB, BUKAN SHOW!!. Itu adalah manifestasi penghargaan dan penghormatan organisasi bangsa-bangsa sedunia, PBB, terhadap kegiatan, peranan, keteguhan semangat dan keberanian serta konsistensi gadis Pakistan yang baru berumur belasan tahun tsb, dalam perjuangannya untuk hak-sama antara perempuan dan priya dalam pendidikan di Pakistan dan seluruh dunia.

* * *

Ketika melukiskan tentang nasib kaum perempuan di pelbagai negeri dan di seluruh dunia umumnya, Malala dengan gamblang mengatakan:

Jadi di sini hari ini saya berdiri: satu anak perempuan, di antara yang lain. Saya bicara bukan atas nama saya sendiri, tapi atas nama orang lain yang tidak punya suara yang bisa didengar, untuk mereka yang berjuang untuk haknya. Hak untuk hidup dalam damai, hak untuk hidup  secara bermartabat, hak untuk memperoleh kesempatan yang sama, hak untuk mendapat pendidikan.

* * *

Perempuan dan anak menderita dalam segala bentuk, di banyak tempat di dunia. Di India, anak-anak miskin dan tak berdosa jadi korban perburuhan anak, banyak sekolah dirusak di Nigeria, rakyat Afganistan menderita di bawah ekstremisme selama berpuluh tahun.

“Gadis-gadis dipaksa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan dipaksa kawin di usia muda. Kemiskinan, ketakpedulian, ketidakadilan, rasisme, dan perampasan hak dasar, adalah persoalan-persoalan utama yang dihadapi lelaki dan perempuan di dunia ini.

* * *

Sehubungan dengan ini mari telusuri apa yang a.l dikemukakan oleh Kandida dalam ceramahnya:

Politik rezim Orba selama 32 tahun di bawah Jendral Suharto, telah menghancurkan peranan gerakan perempuan Indonesia sebaga bagian dari perjuangan seluruh bangsa Indonesia, untuk kemerdekaan nasional, kemakmuran dan keadilan, serta hak sama antara perempuan dan priya di Indonesia. Orba telah meredusir peranan perempuan Indonesia, sebagai “ibu-rumah tangga”, semata-mata sebagai “pedamping” suami belaka, yang harus diabdinya . Namun, kebijakan dan politik rezim Orba yang utama terhadap gerakan perempuan Indonesia, ialah, dengan cara menghancurkan organisasi perempuan Indonesia yang terbesar dan tersebar di seluruh Indonesia , --- GERWANI, Gerakan Wanita Indonesia. Melalui kampanye kebohongan luar biasa, rezim Orba mendeskreditkan sera memfitnah Gerwani habis-habisan. Sekaligus memusnahkan Gerwani secara fisik dengan pemenjaraan dan pembunuhan.

Dengan demikian kebijakan Orde Baru di Indonesia, dengan politik Taliban terhadap kaum perempuan di Pakistan, – – – secara hakiki tidak banyak berbeda. Kebijakan rezim Orba lebih menyeluruh dan tidak kurang kejam dan biadabnya terhadap kaum perempuan, terbanding politik dan kebijakan Taliban.

* * *

Kelompok teroris Taliban di Pakistan, di luar rencana dan kemauannya, sesungguhnya menjadi peneyebab dikenalnya Malala sebagai pejuang untuk hak-sama menerima pendidikan bagi kaum perempuan Pakistan.

Suatu hari, pada tangal 09 Oktober 2012, -- ketika anak-anak sekolah di Quetta, Pakistan dengan menumpang bus pulang dari sekolah mereka, -- Kelompok teroris Taliban di Pakistan itu, dengan cara kekerasan, demi mencapai cita-citanya, telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap Malala Yousufzai, seorang pelajar (ketika itu berumur 15th.) Namun, peluru teroris Taliban itu, ternyata “kontra-produktif”. Taliban bermimpi dengan cara kekerasan berkedok agama, akan bisa meredam kaum perempuan Pakisatan memperjuangkan hak-sama-derajat dengan priya di bidang pendidikan. Kaum perempuan di bawah kekuasan rezim Taliban dan dimana saja di dunia ini, memperlakukan perempuan di bawah derajat manusia.

* * *

Malala Yousafzai yang memperoleh kehormatan luar biasa, bicara di depan MU PBB tanggal 12 Juli y.l menjelaskan a.l sbb:

Kita menyadari pentingnya cahaya ketika melihat kegelapan. Kita sadar pentingnya bersuara ketika kita dibungkam. Begitu juga, di Swat, di utara Pakistan, kami sadar pentingnya pulpen dan buku, ketika kami melihat senjata api.

Ada yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar. Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan menakutkan mereka.
Itulah kenapa mereka menembak 14 murid  tak bersalah belum lama ini di Quetta. Itu kenapa mereka membunuh guru dan pekerja polio perempuan di Khyber Pakhtunkhwa. Itu kenapa mereka meledakkan sekolah setiap hari.
Karena mereka takut pada perubahan, takut pada kesetaraan, yang akan dibawa pendidikan ke dalam masyarakat kita. DemikianMalala.

* * *

Selanjutnya kata Malala:
Saya ingat ada seorang anak laki-laki di sekolah saya, yang ditanya jurnalis, "Kenapa Taliban sangat membenci pendidikan?"

Dia menjawab dengan sederhana. Sambil menunjuk bukunya, dia berkata, "Seorang Taliban tidak tahu apa isi buku ini. Mereka pikir Tuhan hanya mahluk kerdil konservatif yang akan mengirim perempuan ke neraka hanya karena mereka pergi ke sekolah." Demikian Malala.

Para teroris telah menyalahgunakan nama Islam dan warga Pashtun untuk kepentingan mereka sendiri.

* * *

Selanjutnya ditekankan Malala

Ingatlah satu hal, Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari ketika semua perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan,  yang telah bersuara untuk hak mereka. Ada ratusan aktivis HAM dan pejuang sosial yang tak hanya bicara untuk diri mereka tapi juga berjuang untuk mewujudkan perdamaian, pendidikan dan kesetaraan. Ada ribuan orang yang dibunuh teroris, dan jutaan orang cedera. Saya hanya salahsatu dari mereka. . . .

* * *

Mari camkan bersama kalimat-kalimat mutiara Malala Yousafzai, yang diucapkannnya pada penutup pidatonya yang bermutu dan menggugah di hadapan sidang MU PBB, 12 Juli 2013, sbb:

Kini tiba saatnya untuk meneriakkan tuntutan kita. Hari ini, kita menyerukan pada para pemimpin dunia, untuk mengubah kebijakan strategis mereka pada usaha mencapai perdamaian dan kesejahteraan.  

Kami menyerukan pada para pemimpin dunia, agar semua perjanjian damai harus melindungi hak perempuan dan anak. Perjanjian yang mengabaikan hak perempuan, tidak bisa diterima.
Kami menyerukan pada pemerintahan di seluruh dunia, untuk mengadakan pendidikan gratis dan wajib untuk semua anak tanpa kecuali.
Kami menyerukan pada pemerintahan di seluruh dunia, untuk terus berperang melawan terorisme dan kekerasan, serta melindungi anak dari kekejaman dan mara bahaya.

“Kami menyerukan pada negara-negara maju, untuk memperluas kesempatan pendidikan untuk anak perempuan di negara-negara berkembang.
Kami menyerukan pada  semua masyarakat dan komunitas, untuk bersikap toleran. Untuk menolak prasangka berdasarkan kasta, keyakinan, sekte, agama, warna kulit atau gender. Untuk memastikan ada kebebasan dan kesetaraan bagi perempuan, sehingga mereka bisa sukses.  

“Kita tidak akan bisa sukses bersama, kalau sebagian dari kita dibelenggu dan tak bisa maju.

Kami menyerukan pada perempuan di seluruh dunia, untuk berani. Untuk menyambut kekuatan di dalam diri mereka dan  menyadari potensi mereka sepenuhnya.

* * *

“Kami mau sekolah dan pendidikan untuk masa depan yang cerah bagi anak-anak.
Kita akan meneruskan perjalanan kita untuk mewujudkan perdamaian dan pendidikan. Tidak ada yang bisa menghentikan kita.
Kita akan terus bicara untuk hak-hak kita. Kita  akan mengubah keadaan dengan suara kita. Kita percaya pada kekuatan kata-kata kita. Kata-kata kita bisa mengubah dunia kalau kita semua bersama, bersatu untuk pendidikan.
Kalau kita mau mencapai cita-cita kita, mari kita mempersenjatai diri dengan pengetahuan, dan mari membuat perisai dari persatuan dan kebersamaan kita.

“Kita tidak boleh lupa bahwa jutaan orang hari ini  menderita akibat kemiskinan,   ketidakadilan dan ketidakpedulian.
Kita tidak boleh lupa, ada jutaan anak yang tak bisa bersekolah.
Kita tidak boleh lupa, saudara-saudara kita sedang menanti masa depan yang damai dan lebih baik.

“Jadi, marilah kita kobarkan perang global memberantas buta huruf, kemiskinan dan terorisme. Mari kita teriakkan tuntutan, mari kita gunakan buku dan pulpen kita, senjata kita yang paling utama.

Satu murid, satu guru, satu buku, satu pena, bisa mengubah dunia.
Pendidikan adalah satu-satunya solusi. Pendidikan harus diutamakan. Terimakasih.

(Sumber BBC)

* * *



No comments: