Sunday, February 14, 2010

HARAP PERHATIKAN PAK!!! -- SENTILAN

IBRAHIM ISA – Catatan Partikeliran
Senin, 18 Januari 2010
----------------------------------





“APAKAH ORANG TIONGHOA SUDAH KEHILANGAN PERCAYADIRI?”


Minggu kemarin, salju yang menutupi Holland dua pekan lebih, akhirnya tokh mulai mencair. Sebetulnya mulai Sabtu yl dimulai proses pelumeran. Tapi dari Jerman kuterima berita bahwa di situ mulai lagi turun salju lebat. Berita radio Belanda hari ini mengatakan bahwa Selasa besok akan turun lagi salju. Sungguh,musim dingin kali ini sulit diramal.


Duduk santai membaca cerpen Lu Xun benar-benar mengasyikkan. Asyik mengagumi kamampuan dan ketajaman Lu Xun sebagai penulis cerpen. Menggugah pembacanya berfikir, sekali lagi berfikir. Cerpen-cerpen Lu Xun selalu berlatar belakang dan mengenai apa yang terjadi di masyarakat Tiongkok. Selalu bersumber dan berpijak pada kenyataan riil. Langsung ataupun tidak.


Membacanya dewasa ini, fikiran pembaca dibawanya jauh ke masa lampau di Tiongkok . Ketika itu Tiongkok sudah tujuh tahun lamanya dikuasai rezim Kuomintang di bawah Jenderalisimo Chiang Kai Sek. Cerpen Lu Xun yang kubaca Mnggu kemarin berjudul:


“*Apakah Orang Tionghoa Sudah Kehilangan Percaya Diri?”.* <25 September 1934>


Karya tsb keluar 7 tahun setelah berlangsung 'Pembantaian Shanghai', 12 April 1927. Ketika Chiang Ka Sek memulai kampanye anti-Komunis, mengakhiri kerjasama, atau suatu front nasional KMT-PKT yang digalang oleh mantan pemimpin KMT, Dr Sun Yatsen. Lebih 300 Komunis dan simpatisannya dieksekusi. Lebih seribu ditangkap dan dipenjarakan. Limaribu lainnya “hilang” atau 'dihilangkan'.


Namun, Partai Komunis Tiongkok tidak tinggal diam. Mereka berlawan. Dengan senjata ditangan. Partai Komunis Tiongkok memimpin Pemberontakan Panen Musim Rontok di propinsi Hunan, 7 Desember 1927. Dan melanccarkan pemberontkan Guangzhou, 19 Desember 1927. Sebelumnya berlangsung Pemberontakan (Tentara Nasional di) Nanchang, pada tanggal 1 Agustus 1927.. Hari 1 Agustus 1927 tsb kemudian diresmikan menjadi lahirnya Tentera Pembebasan Rakyat Tiongkok TPRT dari Republik Rakyat Tiongkok ( 1 Oktober 1949). Pada tanggal 1 Agustus 1927 itu sebagian dari Tentara Nasional Tiongkok, di bawah pimpinan Zhou Enlai, Ho Lung, Zhu Teh, Yeh Ting dan Liu Bo Cheng dll, melalui pemberontakan tsb mendirikan tentara sendiri di bawah pimpinan PKT.Tujannya adalah melakukan perlawanan bersenjata melawan teror militer KMT dan demi meneruskan revolusi Tiongkok yang dimulai oleh Dr Sun Yatsen, sampai selesai.



Keunggulan militer KMT dan kesalahan taktis dan strategis Tentara Merah Tiongkok di bawah pimpinan PKT menyebabkan kekalahan daerah basis revolusioner Tiongkok di Jiangxi, dengan ibukota Ruijing. Mulai saat itulah, Oktober 1934, Tentara Merah Tiongkok memulai yang kemudian dikenal dunia dengan “LONG MARCH”. Jasanya wartawan Amerika, Edgar Snow, menulis buku otentik dan historis “Red Star Over China”, 1935., yang antara lain mengabarkan ke seluruh dunia tentang kekuatan Partai Komunis Tiongkok, Tentara Merah Tiongkok yang dipimpinnuya serta darah basis revolsioner di Shaanxi. Edgar Snow diselundupkan oleh organisasi rahasia PKT menyelinap ke daerah basis revolsuioner Tiongkok di Yenan, Shaanxi.



Patut menjadi catatan sejarah yang tidak boleh dilupakan: Partai Komunis Tiongkok memimpin Tentara Merah Tiongkok, mencetuskan revolusi tani di sepanjang perjalanan panjang menuju Yenan. Mereka melakukan “Long March” bukan semata-mata untuk menghindarkan diri dari kampanye pemusnahan militer KMT. Mereka melakukan “Long March” menuju Tiongkok Barat Laut, dengan maksud di tempat baru itu membangun kekuatan besenjata rakyat. Dengan tujuan melakukan perang perlawanan terhadap agresi militer Jepang terhadap Tiongkok. Mereka menawarkan kepada KMT suatu kerjasama, suatu front menghadapi agresi Jepang, membela tanahair Tiongkok. Mendemonstrasikan kepada seluruh rakyat Tiongkok, bahwa kaum Komunis Tiongkok meletakkan kepentingan di atas kepenting lainnya. Akhirnya . KMT yang kepala batu anti- Komunis itu, terpaksa setuju dengan front bersama dengan PKT menghadapi agresi Jepang dan membela tanah air. Jendral Chiang Kaisek terpaksa setuju, sesudah ia diculik dan dipaksa oleh jenderal-jendralnya sendiri untuk menerima tawaran PKT dan aktif melawan agresi Jepang dan membela tanah air.



Betapa bijaksana dan lapang dadanya serta benarnya politik front persatuan PKT. Walaupun mereka sudah babakbelur, hampir saja dimusnahkan oleh KMT. Begitu luar biasa penderitaan mereka, namun, tidak mengutamakan balas dendam, tetapi, berlapang dada menawarkan persatuan dengan KMT demi melawan Jepang.



* * *



“LONG MARCH” Tentara Merah Tiongkok dibahwa pimpinan PKT, merupakan sebuah epik dalam sejarah modern Tiongkok. Sebuah pengalaman sejarah. Peristiwa tsb merupakan manifestasi heroisme patriotik, keberanian dan pengorbanan dan kepahlawan kekuatan revolusioner Tiongkok. “Long Mrach” adalah sejarah kampanye dan kontra-kampanye militer yang tak ada taranya dalam sejarah modern Tiongkok. Ia juga merupakan serjarah heroisme dan kemenangan Partai Komnis Tiongkok. Banyak penulis sejarah yang menamakan dirinya 'peneliti', 'pengenal' ataupun 'pakar Tiongkok' kurang atau samasekali tidak mempedulikan fakta sejarah ini. Bahkan ada penulis asing 'pengenal Tiongkok', yang berusha merekaya fakta sejarah ini.

Kelanjutan dari politik front persatuan bersama dengan KMT melawan agresi Jepang telah menghasilkan suatu TIONGKOK yang BANGKIT DIDUNIA! Telah melahirkan TIONGKOK BARU, Republik Rakyat Tiongkok. Menjadilannya setara bahkan kemudian unggul di dunia iternasional.



Tulisan ini, bisa saja dirasa seperti 'ngalor-ngidul'! Tidak! Tidak 'ngalor ngidul'. Sedikit pembebebran fakta sejarah ini PERLU SEKALI. Untuk memberikan latar belakar sejarah dalam situasi Tiongkok yang bagaimana Lu Xun menulis karyanya APAKAH ORANG TIONGHOA SUDAH KEHILANGAN PERCAYA DIRI?

Lu Xun telah memberikan jawabannya sendiri terhadap pertanyaan tsb:

“Dalam menelaah keadaan rakyat Tiongkok, kita tidak usah tertipu oleh lapisan tipis menipu diri-sendiri, tetapi harus melihat otot-otot dan tulang-belakangnya. Apakah percaya diri itu ada atau tidak ada tak dapat dilihat dari tulisan-tulisan para cendekiawan dan menteri-menteri, untuk menemukannya kita harus mencarinya DIBAWAH TANAH.”



Kekuatan itu tak diragukan adalah kekuatan revolusioner bersenjata kaum Komunis dan pendukungnya, yang ketika dimulainya 'Long March” berjumlah plus minus 300.000 orang; tiba di Yenan, Shaanxi, hanya tinggal 10% dari kekuatan semula, hanya 30.000 orang saja. Namun, dengan modal kekuatan ini mereka membangun dan mengembangkan kekuatan baru yang mampu mengalahkan pendudukan Jepang, dan memenangkan Revolusi Demokrasi Baru Tiongkok.



Kiranya: Yang dimaksud Lu Xun DIBAWAH TANAH itu, adalah otot-otot, tulang-belakang percdaya diri yang ada pada kaum Komunis Tiongkok dan kekuatan revolusioner yang dipimpinnnya.



* * *



Marilah ikuti cerpen Lu Xun yang luarbiasa analitis dan tajam:



“*APAKAH ORANG TIONGHOA SUDAH KEHILANGAN PERCAYA DIRI“?*

*Oleh LU XUN*

Ditinjau dari tulisan-tulisan yang disiarkan, adalah suatu kenyataan bahwa dua tahun yang lalu kita terus saja menyombongkan diri mengenai “wilayah luas dan sumber-sumber kekayaan kita”. Juga adalah kenyataan bahwa tidak lama kemudian kita berhenti menyombongkan diri, tetapi menaruh harapan kita pada “Liga Bangsa-Bangsa”. Dan lagi-lagi adalah suatu kenyataan bahwa dewasa ini kita tidak lagi menyombongkan diri, juga tidak lagi melimpahkan kepercayaan kita pada “Liga Bangsa-Bangsa”, tetapi, kita telah beralih bersembahyang pada Tuhan-Tuhan serta menyembah Budha atau bergelimang dengan kenang-keangan nostaljik.



Begitulah, kita menemukan orang yang meratap-ratap: Orang-orang Tionghoa sudah kehilangan kepercayaan pada diri sendiri.



Bila kita cermati dari gejala sedikit ini saja, maka kita akan kehilangan kepercayaan pada diri kita sendiri. Bahkan andaikatapun kita punya kepercayaan atas diri sendiri mula-mula pada “wilayah” dan “sumber-sumber”, kemudian pada ”Liga Bangsa-Bangsa”, kita tidak lagi punya kepercayaan 'pada diri sendiri'. Bilamana itu bisa dihitung sebagai semacam “kepercayaan pada hal-hal lain”, tetapi inipun sudah lenyap sejak kita merasa kecewa terhadap”Liga Bangsa-Bangsa”.



Bila seseorang kehilangan kepercayaan pada hal-hal lain, maka ia menjadi ragu-ragu; tetapi akhirnya ia bisa memiliki kepercayaan hanya pada dirinya sendiri, dan ini merupakan jalan baru. Sayangnya ialah bahwa kita menjadi mistik. Kepercayaan pada “wilayah” dan pada “sumber-sumber” adalah sesuatu yang gamblang; “Liga Bangsa-Bangsa” lebih remang-remang, tetapi setidak-tidaknya tidak makan waktu lama untuk menyadari bahwa itu tak dapat dipercaya. Bilamana seseorang mulai sembahyang menghadap Tuhan-Tuhan atau menyembah Budha, hal ini begitu mistiknya sehingga ia tidak bisa cepat menyadari apakah hal itu baik atau tidak; oleh karena itu ia bingung dalam waktu lebih panjang

Dewasa ini orang-orang Tionghoa mengembangkan “penipuan diri sendiri”. Tetapi “menipu diri sendiri” juga bukan barang baru, hanya sekarang ini semakin lama semakin tampak dan meliputi semua hal. Tetapi di balik gaun ini masih ada orang-orang Tionghoa yang tidak kehilangan kepercayaannya pada diri sendiri.



Sejak purbakala kita memiliki orang-orang yang bekerja diam-diam, orang-orang yang gigih bekerja keras dengan risiko nyawa mereka, mereka itu berjuang untuk menyelamatkan orang lain, merka menantang maut untuk mencari kebenaran . . . Bahkan sejarah dinasti yang standarpun, yang itu adalah semata-mata catatan keluarga raja-raja, menteri-menteri dan jendral-jendral, tak dapat menyembunyikan kebesaran mereka (orang-orang yang tidak kehilangan kepercayaan pada diri sendiri tsb. I.I.): orang-orang tsb adalah tulang-punggung Tiongkok.



Bahkan sekarangpun banyak orang serupa itu. Mereka punya kepercyaan teguh dan tidak menipu diri sendiri. Bila seorang di garis depan gugur, yang lainnya di belakang maju kedepan dan meneruskan perjuangan. Hanyalah karena mereka diinjak-injak, di blackout dari pemberitaan, disembunyikan di kegelapan, sehingga kebanyakan orang tidak ada cara untuk mengenal mereka. Untuk mengatakan bahwa beberapa orang Tionghoa telah kehilangan kepercyaan pada diri mereka adalah benar, tetapi untuk mengatakan bahwa ini menyangkut seluruh nasion. Itu tidak lain tak bukan, adalah suatu penghinaan.



Dalam menelaah rakyat Tiongkok, kita tidak boleh tertipu oleh penutup yang menyembunyikan penipuan terhadap diri sendiri, teapi harus melihat otot-otot dan tulang-belakang. Apakah rasa percaya pada diri sendiri itu ada atau tidak, tidak bisa dilihat dari tulisan-tulisan para cendekiawan dan menteri-menteri -- untuk menemukannya kita harus mencarinya di bawah tanah.

25 September 1934. * * *

No comments: