Sunday, February 14, 2010

IBRAHIM ISA
Selasa, 19 Januari 2010
-----------------------

IN MEMORIAM A.S. MUNANDAR
< 02 Mei 1924 -- 18 Januari 2010>

A.S. Munandar, Bung Cip, sapaan akrabnya, --- kukenal beliau sudah sejak di Indonesia tahun enampuluhan. Sejak kenal pertama, tak bertemu lagi. Kudengar kemudian beliau menambah studinya di Jerman. Peristiwa G30S 1965, yang berlanjut dengan kampanye pembantaian masal 1965 menyebabkan A.S. Munandar terdampar di luar negeri. Sama seperti korban Orba lainnya, paspor A.S. Munandar dicabut oleh rezim Orba.

Sejak sama-sama menjadi 'orang yang terhalang pulang', kami sering bertemu. Berdomisili di negeri Belanda, kami sering melakukan kegiatan bersama. Demikianlah, persahabatan kami semakin erat dan aku semakin kenal A. S. Munandar.

A.S. Munandar adalah seorang pejuang demokrasi dan HAM. Ia yakin benar kebenaran dan keadilan cita-cita yang diperjuangkannya. Adalah keyakinannya bahwa realisasi cita-cita sosiaisme, sosialisme dengan ciri Indonesia-lah, yang akan membebaskan Indonesia dari penderitaan, kemiskinan dan ketidakadilan.

* * *

Mendengar berita duka meninggalnya A.S. Munandar, reaksi pertama, ialah, amat merasa sedih dan begitu merasa berat kehilangan seorang kawan seperjuangan. Seakan-akan otomatis, kuambil dari rak bukuku, buku kumpulan tulisan A.S.Munandar yang diluncurkan pada tanggal 02 Mei 2009, berjudul "KUMPULAN TULISAN -- Pendapat dan Pandangan" (1990-2009, bertepatan dengan hari ultahnya yang ke-85 (02 Mei 2009). Ketika itu sejumlah sahabat berkumpul bersama keluarga A.S,. Munandar memperingati hari ultah ke-85 beliau. Amat berkesan. Kuminta agar ia menulis sesuatu pada bukunya yang kumiliki itu. A.S. Munandar menulis sbb: "Untuk Bung Isa tercinta. Sama-sama senasib seperjuangan". Sungguh mengharukan. Amat mengesankan!

Isi buku itu, adalah salah satu kenang-kenangan dan warisan A.S. Munandar yang paling berharga bagiku. Amat berguna sebagai bahan pemikiran dan petimbangan dari seorang pejuang senior, bagi generasi muda penerus cita-cita perjuangan demi Indonesia Baru yang adil dan makmur.

Di bawah dimuat sambutan yang ku-ucapkan ketika memperingati Ultah Ke-85 A.S. Munandar, 02 Mei 2009 y.l.

Pada kesempatan ini atas nama serluruh keluarga kami, kusampaikan rasa belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga A.S.Munandar, putrinya Amik Asmiyati, suaminya Nikon, dan putra-putrinya, dan kepada seluruh keluarga besar A.S, Munandar. Semoga mereka tabah menghadapi musibah ini.

Semoga arwah A.S. Munandar diterima disisi Tuhan Y.M.E.

INNA LILLAHI WA INNA ILLAHI RAJIUN.

* * *

Sambutan pada Ultah Ke-85 Bung SUCIPTO *
Amsterdam, 02 Mei 2009.

Kawan-kawan dan hadirin yang budiman,

Terlebih dulu kepada Bung Cipto saya ucapkan SELAMAT BERULTAH KE-85! Juga kepada Ami sekeluarga, selamat dan bahagia. Memang, pada tempatnya pada hari ini, kita semua merasa bahagia.

Merasa bahagia bersama Bung Cipto sekeluarga, baik yang ada di sini dan di tanah air, dimanapun terdapat anggota keluarga Bung Cipto. Semua merasa bahagia karena salah seorang kawan kita, hari ini telah mencapai usia 85 tahun. Bersama-sama memperingatinya dan mengucapkan selamat kepada beliau.

* * *

Sungguh tak sederhana bagi seseorang untuk mencapai usia 85 tahun. Saya ingat kata-kata pemimpin revolusioner rakyat Vietnam, Presiden Ho Chi Minh. Pada usianya yang ke tujuhpuluh tahun, beliau menyatakan bahwa tidaklah mudah bagi seseorang untuk mencapai usia 70 tahun. Sedangkan Bung Cipto sekarang ini telah mencapai usia 85 tahun. Apalagi dalam usia setinggi itu, pada pokoknya masih sehat, penglihatan masih jelas dan pendengaran masih bagus. Jalan masih bisa sendiri dsb.

Tetapi yang terlebih heibat lagi, ialah bahwa dalam umur sekian lanjut itu, Bung Cipto, fikirannya masih jernih, maju, progresif dan REVOLUSIONER. Diatas segala-galanya beliau optimis dan semangatnya tetap tinggi, kepeduliannya terhadap tanah air dan bangsa tak pernah kurang dalam keadaan bagaimanapun. Senyumnya menarik dan menyenangkan!

* * *

Apa yang saya katakan ini sangat beralasan. Ada dasarnya! Sejak di tanahair mengenal beliau selagi masih Bung Cip bertanggungjawab sebagai prorektor Akademi Ilmu Politik dan Sosial Aliarcham, kemudian sama-sama di Timur, sama-sama di Barat, sama-sama di SAS, sama-sama di pelbagai forum tukar fikiran, kiranya tidak salah bila saya katakan bahwa, saya cukup mengenal Bung Cip. Sebagai kawan seperjuangan yang sulit dicari samanya. Sebagai seoang kawan yang selalu bersedia diajak bertukar fikiran. Kapan saja bersedia memberikan saran-saran ataupun kritik yang berterus terang dan amat bersahabat. Dikritik betapapun kerasnya, tetap ia dengarkan dengan senjum. Tidak marah!

Maka saya menganggap beliau ini sebagai abang saya. Tempat bertanya dan berkonsultasi. Sebagai abang yang mendorong saya berfikiran kritis dan menggugah untuk berfikir dan berfikir berulang kali mengenai sesuatu hal.

Apa yang saya katakan mengenai kejernihan fikiran beliau, sikap dan pandangan revolusioner dan optimis --- itu semua dapat kita tau bila membaca buku AS MUNANDAR, Kumpulan Tulisan, Pendapat dan pandangan (1990-2009), yang diluncurkan pada hari ini.

Membaca buku tsb yang isinya, sebagian terbesar telah kita ketahui semua pada saat ikut mendengar ceramah dan pandangannya dalam pelbagai forum diskusi. Ada satu lagi yang menonjol, yaitu sikap dan pandangannya yang INDEPENDEN. Semua yang diutarakannya itu, adalah pandangan dan hasil pemikirannya sendiri. Sesungguhnya bila saya ditanya, apa yang paling menonjol dari sikap Bung Cipto mengenai segala.

Bagi saya, yang menonjol dan baik diteladani ialah fikirannya yang INDEPENDEN. YANG BERDIKARI.


Cara berfikir beliau inilah yang merupakan inspirasi dan memberikan semangat optimisme revolusioner yang menjadi teladan bagi saya.

* * *

Masih banyak hal yang dapat dikemukakan disini mengenai Bung Cipto. Bung Cipto sebagai kawan, sebagai manusia dan sebagai cendekiawan. Ya sebagai cendekiawan.

Meskipun tak bertitel, fikiran dan pengetahuan Bung Cipto, sikapnya yang tidak tergesa-gesa dan sabar mencari fakta dan alasan serta argumentasi, bagi saya adalah sesuatu yang lebih unggul dari kebanyakan yang tamat perguruan tinggi formal.

Bagi saya, itulah yang terutama yang merupakan teladan.

* * *

No comments: