Saturday, November 10, 2012

*SUMARSONO Dan *Pertempuran Surabaya

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Selasa, 06 November 2012*

*------------------------*



*SUMARSONO Dan *

*Pertempuran Surabaya Membela Kemerdekaan 10 November 1945*



** * **


Dua tahun yang lalu, aku bertemu lagi dengan SUMARSONO, di Jakarta, di rumah putrinya. Banyak kawan lama dan baru yang hadir di rumah Panti ketika itu, dalam rangka memperingti Ultah ke-89 Sumarsono. Banyak kawan lama dan kawan baru berkumpul di situ. Beruntung kepadaku disampaikannya sebuah buku berjudul:


"*SUMARSONO, Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 Yang Dilupakan."*

**

** * **


Pertama kali kami berjumpa dan berkenalan ialah ketika Sumarsono atas undangan kawan-kawan Indonesia di Belanda, berkunjung ke negeri Belanda, bulan Oktober 2002.


Sembilan tahun kemudian kami bertemu lagi di Jakarta, . . . bicaranya, semangatnya SUMRSONO masih saja SUMARSONO, sang pejuang kemerdekaan Indonesia yang tangguh dan tidak pernah kendur dalam semangat dan jiwa ke-INDONESIANNYA.


Dalam Kata Pengantar, berjudul Soemarsono Yang Keluar Dari Misteri Sejarah, Stanley Adi Prasetyo (Wakil Ketua KomnasHAM, menulis a.l sbb:


"Figur Soemarsono bukan saja saksi penting, tapi dia adalah salah satu pelaku utama yang memainkan peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia., Sejak jaman Jepang ia sudah bergerak melakukan perlawanan bawah tanah, hal ini berlanjut sampai perang perlawanan rakyat Surabaya 1945. Bila kita menelusuri lebih jauh perjalanan hidup Soemarsono melalui dua bukunya yang telah terbit (Negara Madiun, dan Revolusi Agustus), kita akan menyimpulkan bahwa tokoh ini adalah tokoh penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini, terutama babak-babak perlawanan fisik di mana lebih merupakan era revolusi pemuda."


Pada akhir Pengantarnya Stanley menutup dengan kata-kata sbb:


" . . . Dalam beberapa kali pertemuan dengan Soemarsono, saya menangkap jawabannya bahwa ia ridha dengan semua pengorbanan yang telah dilakukannya. Ia tak pernah mengharap apa pun dari pemerintah yang sekarang. Yang jelas ia terus berharap agar nusa bangsa yang pernah dibelanya ini bsa terus semakin baik dan suatu saat nanti bisa membela dan melindungi rakyatnya". Deikian Stanley Adi Prasetyo.



* * *


Pejuang-pejuang arek Suroboyo yang berlawan di Surabaya pada hari-hari perang perlawanan melawan pendudukan tentara Inggris, umumnya kenal Sumarsono.

Ini umum diketahui di kalangan pejuang kemerdekaan.


*Tapi wartawan kawakan Rosihan Anwar, ketika masih hidup, atas dorongan motif yang ia sendiri mengetahuinya, --- memerlukan menulis bahwa ketika ia di Surabaya pada hari-hari itu IA TIDAK MENJUMPAI SUMARSONO. Maksud Rosihan menulis demikian itu, kiranya, hendak menimbulkan kesan bahwa Sumarsono ABSEN di Surabaya pada hari-hari gawat arek-arek Suroboyo berperang melawan tentara Inggris.*


Rosihan Anwar menulis di s.k. Pikiran Rakyat, 22 November 2006. a.l sbb . . . "Sebagai wartawan (s.k.) Merdeka yg meliput Kongres (Kongres Pemuda yang sedang berlangsung di Yogyakarta) , saya menyaksikan pemuda Sumarsono naik mimbar dan dari sana memerintahkan pemuda kepada delegasi dari Jawa Timur agar segera meninggalkan rapat dan kembali ke front Surabaya. Ruangan hening. Pemuda dari Jawa Timur berbaris keluar . Mereka lewat depan tempat say berada yakni di pentgas tonil. . . . .


Lanjut Rosihan Anwar:


"*Soemarsono Tak Ketemu*

Pengalaman yang menarik ialah selama tiga hari berada di Surabaya di tengah pertempuran sedang berkecamuk saya tidak pernah ketemu dengan Soemansono yang kelak tanggal 18 September 1948 tampil sebagai Gubernur Militer Pemerintah Musso dalam pemberontakan PKI di Madiun rupanya tidak kembali ke Surabaya, setelah di Yogya memerintahkan delegasi Jawa Timur meninggalkan Kongres Pemuda. . . .


Demikian Rosihan Anwar dalam Pikiran Rakyat, hendak menunjukkan bahwa Soemarsono tidak hadir dalam pertempuran besar Surabaya.


Dalam wawancara Sumarsono, pada tg 12 Nov. 2005 si Jakarta dan 4 Desember 2005 di Sidney (lewat tilpun), jadi jauh sebelum tulisan Rowsihan Anwar di Pikiran Rakyat, Harsutejo a.l menulis sbb:


"*Soemarsono Ada Dalam Pertempuran Surabaya November 1945.*

*. . . . *Menurut Soemarsono ia sampai di Jogya pada 09 November 1945 malam hari. . . . Mereka sampai di Surabaya pagi hari sebelum pemboman 10 November 1945. Adapun yang naik ke mimbar pada 10 November 1945 dan memerintahkan delegasi Jatim pulang ke front Surabaya ialah Sdr Mutalib sebagai wakil PRI dan wakil ketiua delegasi Jatim yang diketuai olej Sudisman.


"Dengan demikian saya tidak bermarkas di Pacarkeling, markas PRI, sebelumnya di Hotel Simpang. Tiap pagi saya keluar dari tempat terseburt bersama Bambang Kaslan dan Supardi sesuai dengan situasi pertempuran. Pihak Inggris memandang pertempuran dan penembakan yang dilakukannya secara membabi buta dari kapal terbang dan kapal laut itu sejak 10 November 1945 pagi sebagai hukuman atau punishment terhadapkita, karena tewasnya Jendral Malaby pada tanggal 30 Oktober 1945." ( dari buku SUMARSONO, Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 Yang Dilupakan, . . halaman 82)


* * *


Demikianlah kita saksikan betapa penulisan peristiwa sejarah bisa ditulis seperti apa adanya, --- dengan kesaksian pelakunya sendiri. Dan penulisan versi lainnya, seperti yang dilakukan oleh wartawan kawakan Rosihan Anwar, berkenaan dengan peranan SUMARSONO dalam pertempuran Surabaya yang bersejarah itu.


Bagi siapa saja yang ingin memperoleh penjelasan dan kesaksian otentik mengenai pertempuran melawan tentara pendudukan Inggris di Surabaya, buku yang disusun Harsutejo --


"*SUMARSONO, Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 Yang Dilupakan." -- * -- merupakan salah satu nara sumber yang berharga.


* * *



Isi buku *"SUMARSONO, Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 Yang Dilupakan", -- *terdiri dari 6 Bab dan 6 lampiran, a.l. mengemukakan masalah:


"Arti 10 November 1945";

"Masa Pendudukan Jepang";

"Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945";

"Insiden Bendera Di Suirabaya";

"Pendaratan Tentara Sekutu Sampai Tewasnya Jendral Malaby"; dan

"Pertempuran 10 November 1945".


* * *


No comments: