Sunday, August 3, 2014

BERDUKACITA Dng MENINGGALNYA PENYAIR LEKRA SABAR ANANTAGUNA

Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu Sore, 19 Juli 2014
------------------------------

BERDUKACITA Dng MENINGGALNYA PENYAIR LEKRA SABAR ANANTAGUNA

* * *

Penyair terkenal LEKRA, SABAR ANANTAGUNA, meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 18 Juli, 2014 y.l. Aku berkenalan dengan penyair LEKRA ini pada awal tahun 50-an abad lalu. Sajak-sajaknya selalu memancarkan optimisme dan memberikan semangat juang tak kunjung padam dalam perjuangan membela nasib rakyat INDONESIA.

Semoga arwahnya diterima Tuhan YME di sisi Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan tabah melalui masa-masa duka ini.

Membaca tulisan belasungkawa sahabatku SUAR SUROSO, perasaan duka dan kehilangan pada banyak sahabat Sabar Anantaguna sepenuhnya terwakili.

* * *

Ucapan BELASUNGKAWA SUAR SUROSO

Dengan sedih kami baca berita berpulangnya Kawan Sabar Anantaguna. Berkurang lagi seorang saksi hidup yang mengalami siksaan kediktatoran orba Suharto. Tanpa pengadilan, Bung Sabar diasingkan ke Pulau Buru, di penjarakan semenjak 1965 sampai 1978.

Bung Sabar yang lahir tahun 1929, adalah penyair, salah seorang pendiri
Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), bersama pelukis Soedjojono, Hendra Goenawan, Affandi, Njoto, Drs Soenardi. Kemudian dia menjabat sebagai sekretaris Pimpinan Pusat LEKRA. Semenjak muda remaja, telah giat di bidang jurnalistik, menjadi pemimpin redaksi Majalah Universitas, wakil pemimpin redaksi Majalah LEKRA, Zaman Baru, dan Lembaran Kebudayaan Harian Rakjat. Kegiatannya dalam gerakan mahasiswa menyebabkannya ditugaskan mewakili Indonesia pada Sekretariat Pimpinan International Union of Students (IUS) di Praha, menyusul Bung Busono Wiwoho, dan Ibnu Mustari.

Sekeluarnya dari penjara, Bung Sabar memimpin usaha penerbitan
Cipta Lestari dan menerbitkan kumpulan puisinya: Suara Dinding Penjara; Mengais Makna Di Beton Ibukota; Kecapi Terali Besi dan Pasair-Pasir Di Hati (Tragedi Anak-Anak Buruh Tani). Tahun 2010, Penerbit ULTIMUS menerbitkan kumpulan puisinya Puisi-Puisi Dari Penjara dengan Kata Pengantar Asep Sambodja dan Komentar Ringkas Asahan Aidit.

Perlu dicatat, dalam Kongres Nasional ke-VII (luar biasa) PKI, April 1962, Bung Sabar. menyampaikan pedato berjudul:
Jadikan Kebudayaan Senjata Perjuangan Di Tangan Rakyat.
Seruannya ini ternyata bermanfaat. Ini ditunjukkan oleh bergeloranya suara menyanyikan lagu ciptaan rakyat dengan klrik-lirik:
Salam Dua Jari, Untuk Demokrasi ! Salam Dua Jari, Jangan lupa Pilih Jokowi !!!

Bung Sabar Anantaguna sudah meninggalkan kita. Peninggalannya berupa seruan menjadikan kebudayaan senjata perjuangan di tangan rakyat adalah warisan yang bernilai tinggi.

Selamat jalan Bung Sabar, beristirahatlah dengan tenang di alam akhirat yang damai abadi !

Kepada segenap keluarga yang ditinggalkannya, diharapkan berlapang dada, melepas keberangkatan Bung Sabar ke alam baka, merobah duka nestapa ini menjadi kekuatan, dengan mewarisi keunggulannya selama ini !

Salam duka
Suar Suroso sekeluarga.
19 Juli 2014

* * *

No comments: