Kolom IBRAHIM ISA
Minggu Siang, 27 Juli, 2014------------------------------------
JOKOWI,
– – – - Dan POLITIK LUANEGERI INDONESIA
Seyogianya BEBAS DAN AKTIF Memanifestasikan “TRISAKTI”
Seyogianya BEBAS DAN AKTIF Memanifestasikan “TRISAKTI”
* * *
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
telah menyimpulkan, sebagai hasil pilpres 09 Juli, 2014, Jokowi
dan JK, masing-masing calpres dan calwapres, telah terpilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pemilihan Presiden RI ditandai
oleh kegiatan pemberlakuan hak-hak demokrasi serta kampanye
intensif dan paling meluas serta transparan. Di sepanjang
sejarah pemberlakuan demokrasi parlementer baru-baru ini, ---
telah berlangsung dengan aman, transparan dan damai. Syukur
alhamdulillah --- tidak terjadi konflik kekerasan maupun
huru-hara.
Tidak berkelebihan bila kita
dan juga dunia luar menganggap bahwa, di bandingkan dengan
sementara negeri lain yang merdeka setelah Perang Dunia II, --
Indonesia temasuk negeri yang sekarang ini sedang dengan mantap.
menempuh jalan pemberlakuan
demokrasi.
* * *
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, adalah kepala negara dan pemerintah yang
pertama yang menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi.
Tanpa mempedulikan sikap
calpres Prabowo yang menarik diri dari proses pilpres dan tidak
mengakui hasil pilpres 2014.
Menyusul ucapan selamat kepala
pemerintahan negeri-negeri lainnya. Termasuk Presiden AS, Barack
Obama.
Kemudian ucapan selamat Presiden
Republik Rakya Tiongkok, Xi Jinping.
Baik Obama maupun Xi Jinping,
menyatakan kegembiraannya dengan terpilihnya Jokowi sebagai
hasil pilpres Indonesia 2014.
Presiden
Obama
a.l. Menyatakan:
. . . “melalui pemilihan yang
bebas dan adil, rakyat Indonesia sekali lagi menyatakan
komitment mereka dengan demokrasi”. Obama lalu menegaskan
kembali hrapan AS untuk bekerjasama dengan Indonesia disegala
bidang.
* * *
Presiden
RRT,
Xi Jinping, dalam
kawatnya
menyatakan: ---
“Indonesia pasti akan mencapai keberhasilan yang baru
di atas jalan pembangunan negara dan kebangkitan bangsa di
bawah pimpinan Jokowi.”
Xi Jinping menunjukkan, Tiongkok
dan Indonesia tergolong negara besar berkembang, kedua negara
memiliki kepentingan bersama di bidang bilateral, regional dan
multi lapisan.
Pihak Tiongkok selalu
memprioritaskan Indonesia
dalam kebijakan luar negeri dan memandang Indonesia
sebagai mitra kerja sama yang kredibilitas.
“Kini,
hubungan antara kedua negara berada dalam masa terbaik dalam
sejarah, dan sama-sama menghadapi peluang perkembangan yang
belum ada sebelumnya. Xi
Jinping menyatakan bahwa dirinya bersedia bersama
Jokowi untuk terus mendorong perkembangan mendalam hubungan
kedua negara, menyejahterakan rakyat kedua negara, memberi
sumbangan yang lebih besar dalam mendorong perdamaian,
kestabilan dan perkembangan regional bahkan seluruh dunia.
Demikian Xi Jinping, Presiden
Republik Rakyat Tiongkok, yang dengan hangat dan tegas
menyatakan kegembiraan dan keyakinannya, di bawah Jokowi,
Indonesia akan mencapai sukses baru.
*
* *
Politik
Luar Negeri Yang Bebas Dan Aktif
Sejak Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, politik luarnegeri RI,
merupakan bentuk dan cara perjuangan dan saluran yang nomor dua
pentingnya, di samping mempertahankan perang kemerdekaan melawan
agresi kolonialisme Belanda. Prinsip dan program utama Republik
Indonesia ialah: --- Menghimpun sebanyak dan seluas mungkin
simpati dan kawan demi suksesnya perjuangn kemerdekaan
Indonesia.
Sikap Indonesia, dengan tegas
menolak berafiliasi dengan blok-blok militer yang
berkonfrontasi. dalam Perang Dingin yang sedang berkecamuk
seusai Perang Dunia II. Setelah berakhirnya kolonialisme Belanda
di Indonesia (kecuali di Irian Barat), politik luarnegeri RI
ini, yang merupakan pedoman dan strategi Indonesia dalam
hubungan internasionalnya --- telah dipakukan dalam 10
PRINSIP BANDUNG, sbb:
-
Menghormati hak-hak azasi manusia beserta tujuannya serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB..
-
Menghormati kedaulatan wilayah semua negara.
-
Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa besar atau kecil.
-
Tidak melakukan campur tangan dalam urusan-urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak
setiap negara untuk mempertahankan diri.
6. a. Tidak
mempergunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk
kepentingan khusus salah satu negara besar.
-
b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
-
Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara manapun.
-
Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai, seperti dengan perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau dengan cara damai lainnya menurut pihak-pihak yang bersangkuran, sesuai dengan Piagam PBB.
9. Mengajukan
kepentingan bersama dan kerjasama secara timbal balik.
10. Menghormati hukum
dan kewajiban-kewajiban internasional.
* * *
Roda sejarah berputar terus,
situasi berkembang maju, setelah Konferensi Asia-Afrika di
Bandung (1955) --- Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno,
bersama dengan India dan Yugoslavia merintis dan meletakkan
dasar dan menyelenggarakn Gerakan Non Blok.
“The Non-Aligned Movement
“(1960), Gerakan yang terutama terdiri dari negri-negri yang
mencapai kemerdekaannya setelah Perang Dunia II, mencakup lebih
banyak anggota bila dibandingkan dengan partisipan Konferensi
Bandung (1955). Dengan menolak berfihak ke salah satu blok yang
berkonfrontasi dalam Perang Dingin. Gerakan Non-Blok dengan kuat
mempertahankan kebebasan dan insiatif . Dengan demikian telah
memberikan sumbangan positif dalam usaha membela kedaulatan
nasional negeri-negeri yang baru merdeka dan usaha
mempertahankan perdamaian dunia.
* * *
Dengan bertolak dari
Prinsip-Prinsip Konferensi Bandung dan Gerakan Non Blok,
Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno dengan sukses
meniupkan ELAN baru dalam hubungan internasional. Elan “The New
Emerging Forces”. Khususnya dalam usaha negeri-negeri Dunia
Ketiga, menolak campur tangan, subversi dan agresi
imperilialisme.
Indonesia
telah pula dengan sukses mengembalikan Irian Barat, yang
ketika itu masih diduduki Belanda, kembali ke PANGKUAN IBU
PERTIWI.
* * *
Namun, kekuasaan rezim Orde
Baru, dibawah Presiden Suharto, telah mencampakkan politik bebas
aktif Indonesia, menjadikan negeri ini tergantung pada
negeri-negeri kapital-monopoli internasional, dan dalam
kehidupan internasional bangsa-bangsa, sepenuhnya berada di
bawah kontrol lembaga-lembaga internasional modal monopoli asing
dan imperialisme.
* * *
Perlu menarik pelajaran
sebaik-baiknya dari pengalaman sejarah pahit dan berdarah, bahwa
adalah di bawah rezim Orde Baru, hubungan persahabatan yang
tumbuh subur antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat
Tiongkok di bawah Presiden Sukarno --- telah dirusak samasekali.
Terbanting hingga pada titik terendah yang amat buruk. Hubungan
diplomatik kedua negri menjadi beku. Sebagai akibat dari politik
luarnegeri yang anti-Tiongkok (mengikuti strategi 'China
Contaiment' policy AS dan Barat), dan politik persekusi fisik
dan budaya, diskriminasi rasial anti-etnis-Tionghoa di dalam
negeri.
Tidak
pernah Indonesia menjalankan kombinasi politik luar dan dalam
negeri yang begitu berdarah dan biadab seperti politik rezim
Orde Baru terhadap warga etnis-Tionghoa di dalam negeri, dan
politik luarnegeri anti-Tiongkok.
* * *
Dalam suatu pertemuan dan
percakapan (2001) --- dengan mantan Menlu RI, mantan Dutabesar
Indonesia di PBB (periode Orde Baru), Ruslan Abdulgani,
mencoba meyakinkan saya bahwa bahaya yang paling besar yang
dihadapi Indonesia mendatang dan bagi Asia, . . . . adalah
yang datang dari TIONGKOK.
Pandangan politik ini, seratus
persen adalah politik luar dan dalam negeri rezim Orba, yang
anti Tiongkok dan anti-etnis Tionghoa. Sepenuhnya mencerminkan
kepentingan strategi besar AS dan Barat untuk MENGEKANG
TIONGKOK.
Hubungan diplomatik Indonesia –
Tiongkok telah digalang sejak berdirinya Republik Rakyat
Tiongkok, 1 Oktober 1949. Republik Indonesia adalah salah satu negeri
pertama yang mengakui REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK. Hal itu
terjadi beberapa bulan saja setelah berdirinya RRT. Sejak itu
Indonesia selalu menyokong RRT menduduki tempatnya yang sah di
PBB. Dan bukannya pemerintah Kuomintang di Taiwan.
Fakta ini menunjukkan betapa
Indonesia di bawah Presiden Sukarno menilai amat penting hubungn
bersahabat kedua negeri.
Dukungan
RRT terhadap kamanye Indonesia untuk membebaskan Irian Barat
adalah petunjuk lainnya, betapa sungguh-sungguh dan riil
hubungan persahabtan dan setiakawan RRI – RRT.
* * *
Republik Indonesisa telah
mencatat pengalaman sejarahnya sendiri mengenai hubungannya
dengan dunia luar, khususnya dengan Amerika Serikat dan RRT.
Dengan AS Indonesia mengalami betapa ngeri ini memberikan
bantuan keuangan dan militer pada pemberontakan separatis
PRRI/Semesta. Bagaimana AS memberikan bantuan militer dan
ekonomi bediri dan terkonsolidasinya rezim otoriter Orde Baru.
Republik Indonesia juga
mencatat hubungan bersahabat dan saling solider dengan Republik
Rakyat Tionngkok. Teristunewa dalam hal bantuan kongkrit militer
dari RRT kepada Republik Indonesia dalam perjuangan Indonesia
untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan kolonial Belanda.
* * *
Ke depan, --- di bawah
pemerintahan Presiden Jokowi yad, atas dasar pengalaman sejarah
ini – jalan yang seyogianya ditempuh Indonesia dalam politik
luar negerinya, ialah dengan lebih konsisten menjalankan politik
luarnegeri yang bebas dan aktif, atas dasar konsep visionair
“TRI SAKTI” – Kongkritnya atas dasar sepenuhnya berdaulat di
bidang politik. Dan bedikari di bidang ekonomi serta
berkepribadian di bidang budaya.
* * *
No comments:
Post a Comment