Friday, November 29, 2013

CAKAP-CAKAP SEKITAR KEMAL ATTATURK . . .

IBRAHIM ISA
Senin, 25 Nov. 2013
---------------------------

May Swan Dear . . . . ,

Menarik  mengiktui  cakap-cakap sekitar KEMAL ATTATURK . . .

Saya ikut dalam rombongan meninjau ke Turki yang disebut Bung Chalik . . . dan menuliskan kesan saya,
yang saya lampirkan di bawah ini:

*    *    *

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Sabtu, 02 Juni 2012*
*------------------- *


*MUNGKIN INDONESIA PERLU RENDAH HATI “BELAJAR”
DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!! --- < Bagian 2 >*


*Ismail, *warga Turki, yang pernah disebut namanya dalam tulisan
Pertama,“guide” kami selama perjalanan peninjauan ke Turki (23-31 Mei
2012), dalam nada berseloroh menyampaikan kepada kami:


“Ada *satu kekeliruan *yang dibuat oleh *Mutafa Kemal Attaturk
<1881-1938>*– (Attaturk artinya “BAPAK ( NASION TURKI”), yaitu
*menghapuskan p o l y g a m i*”. Kami yang mendengarkan di dalam
'touring car' pada hari kedua di Turki, setengah teriak, setengah
berseloroh menyambut dengan seruan : Haaaaaaa . . . . . . . ! Ini
terutama reaksi kami-kami yang priya. Yang perempuan tertawa lega dan
puas. Kiranya karena mereka merasa bahwa apa yang disebut Ismail,
sebagai “satu kekeliruan” yang dilakukan Mustafa Kemal Attaturk, itu
*justru adalah yang BENAR. *


Pembaca jangan salah tanggap! Seluruh rombongan Indonesia yang sedang
berkunjung ke Turki ketika itu, adalah sahabat-sahabatku, . . . .
satu-per-satu adalah orang baik-baik. Sahabat-sahabatku yang sudah
berkeluarga semua tak ada yang /berpolygami./Tak ada yang membenarkan
tindakan kawin lagi seperti yang dilakukan oleh misalnya *Abdullah
Gymnastiar*atau *Aa Gym, *seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan
penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di
Bandung. Dan sementara para petinggi Indonesia dewasa ini.


Sesungguhnya kaum priya rombongan ekskursi ke Turki ini , punya
pendirian sama dengan teman-teman wanita. Memang benarlah, -- kebijakan
yang diambil oleh Mustafa Kemal Attaturk, --- /*polygami harus
dihapuskan, memang semestinya dilarang*//. /Sahabat Turki kami, Ismail,
juga sependapat. Ismail beristri (satu saja) dan punya dua anak.
Kedua-duanya putri-putri. Kami sempat berkenalan dan berjabatan tangan
dengan “Bu” Ismail dan putri-putrinya. Ismail yang tak berpolygami ini
bersama seluruh keluarganya tampak bahagia!


* * *//


Menghapuskan dan melarang /polygami, /adalah salah satu kebijakan
fundamemtal yang dijalankan oleh Mustafa Kemal. Adalah salah satu dari
serentetan tindakan yang diambilnya dalam rangka *REFORMASI*di Turki.
Sekaligus juga merupakan manifestasi diakhirinya kebiasaan buruk
beristrikan lebih dari seorang, yang memperoleh legalitasnya dari ajaran
agama.


Mustafa Kemal pertama-tama menghapuskan kekuasaan Sultan dan para
petinggi agama dengan memaklumkan *PEMISAHAN ATANTARA AGAMA DAN NEGARA*.
Republik Turki Modern lahir pada tanggal 29 Oktober 1923, mengikuti
suksesnya perang kemerdekaan dan perlawanan di bawah pimpinan Mustafa
Kemal Attaturk. Republik Turki bukan lagi dipimpin oleh seorang Sultan
dari Kerajaan Ottoman yang sekaligus juga kepala agama. Turki telah
menjelma menjadi satu republik yang mengikuti prinsip dan aliran
demokrasi. Prisidennya dipilih rakyat. Pemerintah dibentuk atas dasar
perimbangan kekuatan parpol-parpol yang terwakili di parlemen yang juga
adalah hasil pemilihan.


Kebijakan Reformasi lainnya yang amat penting ialah menggantikan aksara
Arab yang selama lebihdari 700 tahun digunakan olehTurki, menjadi
*AKSARA LATIN*. Jelas, suatu tindakan untuk mengakhiri pengaruh budaya
Arab terhadap bangsa Turki, yang ikut masuk dan memberikan pengaruh
besar bersama dengan masuk dan meluasnya agama Islam. Sejak itu Turki
membangun BUDAYA PRIBADI TURKI yang modern.


Pendidikan sebagai salah satu pilar pembangunan budaya nasion, --
menjadi elemen penting dalam Reformasi Mustafa Kemal. Selama lima tahun
berlaku ketentuan wajib belajar. Dimulai dari anak yang berumur 7 tahun.
Saat ini di Turki terdapat 45.870 sekolah dasar, 4260 sekolah menengah
dan tinggi, 1900 sekolah kejuruan, dan 27 universitas dan perguruan
tinggi. Cukup besar hasil yang dicapai Reformasi Turki setelah Revolusi
Mustafa Kemal berhasil menumbangkan sistim feodal kerajaan Ottoman dan
mengusir kaum intervensionis kekuasaan asing.


* * *


Ketika berkunjung ke Masjid Biru Istanbul, di tengah-tengah masjid dalam
ruangan dalam agak kedepan sedikit, kami saksikan sebuah bangunan kecil
“air mancur”. Dijelaskan oleh Ismail, bahwa “air mancur” didalam masjid
itu dibangun sebagai /penghormatan untuk seorng perempuan Yahudi,
/pemilik dari persil, diatas mana masjid di bangun. Semula perempuan
Yahudi itu tidak setuju dibangunnya sebuah masjid di atas persil
miliknya itu. Ketika ia meninggal dan persil itu diserahkan (kemungkinan
oleh keluarganya) kepada Sultan. Sultan lalu membangun masjid di atas
persil itu, dengan membuatkan sebuah “air macur” di dalam masjid sebagai
tanda penghormatan kepada perempuan Yahudi tadi.


Aku fikir: Kok luar biasa sekali. Di dalam sebuah masjid tempat
beribadah ummat Islam, dibuatkan sebuah “air mancur” sebagai tanda
memberi penghargaan dan kenangan untuk perempuan Yahudi, yang ketika
hidup tak setuju dibangunnya sebuah mesjid di situ. Bukankah ini suatu
manifestasi toleransi bangsa Turki mengenai masalah hidup berdampingan
berbagai agama dan kepercayaan di Turki?


* * *


Kasus lain mengenai semangat toleransi bangsa Turki bersangkutan dengan
perbedaan agama, bisa disaksikan dalam kasus seperti berikut di bawah ini:


Berkunjunglah ke *Hagia Sofya *di kota Istanbul, sebuah musium umum. Di
dalamnya bisa disaksikan berbagai hiasan tembok dalam aksara Arab
berbunyi “Allah”, “Muhammad”, “Abubakar”, “Umar” dan “Ali”; empat orang
sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Lalu ada lukisan-lukisan, mozaik dan kaca
patri (glas in lood) besar-besar yang lebih besar dari gajah menghiasi
tembok-tembok musium. Yang menggambarkan “Yesus”, “Maria” dan apostel
lainnya. Maka tampaklah terpampang di situ hiasan-hiasan tembok musium
baik yang Islam maupun yang Kristen. Seperti hendak mencerminkan 'hidup
berdampingan' secara damai dan harmonis diantara dua religi besar yang
terdapat di Turki.


Ada ceriteranya di balik kenyataan ini. Seperti tercatat dalam sejarah
Turki, Musium Hagia Sofya, semula, berabad-abad yang lalu adalah sebuah
gereja yang penting di zaman kerajaan Byzantium dan ketika Istanbul
bernama Constantinopel. Kerajaan Byzantium yang Nasrani itu dikalahkan
dan tegaklah di situ Kerajaan Ottoman. Kerajaan ini kemudian menguasai
wilayah amat luas, mulai dari Aljazair, Lybia dan Mesir di Afrika Utara;
Hongaria, Serbia, Albania, Bulgaria, dam Moldavia di Eropah, serta
Mekkah dan Syria di sebelah Timur.


Alkisah gereja Helgia Sofya oleh penguasa Islam yang baru, -- diubah
menjadi sebah masjid. Mozaik dan lukisan serta hiasan dinding lainnya
yang mengisahkan Yesus, Maria dan apostel Nasrani lainnya diperintahkan
ditutup dengan papan. Sehingga hilanglah kesan bila orang masuk bahwa
tempat ibadah itu tadinya adalah sebuah gereja.


Namun, ketika Mustafa Kemal Attaturk menjadi Presiden Republik Turki
yang baru, masjid itu dijadikan sebuah Musium. Papan-papan yang menutupi
hiasan tokoh-tokoh agama Nasrani, dibuka sehingga suasana gereja muncul
lagi.


Kembali terbetik fikiran dalam benakku: Suatu semangat toleransi yang
sungguh bijak dari Presiden Republik Turki Modern ini.


* * *


Pada hari terakhir di Turki, kami berpesiar dengan kapal laut
disepanjang tepi kota Istanbul. Melewati suatu daerah di tepi pantai
yang berbukit, tampak daerah perumahan yang indah. Ismail, sahabat Turki
kami, menjelaskan: Didaerah yang tampak indah dari kapal itu, adalah
rumah-rumah orang-orang Albania yang beragama Kristen, orang-orang
Yahudi, dan orang-orang Muslim Turki yang merupakan mayoritas. Dengan
suara yang lebih dikeraskan, Ismail menegaskan bahwa penduduk di situ
yang memeluk masing-masing agama Islam, Yahudi dan Kristen hidup
berabad-abad lamanya dengan damai dan harmonis, tanpa ada gangguan
konflik religius apapun.


Bukan main! Fikirku lagi.

Betapa besar semangat toleransi orang-orang ini! Meski tidak seperti
bangsa kita: Punya semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKKA. Tokh dalam praktek
kehidupan mereka sehari-hari memberlakukan semangat TOLERANASI yang bisa
diteladani!

**


* * *




May Swan schreef op 25-11-2013 15:53:
Bung Chalik Hamid,
Koq hanya soal satu, dua, tiga empat itu saja yg menarik perhatian Anda.
Saya rasa idee dan pengaruh dari perjuangan Kamal Attaturk memisahkan agama dari institusi negara, mendirikan Turkey sbg negara secular, bahkan dijadikan model kenegaraan oleh Bung Karno ( seperti yg disebut oleh Burhan ) jauh lebih berarti bagi peradaban dunia dimana kita hidup hari ini.
Agar diketahui, buku "Kamal Attaturk" tulisan Dhabith Tarki Sabiq terjemahan dari bahasa Turkey milik Burhan yg kita bincangkan itu sama sekali tidak simpatik dengan apa yang dilakukan oleh Kamal Attaturk.
Apa kabar, Bung Chalik? Sehat walafiat saya doakan selalu.
May Swan  
 
2013/11/25 Chalik Hamid <chalik.hamid@yahoo.co.id>
Dua tahun yang lalu kami, serombongan orang Indonesia berkunjung ke Istambul (Turki). Kami berkunjung ke berbagai obyek dan kota. Orang-orang Turki merasa sangat bangga, karena mereka memiliki bapak bangsa: Qemal Attaturk. Pembimbing kami dalam perjalanan, seorang Turki mengatakan: satu-satunya kesalahan Qemal Attaturk ketika memimpin Turki, yalah melahirkan Uandang-undang yang menentukan seorang pria Turki hanya boleh beristeri satu. "Kalau undang-undang itu tidak ada, mungkin sekarang saya sudah punya isteri 2 atau 3 orang" - kata pembibing itu sambil ketawa.
Memang di Turki, sebuah negara yang berbasis Islam itu, seorang pria hanya boleh mengawini seorang wanita, tidak boleh berpoligami. Tentu ini merupakan hal yang luarbiasa, yang bertentangan dengan hukum Islam, dimana seorang pria boleh mengawini 4 wanita.
Salam: Chalik Hamid.


Pada Senin, 25 November 2013 8:53, Burhan A <mannros@hotmail.com> menulis:
Terima kasih Kiong Hoo atas pencerahannya. Rupanya kudos berasal dari bahasa Yunani. Yang pasti tentu bukan kudo dalam bahasa Minang, bukan ?
 
burhan
 
发自 Windows 邮件
 
发件人: Kiong Hoo Djie
发送时间: ‎2013‎年‎11‎月‎25‎日 ‎7‎:‎57
收件人: 'Burhan A', 'May Swan'
抄送: siauwmaylie@gmail.com, 'Tom Iljas', 'Chalik Hamid', 'Ibrahim Isa', 'Toton'
主题: RE: Kudo untuk Anda
 
Saya kira yang dimaksudkan kudos = admiration and respect.
Kalau saya akan senang diberi kudo = kuda ya dalam bahasa Minang ?
Saya sekarang dapat gelar dari teman2 tukang MC.
Yang lain2 sudah pensiun jadi MC.
Ya, saya heran. Kapan saya pernah jadi MC………
Coba terka, apa MC itu.
Ternyata bukan Ceremony master, tetapi tukang Momong Cucu……..
Salam,
Kiong Hoo
 
From: Burhan A [mailto:mannros@hotmail.com]
Sent: maandag 25 november 2013 7:34
To: May Swan
Cc: siauwmaylie@gmail.com; Tom Iljas; kh djie; Chalik Hamid; Ibrahim Isa; Toton
Subject: RE: Kudo untuk Anda
 
Halo May Swan
 
Terima kasih atas pendapat May Swan yang terus terang seperti yang diuraikan dalam email dibawah ini. Isinya saya paham sekali, tetapi subjeknya dengan kata "Kudo untuk Anda" saya tidak paham. Apakah salah ketik, mungkin seharusnya "Kado untuk Anda" ? 
 
Kemal Attaturk telah menginspirasi founding fathers Indonesia Sukarno-Hatta dalam menentukan dasar negara Republik Indonesia Pancasila, terutama dalam hal bagaimana menempatkan agama dalam konteks bernegara. Meskipun pengaruh tersebut tidak sebesar peran "San Min Zhu Yi" Dr. Sun Yat-sen, tetapi pandangan kemal Attaturk menempati posisi khusus mengenai hubungan agama dengan negara. 
 
Keyakinan ideologi tentu saja harus terus diperjuangkan. Tetapi apa yang dimaksud dengan ideologi itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan pengamatan dan pemahaman kita terhadap sejarah perjuangan panjang suatu bangsa. Apakah ideologi itu merupakan metode analisa sosial, ataukah sesuatu yang menentukan arah perjuangan ?
 
Salam hangat
Burhan
 

Baru selesai membaca buku "Kamal Attartuk" karya Dhabith Tarki Sabio, satu dari koleksi buku buku terdapat di kamar tidur apartment kalian berdua.
 
Isi buku sangat berlainan dari apa yg selama ini saya dengar mengenai Kamal Attartuk bapak pembangunan nasionalis dan penganut secularism Turki sangat dihormati rakyatnya. Saya sangat surprised. Bukan karena isinya; semua pemimpin dimana saja ada penggemar dan juga banyak yang mengutuk, banyak yang menjadi sosok contraversial . Ini biasa, apalagi sosok pimpinan yg telah berhasil merubah sistim agama sebuah negara. Saya surprised, juga bercampur gembira, tepatnya pleasantly surprised, pertama karena Anda memiliki buku ini. Maksud saya, agaknya Anda bersedia membuka/meluaskan pandangan, peduli dengan persepsi lain, termasuk pandangan contraversial. Kesediaan ini saya rasa tidak banyak terdapat diantara masyarakat pernah melalui hidupnya demi perjuangan ideologi yg diyakininya. Maka disini kudo untuk Anda.
 
Terimakasih,
May Swan.
 




No comments: