Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 27 Oktober 2013---------------------------------
Stichting
“DIAN” Menggelar ACARA
“Fitnah dan Pelecehan Seksual Wanita Indonesia”
*
* *
Pada hari Minggu kebiasaan umum orang-orang di
Belanda sukanya, pada “mbangkong”. Tidur sepuas-puasnya
mumpung sedang libur. Apalagi turun pula hujan
rintik-rintik,
Namun, Minggu kemarin itu, tidak kurang 76 hadirin
memenuhi ruangan sekolah “Schakel” di Diemen. Mengikuti
acara yang digelar atas undangan sebuah yayasan di Belanda
bernama Stichting DIAN. Mereka yang
a.l terdri dari beberapa mahasiswa, berdatangan dari
Amsterdam, Utrecht, Zeist, Leiden, Wageningen, dll. Dari
berbagai organisasi serta perhimpunan, a.l ada dari
Perhimpunan Persaudaraan, Yayasan BhinnekaTunggal Ika,
Yayasan Nusantara, PERDOI, dll. Juga hadir utusan dari
sebuah perhimpunan wanita Suriname di Amsterdam.
“Perdoi”, sebuah perhimpnan dokumntasi Indonesia di bawah
asuhan Sarmaji memeriahkan
pertemuan dengan menggelar pameran buku-buku Indonesia yang
bertalian erat dengan periode reformasi dan demokratisasi di
Indonesia. Bagi yang menaruh perhatian, msalnya untuk
keperluan studi dan riset bisa berkunjung di Perpustakaan
Perdoi, di Amsterdam.
Acara St Dian berlangsung lancar dan sukses di bawah
pimpinan Ketua St Dian, Farida Ishaya dan Sekretarisnya,
Aminah Idris.
Pada akhir acara dipertunjukkan sebuah film penting
berjudul Women & Generals.
* * *
Pembicara tunggal dalam acara
St. “Dian” Minggu kemarin, tanggal 27 Oktober 2013, adalah Prof.
Dr Saskia Wirenga. Waktu di Jakarta diadakan acara peluncuran
buku, setelah “lengser keprabonnya” Presiden Suharto, aku sempat
menjumpai dan berkenalan dengannya di Jakarta. Ketika itu,
Saskia sedang menjelaskan tentang buku barunya berjudul
“The sexual Politics In Indonesia (2002).
Buku Saskia Wieringa tsb
menjelaskan tentang gerakan untuk kemerdekaan dan sosialisme di
Indonesia. Serta saling hubungannya dengan gerakan untuk hak-hak
wanita di Indonesia. Periode yang disorot meliputi jangka waktu
awal abad keduapuluh sampai berlangsungnya rezim otoriter Orde
Baru Jendral Suharrto. Diangkat dalam analisisnya sebuah
organisasi massa wanita Indonesia terbesar di Indonesia periode
Presiden Sukarno, yaitu Gerwani.
Gerwani mengkombinasikan
tuntutan sama-hak untuk wanita Indonesia, seperti reform
terhadap undang-undang perkawinan dengan hak-hak politik kaum
wanita Indonesia. Melalui suatu kampanye fitnah dan pembohongan
yang tidak ada bandingnya, -- rezim Orde Baru secara biadab dan
kejam, menghancurkan organisasi wanita terbesar di Indonesia,
menangkap, memenjarakan dan membunuh kader-kader teras dan
anggota-anggortanya
* * *
Dalam pembicaraannya Saskia
Wieringa menekankan a.l : . . Dengan digulingkannya rezim Orde
Baru dan Indonesia memasuki periode reformasi dan demokratisasi,
. . . . bukan berarti bahwa masalah-masalah pelecehan
seksual terhadap wanita di Indonesia sudah berakhir. Kekuatan-kekuatan
protagonis feodalisme dan religius merupakan kendala besar
dalam perjuangan pembebasan wanita Indonesia.
Di belakang kekuatan feodal dan
religius dengan jelas dapat diungkap kekuatan militer
konservatif Indonesia yang berdiri di belakangnya. Sebagaimana
halnya kaum kolonialis Belanda dulu, menggunakan feodalisme dan
isu-isu religius untuk mengekang gerakan wanita Indonesia untuk
hak-sama dan hak politik mereka.
* * *
Prof.
Dr
Saskia Wirenga, juga a.l menulis
buku penting lainnya, berjudul “HET KROKODILLEN-GAT”. Artinya LUBANG BUAYA. Yang juga bisa dibeli pada
hari Minggu kemarin itu.
Buku novel berbahasa Belanda
“Het Krokodillen Gat” tsb adalah sebuah “thriller” politik yang
ditulis dengan latar belakang peristiwa 65. Ceritanya didasarkan
atas hasil penelitiannya pribadi atas kisah di belakang kejadian
genoside Indonesia.
* * *
No comments:
Post a Comment