Friday, November 15, 2013

TIONGKOK Kini – Sikap Indonesia . . . . . KEMITRAAN-STRATEGIS . . Apa itu?

Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 25 Oktober 2013
--------------------------------


TIONGKOK Kini – Sikap Indonesia . . . . .
KEMITRAAN-STRATEGIS . . Apa itu?

Ada baiknya mengikuti pelbagai komentar dan analisis di mancanegara mengenai TIONGKOK DEWASA INI. Terutama mengenai periode sejak dimulainya kebijakan politik dan ekonomi REFORM Dan KETERBUKAAN. Kebijakan reform dan keterbukaan adalah hakikat dan dasar konsepsi pembangunan sosialisme di Tiongkok. Mereka menamakannya, “SOSIALISME Dengan CIRI-CIRI TIONGKOK”.

Komentar dan analisis itu ada yang dilakukan oleh para “pakar dan peneliti”. Ada yang oleh kalangan ilmuwan. Ada yang dari lingkungan “jurnalis”, kalangan bisnis maupun para politikus. Titik tolaknya pun berbeda-beda. Ada yang dari segi mempelajari perkembangan konsep sosialisme sebagai suatu “isme”, suatu sistim sosial-politik.

Ada yang dari pandangan 'realis'. Mereka bertolak dari kenyataan: -- Betapapun Tiongkok itu hidup terus dan kekuatan ekonomi dan politiknya tumbuh dan berkembang terus, -- menurut arah yang mereka tentukan sendiri. Tinggal bagaimana orang luar menanggapinya. Akan bersikap berusaha menarik manfaatnya dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang punya dampak besar dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia .. . . Bertolak dari kepentingan negeri dan bangsa sendiri, menggalang hubungan internasional yang wajar dengan Tiongkok.

Atau, . . . hendak meneruskan pandangan politik warisan strategi dan taktik Perang Dingin fihak Barat. Meneruskan sikap dan pandangan yang merupakan varian dari “perang salib” dengan membawa panji-panji `Politik Mengekang Tiongkok” – “China Containment Policy”.

* * *

Maka, -- kiranya interesan dan baik menimba manfaatnya mengikuti sebuah diskusi di kalangan cendekiawan Belanda baru-baru ini.

Beberapa waktu yang lalu (08 Oktobr 2013), sebuah stasiun radio Belanda, bernama “BNR Nieuwsradio”, mementaskan sebuah diskusi dalam acara “De Nieuwe Wereld”, “Dunia Baru”. Dengan tema “Apa jadinya jika Tiongkok menjadi satu-satunya superpower?” Ambil bagian dalam diskusi tsb tiga orang tokoh yang dianggap “mengenal Tiongkok dari dalam”. Karena, mereka pernah beberapa tahun belajar dan bekerja di negeri itu.

Yang hadir dalam diskusi -- Orang pertama, adalah Pof Dr Jan Van der Putten. Dari tahun 1998 – 2003, Jan Van der Putten bekerja di Beijing sebagai wartawan s.k. Belanda, “de Volkskrant”. Juni y.l terbit bukunya “Tiongkok pemimpin dunia? Tiga skenario masa depan”. Bukunya menganalisis perkembangan Tiongkok dimasa depan ini.

Tokoh yang kedua adalah Frank Pieke. Ia gurubesar Studi Tiongkok Modern pada Universitas Leiden. Ia belajar bahasa Tionghoa di Institut Bahasa, dan belajar sejarah modern Tiongkok pada Universitas Beijing.

Yang ketiga, -- Bert van Dijk, profesinya adalah koresponden “Het Fiancieele Dagblad” dan “Het Vlaamse dagblad De Tijd”. Dalam tahun 2011 ia menulis buku berjudul Disepanjang Sungai Kuning, Krisis Air di Tiongkok.

* * *

Ketiga pakar Belanda tentang Tiongkok itu sepakat, bahwa, 25 tahun kedepan, Tiongkok tidak diragukan lagi akan merupakan negara terkuat di dunia ini. Terutama di bidang finans dan ekonomi. Dan secara militer tidak terkalahkan. Yang pasti diketahui, – menurut pendapat mereka --, bahwa, di masa depan ini Tiongkok akan menjadi kekuatan ekonomi yang paling dominan di dunia. Penting untuk mencatat bahwa para cendekiawan Belanda itu tidak menggambarkan bahwa Tiongkok akan menjadi sebuah superpower yang agresif dan dominan ataupun hegemonis seperti peranan AS sesudah Perang Dunia II.

Diskusi orang-orang Belanda yang dipandu oleh presentator “BNR Nieuwsradio”, tentang bagaimana Tiongkok di tahun 2038, dimaksudkan agar negeri Belanda, pemerintah dan kalangan bisnisnya, – – – memikirkan bagaimana Belanda menempatkan posisinya sebagai negeri Eropah yang punya hubungan dagang dan bisnis yang intensif dengan Tiongkok. Bagaimana seharusnya memanfaatkan kenyataan bahwa Tiongkok menjadi negara yang finans dan ekonominya yang terkuat di dunia.

Bert Van Dijk, misalnya mengatakan, seiring dengan bertambahnya kekuatan dan pengaruh Tiongkok di bidang finans dan ekonomi dunia, Tiongkok akan memainkan peranan lebih besar dalam diplomasi dunia, termasuk ambil bagian dalam menangani konflik internasional. Namun, tidak seperti Amerika, yang dalam kasus tsb cepat-cepat hendak menggunakan kekuatan militer, -- Tiongkok akan bersikap lebih menahan diri.

Prof Jan Van der Putten, yakin sekali bahwa dalam tahun 2038, Tiongkok akan menjadi negara yang terkuat ekonominya di dunia. Tetapi untuk itu, kata Van der Putten, Partai Komunis yang memerintah harus mengadakan reform yang drastis di bidang ekonomi. “Mereka ingin terus berkuasa -- dan untuk terus bisa berkuasa, mereka harus membikin rakyat puas, -- dan ekonominya harus tumbuh terus.”

Gurubesar Studi Sejarah Modern Tiongkok Universitas Leiden, Frank Pieke, menganalisis bahwa 25 tahun ke depan, Partai Komunis masih akan kokoh pada posisinya sebagai partai yang berkuasa. Tetapi, partai itu akan menjadi organisasi yang lain samasekali. “Partai itu akan lebih banyak perubahannya dan akan lebih terbuka untuk perdebatan. Baik di dalam maupun di luar partai. Proses ini sebenarnya sudah berjalan. Dan saya kira proses ini akan berlanjut terus”, demikian Frank Pieke.

Dikatakannya, Tiongkok harus lebih banyak menerima (kritik), jika mereka hendak hadir terus (sebagai partai yang berkuasa). “Bila situasi pengotoran alam sekitar, terus berlangsung seperti sekarang, maka itu akan berarti bunuh diri. Mereka tidak bisa terus begini. Pengotoran alam sekitar begitu luas. Bila partai ingin hidup terus, maka mereka harus menangani masalah ini secara mendasar”. Para cendekiawan itu menyatakan bahwa pemerintah Tiongkok memang memberikan perhatian besar pada masalah (mengatasi polusi alam sekitar) ini dan melakukan investasi besar-besaran.

Menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan politik reform dan keterbukaan, tampak bahwa Partai Komunis Tiongkok sangat luwes. Tidak terbayangkan, bahwa Partai Komunis Tiongkok punya keluwesan begitu besar dalam menghadapi setiap situasi. Demikian Frank Pieke.


* * *

Pandangan ke depan mengenai Tiongkok yang dikemukakan dalam diskusi oleh para pakar Belanda itu, sangat berbeda dengan apa yang pernah dinyatakan oleh Roeslan Abdoelgani, mantan Sekjen Deparlu kemudian Wakil Indonesia di PBB pada periode Orba.

Dalam salah satu percakapannya dengan aku di kantornya di Pejambon, Jakarta (Awal tahun 2000), Roeslan Abdoelgani menandaskan dengan nada serius , bahwa Indonesia harus waspada, karena “bahaya terbesar di Asia mendatang ini, adalah Tiongkok”.

Seorang kawan ketika kuceriterakan tentang pendapat Roeslan ini, mengatakan bahwa cara berfikir Roeslan Abdoelgani masih dikontaminasi oleh pandangan politik “China containment Policy”, “Politik Mengekang Tiongkok”, yang berasal dari periode “Perang Dingin”. Jadi, . . . . fikiran Roeslan Abdoelgani, menurut kawan tsb, “mandek”, “beku”. . . . . dan lapuk.

* * *

Bagaimana Indonesia “menghadapi Tiongkok” kenyataan seperti sekarng ini: Tiongkok semakin lama semakin kuat dan semakin besar di bidang finans dan ekonomi dunia. Juga aktif terlibat dalam perkembangan ekonomi dunia yang mengglobal dewasa ini?

* * *

Indonesia adalah sustu negeri kepulauan terbesar di Asia dan di dunia (17.508 pulau-pulau). Tiongkok adalah negeri daratan terbesar di Asia. Indonesia berpenduduk 245 juta; Tiongkok 1,3 milyar. Betapa pentingnya peranan Indonesia dan Tiongkok di Asia maupun di dunia. Dipandang dari segi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan di Asia dan dunia.

Tampaknya sudah menjadi sikap umum di kedua negeri – Indonesia dan Tiongkok , tentang pentingya Indonesia dan Tiongkok menjalin hubungan normal berdasarkan prinsip saling menghormati, saling mengerti, saling tidak campurtangan dalam urusan dalam negeri masing-masing dan saling menguntungkan. Ini adalah Prinsip Konferensi Bandung (1955), mengenai saling hubungan antara negeri-negeri. Sejarah mencatat bahwa Indonesia dengan Presiden Sukarno-nya, menjadi pemrakarsa dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Sedangkan PM Zhou Enlai, dari RRT, memainkan peranan bersejarah dalam memberikan sumbangan penting untuk suksesnya Konferensi Asia-Afrika tsb.

* * *

Menoleh ke sejarah hubungan dunia negeri -- sekali-kali tidak boleh dilupakan, bahwa, ada satu peristiwa dalam hubungan Indonesia-Tiongkok, yang perlu ditarik pelajaran. Selama periode Orde Baru, hubungan Indonesia dan Tiongkok “terganggu” -- “porak poranda” dan “beku”. Penyebabnya ialah, kebijakan Orde Baru yang dalam politik luarengerinya anti-Tiongkok dan ke dalam, mempersekusi serta mendiskrimnasi total warga Indonesia serta penduduk Indonesia asal etnis Tionghoa. Selama periode tsb rezim Orba melakukan politik rasis dan diskriminasi yang luar biasa biadabnya .

Orba melarang penggunaan bahasa Tionghoa, melarang penduduk Indonesia asal etnis Tionghoa merayakan Hari Raya Imlek dan kegiatan ibadah sehubungan dengan kepercayaannya, serta kebiasaan tradisionil budaya Tionghoa lainnya. Semua sekolah-sekolah dan penerbitan Tionghoa ditutup. Sampai-sampai dengan berbagai cara dan tekanan memaksa warga Indonesia untuk mengganti nama Tionghoanya dengan nama “asli-Indonesia”.

* * *

Juga tercatat dalam sejarah hubungan dua negeri, bahwa, sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, hubungan dua negeri, adalah wajar dan bersahabat. Suatu kenyatan ialah, hubungn dua negeri Indonesia dan Tiongkok, paling baik, sejak Republik Indonesia (termasuk) negeri yang pertama mengakui Republik Rakyat Tiongkok (hanya beberapa bulan saja setelah diproklakamasikannya Republik Rakyat Tiongkok).

Periode itu adalah ketika Presiden Sukarno menjabat Presiden Republik Indonesia. Begitu Jendral Suharto naik panggung kekuasaan mulailah pemburukan sampai pembekuan hubungan Indonesia – Tiongkok.

* * *

Telah Digalang Hubungn Kemitraan Strategis |Antara Indonesia Dan Tiongkok

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menekankan bahwa . .

Kedua negara memiliki target yang hampir sama dalam pembangunan masing-masing negara,memiliki kepentingan bersama yang luas dalam pemeliharaan kemakmuran dan kestabilan di kawasan ini, sekaligus memiliki suara yang sama dalam urusan internasional.”

Hubungan Tiongkok-Indonesia tidak hanya tercermin pada hubungan bilateral, tetapi juga di bidang urusan internasional dan regional. Kerja sama saling menguntungkan antara kedua negara telah membuahkan hasil bernas dan memiliki prospek yang cerah. Saat ini situasi internasional dan regional semakin kompleks dan berubah, sehingga peningkatan kerja sama strategis kedua negara telah menjadi pilihan wajar yang berpandangan jauh bagi kedua negara. Tiongkok memandang Indonesia sebagai sasaran prioritas diplomasinya untuk daerah di sekitar. Tiongkok bersedia meningkatkan kerja sama yang menyeluruh dengan Indonesia demi mewujudkan perkembangan bersama, menyejahterakan rakyat kedua negara, memelihara kestabilan dan kemakmuran jangka panjang di Asia, serta mendorong persatuan dan kerja sama negara-negara berkembang dalam rangka mendorong perdamaian dan pembangunan dunia.


* * *

Sikap pemerintah Indonesia mengenai hubungan kedua negeri kini dan perspektifnya, inti/sarinya adalah sebagai berikut:

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengingatkan, bahwa sejak 2005 dalam hubungan Indonesia-Tiongkok telah digalang hubungan kemitraan strategis. Sejak itu hubugan dua negeri mengalami perkembangan pesat.

Kekuatan terpadu Tiongkok kian meningkat dan posisinya di dunia juga semakin meningkat. Perkembangan stabil Tiongkok berperan penting bagi kawasan ini maupun seluruh dunia. Indonesia memandang penting hubungan dengan Tiongkok, dan berharap meningkatkan kerja sama dengan Tiongkok dengan memanfaatkan peluang peningkatan hubungan kemitraan strategis komprehensif Indonesia dan Tiongkok. Demikian Presiden SBY.

* * *

Kepala kedua negara Tiongkok dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan kerja sama di semua bidang dan melakukan kerja sama dan pertukaran yang bertaraf lebih tinggi dan di panggung dunia yang lebih luas.
Kedua negeri bersepakat akan selalu berpegang teguh pada arah perkembangan hubungan kdua negara, saling mendukung dalam masalah yang menjadi fokus perhatian masing-masing, dan meningkatkan kepercayaan strategis guna meletakkan dasar yang kokoh bagi pemeliharaan stabilitas hubungan kedua negara dalam jangka panjang.

Meningatkan kerja sama di bidang pembangunan infrastruktur, manufaktur, pertanian, investasi dan pendanaan, bersama menciptakan titik pertumbuhan yang baru, dan berusaha mewujudkan target peningkatan volume perdagangan kedua negara menjadi US$ 80 miliar pada 2015. Mendukung perusahaan Tiongkok berpartisipasi dalam pembangunan enam koridor ekonomi dan pembangunan konektivitas Indonesia, dan mendukung pembangunan taman industri terpadu kedua negara. Meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang migas dan energi baru.

Mendukung pembangunan taman industri terpadu kedua negara. Meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang migas dan energi baru, dan membangun hubungan kemitraan kerja sama di bidang energi dalam jangka panjang. Meningkatkan kerja sama di bidang finansial dan fiskal, memperpanjang kontrak swap mata uang lokal bilateral dengan nilai totalnya tercatat 100 miliar RMB.

Meningkatkan kerja sama di laut, membentuk mekanisme kerja sama perikanan antar pemerintah, dan memulai perundingan tentang penangkapan ikan. Membentuk mekanisme kerja sama antariksa, yakni melakukan kerja sama di bidang pemantauan antariksa, peluncuran satelit dan aplikasinya.

Meningkatkan kordinasi dan komunikasi kedua negara melalui mekanisme seperti konsultasi pertahanan dan keamanan serta dialog antara angkatan laut kedua negara. Meningkatkan pemberantasan kejahatan transnasional dan terorisme serta kerja sama di bidang penanggulangan bencana alam.

Memperluas pertukaran kedua negara di bidang humaniora, mendukung pemuda, media, lembaga kecerdasan dan agama kedua negara untuk melakukan kontak, meningkatkan kerja sama pariwisata, dan melalukan penelitian bersama tentang satwa liar. Tiongkok ingin membangun pusat kebudayaan Tiongkok di Jakarta dan membuka konsulat jenderal di Bali. Tiongkok mengusulkan kedua negara melakukan kunjungan timbal balik pemuda dalam bentuk delegasi seratus orang. Tiongkok mengundang tetua Islam Indonesia untuk berkunjung ke Tiongkok.

Kedua negara meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam masalah regional dan internasional guna mendorong perkembangan kemitraan strategis Tiongkok-ASEAN.

* * *

Dalam kunjungannya ke Indonesia, 02 Oktober, 2013, Presiden RRT Xi Jinping, menyatakan dalam wawancara khusus dengan s.k. `The Jakarta Post`, antara lain sbb:

Tiongkok telah menjalankan politik luarnegeri mengembangkan persahabatan dan kemitraan dengan tetangga-tetangganya, hal mana telah memberikan sumbangan penting terhadap stabilitas dan kemakmuran Asia. Di dunia dewasa ini globalisasi ekonomi dan integrasi ekonomi regional berkembang pesat dan Asia telah menjadi motor penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dunia.

Mempertahankan stabilitas dan perkembngan di Asia adalah sesuai dengan kepentingqn semua negeri Asia.

Rakyat Tiongkok berusaha untuk Merealiasi Impian Tiongkok mencapai pembaruan besar-bsaran nasion Tiongkok. Tujuan kami adalah menyelesaikan pembangunan masyarakat makmur yang moderat dalam segala bidang pada ulng tahun ke-100 Partai Komunis Tiongikok. Dan mengubah Tiongkok menjadi negeri sosialis yang makmur, kuat, demokratis, yang kebudayaannya maju dan harmonis pada saat Republik Rakyat Tiongkok mencapai ulang tahunnya yang ke-100.

Untuk mencapai tujuan ini, kami memerlukan lingkungan tetangga yang damai dan stabil. Bagi kami, menempuh jalan perkembangan damai adalah pilihan yang tak bisa ditawar, menuju ke terjaminnya kepentingan fundamental dan jangka-panjang nasion Tiongkok.

Demikian antara lain pernyataan penting Presiden RRT Xi Jinping menjelaskan rencana besar memodernisasi dan memakmurkan Tiongkok serta politik luarnegeri RRT.

* * *






No comments: