Kolom
IBRAHIM
          ISA
Jum'at, 25 Oktober 2013--------------------------------
KEMITRAAN-STRATEGIS
.
          . Apa itu?
Ada
baiknya
        mengikuti pelbagai komentar dan analisis di mancanegara mengenai
        TIONGKOK DEWASA INI. Terutama mengenai periode sejak dimulainya
        kebijakan politik dan ekonomi REFORM Dan KETERBUKAAN. Kebijakan
        reform dan keterbukaan adalah hakikat dan dasar konsepsi
        pembangunan sosialisme di Tiongkok. Mereka menamakannya, “SOSIALISME
          Dengan CIRI-CIRI TIONGKOK”.  
Komentar
dan
        analisis itu ada yang dilakukan oleh para “pakar dan peneliti”.
        Ada yang oleh kalangan ilmuwan. Ada yang dari lingkungan
        “jurnalis”, kalangan bisnis maupun para politikus. Titik
        tolaknya pun berbeda-beda. Ada yang dari segi mempelajari
        perkembangan konsep sosialisme sebagai suatu “isme”, suatu
        sistim sosial-politik.  
Ada
yang
        dari pandangan 'realis'. Mereka bertolak dari kenyataan: --
        Betapapun Tiongkok itu hidup terus dan kekuatan ekonomi dan
        politiknya tumbuh dan berkembang terus, -- menurut arah yang
        mereka tentukan sendiri. Tinggal bagaimana orang luar
        menanggapinya. Akan bersikap berusaha menarik manfaatnya dari
        perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang punya dampak
        besar dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia .. . .
        Bertolak dari kepentingan negeri dan bangsa sendiri, menggalang
        hubungan internasional yang wajar dengan Tiongkok.  
Atau,
.
        . . hendak meneruskan pandangan politik warisan strategi dan
        taktik Perang Dingin fihak Barat. Meneruskan sikap dan pandangan
        yang merupakan varian dari “perang salib” dengan membawa
        panji-panji `Politik Mengekang Tiongkok” – “China Containment
        Policy”.
*
        * *
Maka,
        -- kiranya interesan dan baik menimba manfaatnya mengikuti
        sebuah diskusi di kalangan cendekiawan Belanda baru-baru ini.
Beberapa
waktu
        yang lalu (08 Oktobr 2013), sebuah stasiun radio Belanda,
        bernama “BNR Nieuwsradio”, mementaskan sebuah diskusi dalam
        acara “De Nieuwe Wereld”, “Dunia Baru”. Dengan tema “Apa jadinya
        jika Tiongkok menjadi satu-satunya superpower?” Ambil bagian
        dalam diskusi tsb tiga orang tokoh yang dianggap “mengenal
        Tiongkok dari dalam”. Karena, mereka pernah beberapa tahun
        belajar dan bekerja di negeri itu.
Yang
hadir
        dalam diskusi -- Orang pertama, adalah Pof Dr Jan Van der
          Putten. Dari tahun 1998 – 2003, Jan Van der Putten bekerja
        di Beijing sebagai wartawan s.k. Belanda, “de Volkskrant”. Juni
        y.l terbit bukunya “Tiongkok pemimpin dunia? Tiga skenario
          masa depan”. Bukunya
          menganalisis perkembangan Tiongkok dimasa depan ini.
Tokoh yang kedua adalah Frank Pieke. Ia gurubesar Studi Tiongkok
          Modern pada Universitas Leiden. Ia belajar bahasa Tionghoa di
          Institut Bahasa, dan belajar sejarah modern Tiongkok pada
          Universitas Beijing.
Yang ketiga, -- Bert van Dijk, profesinya adalah koresponden “Het
          Fiancieele Dagblad” dan “Het Vlaamse dagblad De Tijd”. Dalam
          tahun 2011 ia menulis buku berjudul Disepanjang
          Sungai Kuning, Krisis Air di Tiongkok.  
*
          * *
Ketiga pakar Belanda tentang Tiongkok itu
        sepakat, bahwa, 25 tahun kedepan, Tiongkok tidak diragukan lagi
        akan merupakan negara terkuat di dunia ini. Terutama di bidang
        finans dan ekonomi. Dan secara militer tidak terkalahkan. Yang
        pasti diketahui, – menurut pendapat mereka --, bahwa, di masa
        depan ini Tiongkok akan menjadi kekuatan ekonomi yang paling
        dominan di dunia. Penting untuk mencatat bahwa para cendekiawan
        Belanda itu  tidak menggambarkan bahwa Tiongkok akan menjadi
          sebuah superpower yang agresif dan dominan ataupun hegemonis
          seperti peranan AS sesudah Perang Dunia II.  
Diskusi orang-orang Belanda yang dipandu
        oleh presentator “BNR Nieuwsradio”, tentang bagaimana Tiongkok
        di tahun 2038, dimaksudkan agar negeri Belanda, pemerintah dan
        kalangan bisnisnya, – – – memikirkan bagaimana Belanda
        menempatkan posisinya sebagai negeri Eropah yang punya hubungan
        dagang dan bisnis yang intensif dengan Tiongkok. Bagaimana
        seharusnya memanfaatkan kenyataan bahwa Tiongkok menjadi negara
        yang finans dan ekonominya yang terkuat di dunia.  
Bert Van Dijk, misalnya
        mengatakan, seiring dengan bertambahnya kekuatan dan pengaruh
        Tiongkok di bidang finans dan ekonomi dunia, Tiongkok akan
        memainkan peranan lebih besar dalam diplomasi dunia, termasuk
        ambil bagian dalam menangani konflik internasional. Namun, tidak
        seperti Amerika, yang dalam kasus tsb cepat-cepat hendak
        menggunakan kekuatan militer, -- Tiongkok akan bersikap lebih
        menahan diri.
Prof Jan Van der Putten, yakin
        sekali bahwa dalam tahun 2038, Tiongkok akan menjadi negara yang
        terkuat ekonominya di dunia. Tetapi untuk itu, kata Van der
        Putten, Partai Komunis yang memerintah harus mengadakan reform
        yang drastis di bidang ekonomi. “Mereka ingin terus berkuasa --
        dan untuk terus bisa berkuasa, mereka harus membikin rakyat
        puas, -- dan ekonominya harus tumbuh terus.”
Gurubesar Studi Sejarah Modern Tiongkok
        Universitas Leiden, Frank Pieke, menganalisis bahwa 25
        tahun ke depan, Partai Komunis masih akan kokoh pada posisinya
        sebagai partai yang berkuasa. Tetapi, partai itu akan menjadi
        organisasi yang lain samasekali. “Partai itu akan lebih banyak
        perubahannya dan akan lebih terbuka untuk perdebatan. Baik di
        dalam maupun di luar partai. Proses ini sebenarnya sudah
        berjalan. Dan saya kira proses ini akan berlanjut terus”,
        demikian Frank Pieke.
Dikatakannya, Tiongkok harus lebih banyak
        menerima (kritik), jika mereka hendak hadir terus (sebagai
        partai yang berkuasa). “Bila situasi pengotoran alam
          sekitar, terus berlangsung seperti sekarang, maka itu akan
          berarti bunuh diri. Mereka tidak bisa terus begini.
        Pengotoran alam sekitar begitu luas. Bila partai ingin hidup
        terus, maka mereka harus menangani masalah ini secara mendasar”.
        Para cendekiawan itu menyatakan bahwa pemerintah Tiongkok memang
        memberikan perhatian besar pada masalah (mengatasi polusi alam
        sekitar) ini dan melakukan investasi besar-besaran.  
Menghadapi masalah-masalah yang timbul
        dalam pelaksanaan politik reform dan keterbukaan, tampak bahwa
        Partai Komunis Tiongkok sangat luwes. Tidak terbayangkan, bahwa
        Partai Komunis Tiongkok punya keluwesan begitu besar dalam
        menghadapi setiap situasi. Demikian Frank Pieke.
*
            * *
Pandangan ke depan mengenai Tiongkok yang
        dikemukakan dalam diskusi oleh para pakar Belanda itu, sangat
        berbeda dengan apa yang pernah dinyatakan oleh Roeslan
        Abdoelgani, mantan Sekjen Deparlu kemudian Wakil Indonesia di
        PBB pada periode Orba.  
Dalam salah satu percakapannya dengan aku
        di kantornya di Pejambon, Jakarta (Awal tahun 2000), Roeslan
        Abdoelgani menandaskan dengan nada serius , bahwa Indonesia
          harus waspada, karena “bahaya terbesar di Asia mendatang ini,
          adalah Tiongkok”.  
Seorang kawan ketika kuceriterakan
        tentang pendapat Roeslan ini, mengatakan bahwa cara berfikir
        Roeslan Abdoelgani masih dikontaminasi oleh pandangan politik
        “China containment Policy”, “Politik Mengekang Tiongkok”, yang
        berasal dari periode “Perang Dingin”. Jadi, . . . . fikiran
        Roeslan Abdoelgani, menurut kawan tsb, “mandek”, “beku”. . . . .
        dan lapuk.
* * *
Bagaimana Indonesia “menghadapi Tiongkok”
        kenyataan seperti sekarng ini: Tiongkok semakin lama semakin
        kuat dan semakin besar di bidang finans dan ekonomi dunia. Juga
        aktif terlibat dalam perkembangan ekonomi dunia yang mengglobal
        dewasa ini?
* * *
Indonesia adalah sustu
        negeri kepulauan terbesar di Asia dan di dunia (17.508
        pulau-pulau). Tiongkok adalah negeri daratan terbesar di Asia.
        Indonesia berpenduduk 245 juta; Tiongkok 1,3 milyar. Betapa
        pentingnya peranan Indonesia dan Tiongkok di Asia maupun di
        dunia. Dipandang dari segi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan di
        Asia dan dunia.
Tampaknya sudah menjadi
        sikap umum di kedua negeri – Indonesia dan Tiongkok , tentang
        pentingya Indonesia dan Tiongkok menjalin hubungan normal
        berdasarkan prinsip saling menghormati, saling mengerti, saling
        tidak campurtangan dalam urusan dalam negeri masing-masing dan
        saling menguntungkan. Ini adalah Prinsip Konferensi Bandung
        (1955), mengenai saling hubungan antara negeri-negeri. Sejarah
        mencatat bahwa Indonesia dengan Presiden Sukarno-nya, menjadi
        pemrakarsa dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
        Sedangkan PM Zhou Enlai, dari RRT, memainkan peranan bersejarah
        dalam memberikan sumbangan penting untuk suksesnya Konferensi
        Asia-Afrika tsb.
* * *
Menoleh ke sejarah
        hubungan dunia negeri -- sekali-kali tidak boleh dilupakan,
        bahwa, ada satu peristiwa dalam hubungan Indonesia-Tiongkok,
        yang perlu ditarik pelajaran. Selama periode Orde Baru, hubungan
        Indonesia dan Tiongkok “terganggu” -- “porak poranda” dan
        “beku”. Penyebabnya ialah, kebijakan Orde Baru yang dalam
        politik luarengerinya anti-Tiongkok dan ke dalam, mempersekusi
        serta mendiskrimnasi total warga Indonesia serta penduduk
        Indonesia asal etnis Tionghoa. Selama periode tsb rezim Orba
        melakukan politik rasis dan diskriminasi yang luar biasa
        biadabnya .  
Orba melarang
        penggunaan bahasa Tionghoa, melarang penduduk Indonesia asal
        etnis Tionghoa merayakan Hari Raya Imlek dan kegiatan ibadah
        sehubungan dengan kepercayaannya, serta kebiasaan tradisionil
        budaya Tionghoa lainnya. Semua sekolah-sekolah dan penerbitan
        Tionghoa ditutup. Sampai-sampai dengan berbagai cara dan tekanan
        memaksa warga Indonesia untuk mengganti nama Tionghoanya dengan
        nama “asli-Indonesia”.  
* * *
Juga tercatat dalam
        sejarah hubungan dua negeri, bahwa, sejak berdirinya Republik
        Rakyat Tiongkok, hubungan dua negeri, adalah wajar dan
        bersahabat. Suatu kenyatan ialah, hubungn dua negeri Indonesia
        dan Tiongkok, paling baik, sejak Republik Indonesia (termasuk)
        negeri yang pertama mengakui Republik Rakyat Tiongkok (hanya
        beberapa bulan saja setelah diproklakamasikannya Republik Rakyat
        Tiongkok).  
Periode itu adalah
          ketika Presiden Sukarno menjabat Presiden Republik Indonesia.
        Begitu Jendral Suharto naik panggung kekuasaan
            mulailah pemburukan sampai pembekuan hubungan Indonesia –
            Tiongkok.
*
            * *
Telah Digalang
          Hubungn Kemitraan Strategis |Antara Indonesia Dan Tiongkok
Dalam kunjungannya ke
        Indonesia, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menekankan bahwa . . 
    
“Kedua negara memiliki target yang hampir sama
          dalam pembangunan masing-masing negara,memiliki kepentingan
          bersama yang luas dalam pemeliharaan kemakmuran dan kestabilan
          di kawasan ini, sekaligus memiliki suara yang sama dalam
          urusan internasional.”  
“Hubungan
        Tiongkok-Indonesia tidak hanya tercermin pada hubungan
        bilateral, tetapi juga di bidang urusan internasional dan
        regional. Kerja sama saling menguntungkan antara kedua negara
        telah membuahkan hasil bernas dan memiliki prospek yang cerah.
        Saat ini situasi internasional dan regional semakin kompleks dan
        berubah, sehingga peningkatan kerja sama strategis kedua negara
        telah menjadi pilihan wajar yang berpandangan jauh bagi kedua
        negara. Tiongkok memandang Indonesia sebagai sasaran prioritas
        diplomasinya untuk daerah di sekitar. Tiongkok bersedia
        meningkatkan kerja sama yang menyeluruh dengan Indonesia demi
        mewujudkan perkembangan bersama, menyejahterakan rakyat kedua
        negara, memelihara kestabilan dan kemakmuran jangka panjang di
        Asia, serta mendorong persatuan dan kerja sama negara-negara
        berkembang dalam rangka mendorong perdamaian dan pembangunan
        dunia.
* * *
Sikap pemerintah Indonesia mengenai hubungan kedua
          negeri kini dan perspektifnya, inti/sarinya adalah sebagai
          berikut:  
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengingatkan,
          bahwa sejak 2005 dalam hubungan Indonesia-Tiongkok telah
            digalang hubungan kemitraan strategis. Sejak itu hubugan dua
            negeri mengalami perkembangan pesat.  
Kekuatan terpadu Tiongkok kian meningkat dan
            posisinya di dunia juga semakin meningkat. Perkembangan
            stabil Tiongkok berperan penting bagi kawasan ini maupun
            seluruh dunia. Indonesia memandang penting hubungan dengan
            Tiongkok, dan berharap meningkatkan kerja sama dengan
            Tiongkok dengan memanfaatkan peluang peningkatan hubungan
            kemitraan strategis komprehensif Indonesia dan Tiongkok.
            Demikian Presiden SBY.
* * *
Kepala kedua negara
        Tiongkok dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan kerja sama di
        semua bidang dan melakukan kerja sama dan pertukaran yang
        bertaraf lebih tinggi dan di panggung dunia yang lebih luas.
Kedua negeri bersepakat akan
        selalu berpegang teguh pada arah perkembangan hubungan kdua
        negara, saling mendukung dalam masalah yang menjadi fokus
        perhatian masing-masing, dan meningkatkan kepercayaan strategis
        guna meletakkan dasar yang kokoh bagi pemeliharaan stabilitas
        hubungan kedua negara dalam jangka panjang.
Meningatkan
        kerja sama di bidang pembangunan infrastruktur, manufaktur,
        pertanian, investasi dan pendanaan, bersama menciptakan titik
        pertumbuhan yang baru, dan berusaha mewujudkan target
          peningkatan volume perdagangan kedua negara menjadi US$ 80
          miliar pada 2015. Mendukung perusahaan Tiongkok
        berpartisipasi dalam pembangunan enam koridor ekonomi dan
        pembangunan konektivitas Indonesia, dan mendukung pembangunan
        taman industri terpadu kedua negara. Meningkatkan kerja sama
        kedua negara di bidang migas dan energi baru.
Mendukung pembangunan
        taman industri terpadu kedua negara. Meningkatkan kerja sama
        kedua negara di bidang migas dan energi baru, dan membangun
        hubungan kemitraan kerja sama di bidang energi dalam jangka
        panjang. Meningkatkan kerja sama di bidang finansial dan
          fiskal, memperpanjang kontrak swap mata uang lokal bilateral
          dengan nilai totalnya tercatat 100 miliar RMB.
Meningkatkan
        kerja sama di laut, membentuk mekanisme kerja sama perikanan
        antar pemerintah, dan memulai perundingan tentang penangkapan
        ikan. Membentuk mekanisme kerja sama antariksa, yakni melakukan
        kerja sama di bidang pemantauan antariksa, peluncuran satelit
        dan aplikasinya.
Meningkatkan
        kordinasi dan komunikasi kedua negara melalui mekanisme seperti
        konsultasi pertahanan dan keamanan serta dialog antara angkatan
        laut kedua negara. Meningkatkan pemberantasan kejahatan
        transnasional dan terorisme serta kerja sama di bidang
        penanggulangan bencana alam.
Memperluas pertukaran kedua
        negara di bidang humaniora, mendukung pemuda, media, lembaga
        kecerdasan dan agama kedua negara untuk melakukan kontak,
        meningkatkan kerja sama pariwisata, dan melalukan penelitian
        bersama tentang satwa liar. Tiongkok ingin membangun pusat
        kebudayaan Tiongkok di Jakarta dan membuka konsulat jenderal di
        Bali. Tiongkok mengusulkan kedua negara melakukan kunjungan
        timbal balik pemuda dalam bentuk delegasi seratus orang.
        Tiongkok mengundang tetua Islam Indonesia untuk berkunjung ke
        Tiongkok.
Kedua negara
        meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam masalah regional
        dan internasional guna mendorong perkembangan kemitraan
        strategis Tiongkok-ASEAN.
* * *
Dalam kunjungannya ke
        Indonesia, 02 Oktober, 2013, Presiden RRT Xi Jinping,
        menyatakan dalam wawancara khusus dengan s.k. `The Jakarta
        Post`, antara lain sbb:  
“ Tiongkok telah menjalankan politik luarnegeri
          mengembangkan persahabatan dan kemitraan dengan
          tetangga-tetangganya, hal mana telah memberikan sumbangan
          penting terhadap stabilitas dan kemakmuran Asia. Di dunia
          dewasa ini globalisasi ekonomi dan integrasi ekonomi regional
          berkembang pesat dan Asia telah menjadi motor penting sebagai
          pendorong pertumbuhan ekonomi dunia.
Mempertahankan stabilitas dan perkembngan di Asia
          adalah sesuai dengan kepentingqn semua negeri Asia.
Rakyat Tiongkok
        berusaha untuk Merealiasi Impian Tiongkok
        mencapai pembaruan besar-bsaran nasion Tiongkok. Tujuan kami
        adalah menyelesaikan pembangunan masyarakat makmur yang moderat
        dalam segala bidang pada ulng tahun ke-100 Partai Komunis
        Tiongikok. Dan mengubah Tiongkok menjadi negeri sosialis
          yang makmur, kuat, demokratis, yang kebudayaannya maju dan
          harmonis pada saat Republik Rakyat Tiongkok mencapai ulang
        tahunnya yang ke-100.
Untuk mencapai
          tujuan ini, kami memerlukan lingkungan tetangga yang damai dan
          stabil. Bagi kami, menempuh jalan perkembangan damai adalah
          pilihan yang tak bisa ditawar, menuju ke terjaminnya
          kepentingan fundamental dan jangka-panjang nasion Tiongkok. 
    
Demikian
antara
        lain pernyataan penting Presiden RRT Xi Jinping menjelaskan
        rencana besar memodernisasi dan memakmurkan Tiongkok serta
        politik luarnegeri RRT.
* * *
        
      

No comments:
Post a Comment