Friday, November 29, 2013

CISKA . . . JEJAK LANGKAH-JUANGMU MERUPAKAN TELADAN . . . . . .

Kolom IBRAHIM ISA 
Kemis, 21 November 2013
----------------------------------

CISKA . . . JEJAK LANGKAH-JUANGMU MERUPAKAN TELADAN . . . . . .


* * *



Hari ini, Kemis, 21 November, 2013, sekitar 200 orang sahabat dan kenalan Ciska Fanggidaej, bersama putri-putri, menantu dan cucunya berkumpul bersama di ruang pertemuan (gereja) Crematorium Daelwijk, Utrecht, dalam suatu upacara pepisahan dengan Francisca Fanggidaej.



Keluarga Ciska khusus datang ke Utrecht dari Indonesia untuk bersama-sama sembahyang agar arwah Ciska Fanggidaej diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. Diantara lagu-lagu perjuangan dan patriotik Indonesia, diperdengarkan juga Lagu INTERNASIONALE yang mengalun dan menggugah semangat juang!



* * *



Di bawah ini adalah pidato “perpisahan” Ibrahim Isa yang disampaikannya dalam kesempatan itu, sbb:

Yth. Para anggota keluarga Ciska Fanggidaej :
Saraswati, Nusa, Santri, Dyantini, Maya dan anggot-anggota keluarhga lainnya, . .

Para hadirin yang mulya, . . . . .

Adalah suatu kehormatan dan manifestasi keakraban luar biasa, untuk berdiri di sini atas permintaan keluarga Ciska, mengucapkan sepatah dua kata perpisahan dengan sahabat karib kawan seperjuangan; CISKA FANGGIDAEJ.

* * *

Sejak mula berkenalan dengan Ciska Fanggidaej pada awal tahun 1950 di Jakarta, saya berhadapan dengan seorang wanita, yang penuh fitalitas dan semangat juang yang berkobar-kobar untuk suatu cita-cita mulya yang dikhayatinya di sepanjang hidupnya: Indonesia Merdeka, Adil dan Makmur! . . . . . Pada wajah Ciska yang cerah-tangkas dan gembira itu . . . tidak sedikitpun tampak tanda-tanda atau bekas derita yang baru dialaminya. Padahal, ketika itu Ciska belum lama ditinggalkan oleh teman seperjuangan dan suami tercintga, anggota pimpinan Pesindo, Sukarno, yang gugur dalam perjuangan.

Inilah salah satu watak utama Ciska sebagai seorang manusia, sorang wanita pejuang Indonesia. Ia tak kenal menyerah, pantang mundur, dan selalu memandang kedepan dengan penuh optimisme revolusioner.

* * *

Belangrijk is niet alleen de weg die je gaat, maar ook het spoor dat je achterlaat. . . . Yang penting bukan hanya jalan yang kau tempuh, tetapi juga jejak yang kau tinggalkan`. Demikian bunji pendahulu surat duka yang dikrimkan mengenai kepergian Ciska. . .

Betapa benar kata pepatah yang baru saya kutip tadi: “Belangrijk is niet alleen de weg die je gaat, maar ook het spoor dat je achterlaat. . . .

Hari ini kita menyatakan berpisah dengan Ciska. . Namun sesungguhnya kita tidak bepisah, kita akan selalu mengenangnya sebagai sahabat, manusia biasa, tetapi pertama-tama dan terutama sebagai wanita Indonesia yang seluruh hidupnya diabdikan demi tanah air dan bangsa. Ciska adalah suri teladan bagi generasi muda yang bertekad meneruskan perjuangan.

* * *

Ketika menerima berita duka yang kukirmkan kepada sahabatku KoesalahToer , . . . ia, khusus mengirimkan catatannya padaku mengenai Ciska. Panjang lebar, tetapi kenangan istimewa mengenai Ciska, yang selalu dingatnya adalah sebagai berikut:

Ketika itu Indonesia sedang bergolak dan terlibat dalam perjuangan nasional (1957-1959) untuk membela kedaulatan Republik Indonesia -- melawan intervensi AS yang mempersenjatai pemberontakan separatis PRRI/Permesta. Indonesia secara sepihak membatalkan Persetujuan KMB yang tidak seter dengan Belanda. Dan perjuangan untuk membebaskan Irian Barat sedang meningkat dan semakin gawat dan genting.

Koesalah Toer yang kebetulan sedang beralih ke pekerjaan baru, pergi melamar untuk jadi penterjemah ke INPS, Indonesian National Press Survice. Ia diterima oleh Ciska Fanggidaej yang ketika itu menjabat sebagai salah seorang Managing Director.Tapi, karena diperlukan, tiba-tiba Koesalah ditugaskan oleh Ciska untuk meliput sebuah wawancara yg akan diberikan di sebuah Kedutaan di Jakarta. Meskipun Koesalah menolak karena tidak pernah menerima pendidikan sebagai jurnalis. Dengan tegas Ciska mengulangi penugasan kepada Koesalah . Sekembalinya dan membuat laporan wawancara, Ciska menegaskan : “Bagus, laporan Bung kita muat sebagai headline. Bung sekarang wartawan INPS”. Begitulah Ciska mengangkat Koesalah menjadi wartawan INPS, walaupun tidak pernah mengenyam pendidikan wartawan.

Demikianlah gaya memimpin Ciska sebagai Managing Director yang tangkas dan berani bertindak menurut keperluan lapangan dan situasi kongkrit. Inilah kenang-kenangan indah Koesalah mengenai Ciska, sebagai seorang pemimpin yang tangkas dan berani bertindak menurut keperluan situasi kongkrit perjuangan.

* * *

Kalau kita membuka halaman-halamn informasi di internet, misalnya Google.com, dengan mudah kita menemui artikel-artikel yang ditulis misalnya oleh Wikipedia atau IISG mengenai riwayat hidup Ciska Fanggidaej, beserta foto-fotonya. Yang mengisahkan riwayat hidupnya sebagai insan yang berjuang dan berjuang . . . demi Indonesia. IISG bahkan memuat 3 bagian dari interview Ciska. Jadi kita bisa mendengar suara Ciska dari situ.

Franciska C Fanggidaej adalah seorang kawan seperjuangan, wanita Indonesia yang jarang ada samanya. Ia patriot revolusioner yang konsisten. Kepergiannya merupakan kehilangan besar yang sulit ditemukan gantinya . . . Suatu kehilangan bagi bangsa dan tanah air, kehilangan seorang pejuang sejak mudanya sampai akhir hidupnya.

    * *

    Dalam suasana kesedihan, kita mengharapkan keluarga Ciska yang ditinggalkan tabah melalui masa duka ini.
    * * *

Kita merasa bangga bersama Ciska Fanggidaej, seorang pejuang tangguh, seperti yang dikatakan Bung Karno, dalam suatu revolusi yang . . . “ bukan sekadar mengusir Pemerintahan Belanda dari Indonesia. Revolusi kita menuju lebih jauh lagi daripada itu. Revolusi Indonesia menuju tiga kerangka yang sudah terkenal. Revolusi Indonesia menuju kepada Sosialisme! Revolusi Indonesia menuju kepada Dunia Baru tanpa ‘exploitation de l‘homme par l‘homme’ dan ‘exploitation de nation par nation’. (17 Agustus 1964).

* * *

Dalam periode perang kemerdekaan melawan Belanda, bersama suaminya Sukarno, Ciska adalah pejuang di lapangan. Sebagai seorang intelektuil, Ciska juga mahir berdiplomasi ketika dikirimkan ke Inggris kemudian ke Konferensi Pemuda di Calcuta (1948), membela Republik Indonesia di forum internasional. Ciska juga akitf membela hak-hak wanita Indonesia ketika hadir di Konferensi Wanita Asia-Afrika di Cairo, Mesir (1964). Ciska juga ambil bagian aktif dalam delegasi Indonesia ke Konferensi Perdamaian di Hesinki (1965), dan bersama rekan jurnalis Umar Said, mewakili jurnalis progresif Indonesia di pertemuan jurnalis internasional di Chili. Ciska juga ambil bagian dalam Sidang Luarbiasa Pengarang Asia-Afrika di Beijing (1967). Dan dalam Konferensi Solidaritas Rakyat-Rakyat Asia-Afrika-Amerika Latin (Havana, Cuba, 1966). /


Kehadirannya dalam Delegasi Indonesia di Havana
yang mengungkap persekusi di Indonesia ketika itu di bawah Jendral Suharto, dan seruan solidaritas di forum internasional bagi rakyat Indonesia, --- menyebabkan paspor Ciska, bersama anggota Delegasi Indonesia lainnya, dicabut oleh penguasa Jakarta.


* * *


Di negeri Belanda bersama Sucipto A Munandar, T.M. Siregar, Supangat dan Ibrahim Isa -- mendirikan sebuah yayasan, Stichtng Azië Studies, Informatie en Dokumentatie, di Amsterdam, sebagai wadah perjuangan di luar negeri melawan rezim Orde Baru Suharto. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatgan sosial dan politik yang dilakukan Ciska Fanggidaej. Terlalu banyak untuk membeberkannya di sini.


Satu hal yang menjadi ciri watak revolusioner dan konsisten Ciska ialah: Menghadapi pukulan yang betapapun besarnya dari fihak kaum rekasioner dan penguasa lalim, seperti ketika ia dijebloskan dalam penjara atas tuduhan terlibat dalam “Peristiwa Madiun”, maupun dalam situasi paspornya dicabut oleh rezim Orde Baru, sehingg menjadikannya “orang yang tidak bisa pulang”, Ciska tetap teguh dalam pendirian politiknya maupun dalam kegiatan aktuil dalam aksi-aksi maupun kegiatan lainnya demi cita-cita mulya yang dianutnya. Ciska bersemangat Optimisme revolusioner dan Pantang Mundur.


Terhadap sahabat ataupun kenalan biasa, bahkan yang berbeda besar dalam politik, Ciska selalu ramah, terbuka dan terus terang. Perbedaan pendapat tidak menyebabkan Ciska bermusuhan dengan siapa saja. Sebagai kawan seperjuangan Ciska selalu memberi semangat untuk meneruskan perjuangan, selalu ramah dan optimis.


* * *


Jalan hidup Ciska adalah teladan berharga bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda Indonesia, yang meneruskan perjuangan demi demokrasi, HAM, Keadilan dan Kebenaran.

Ciska . . . Istirahatlah dalam kedamaian!

Generasi Penerus Melanjutkan Perjuanganmuu!!


* * *














No comments: