Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 21 November 2013
----------------------------------
CISKA . . . JEJAK LANGKAH-JUANGMU MERUPAKAN TELADAN . . . . . .
* * *
Hari ini, Kemis, 21 November, 2013, sekitar 200 orang sahabat dan kenalan Ciska Fanggidaej, bersama putri-putri, menantu dan cucunya berkumpul bersama di ruang pertemuan (gereja) Crematorium Daelwijk, Utrecht, dalam suatu upacara pepisahan dengan Francisca Fanggidaej.
Keluarga Ciska khusus datang ke Utrecht dari Indonesia untuk bersama-sama sembahyang agar arwah Ciska Fanggidaej diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. Diantara lagu-lagu perjuangan dan patriotik Indonesia, diperdengarkan juga Lagu INTERNASIONALE yang mengalun dan menggugah semangat juang!
* * *
Di bawah ini adalah pidato “perpisahan” Ibrahim Isa yang disampaikannya dalam kesempatan itu, sbb:
CISKA . . . JEJAK LANGKAH-JUANGMU MERUPAKAN TELADAN . . . . . .
* * *
Hari ini, Kemis, 21 November, 2013, sekitar 200 orang sahabat dan kenalan Ciska Fanggidaej, bersama putri-putri, menantu dan cucunya berkumpul bersama di ruang pertemuan (gereja) Crematorium Daelwijk, Utrecht, dalam suatu upacara pepisahan dengan Francisca Fanggidaej.
Keluarga Ciska khusus datang ke Utrecht dari Indonesia untuk bersama-sama sembahyang agar arwah Ciska Fanggidaej diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. Diantara lagu-lagu perjuangan dan patriotik Indonesia, diperdengarkan juga Lagu INTERNASIONALE yang mengalun dan menggugah semangat juang!
* * *
Di bawah ini adalah pidato “perpisahan” Ibrahim Isa yang disampaikannya dalam kesempatan itu, sbb:
Yth.
Para
anggota keluarga Ciska Fanggidaej
:
Saraswati, Nusa, Santri, Dyantini, Maya
dan anggot-anggota keluarhga lainnya, .
.
Para
hadirin yang mulya, . . . . .
Adalah
suatu kehormatan dan manifestasi keakraban luar biasa, untuk
berdiri di sini atas permintaan keluarga Ciska, mengucapkan
sepatah
dua kata perpisahan dengan sahabat karib kawan seperjuangan; CISKA FANGGIDAEJ.
* * *
Sejak
mula berkenalan dengan Ciska Fanggidaej pada awal tahun 1950
di
Jakarta, saya berhadapan dengan seorang wanita, yang penuh
fitalitas
dan semangat juang yang berkobar-kobar untuk suatu cita-cita
mulya
yang dikhayatinya di sepanjang hidupnya:
Indonesia Merdeka, Adil dan Makmur!
. . . . . Pada wajah Ciska yang cerah-tangkas dan gembira itu
. . .
tidak sedikitpun tampak tanda-tanda atau bekas derita yang
baru
dialaminya. Padahal, ketika itu Ciska belum lama ditinggalkan
oleh
teman seperjuangan dan suami tercintga, anggota pimpinan
Pesindo,
Sukarno,
yang gugur dalam perjuangan.
Inilah
salah satu watak utama Ciska sebagai seorang manusia, sorang
wanita
pejuang Indonesia. Ia tak kenal menyerah, pantang mundur, dan
selalu
memandang kedepan dengan penuh optimisme revolusioner.
* * *
“Belangrijk
is niet alleen de weg die je gaat, maar
ook het spoor dat je achterlaat. . . . Yang
penting
bukan hanya jalan yang kau tempuh, tetapi juga jejak yang kau
tinggalkan`. Demikian
bunji
pendahulu surat duka yang dikrimkan mengenai kepergian Ciska.
. .
Betapa benar kata
pepatah
yang baru saya kutip tadi: “Belangrijk
is niet alleen de weg die je gaat, maar
ook het spoor dat je achterlaat. . . .
Hari
ini kita menyatakan berpisah dengan Ciska. . Namun
sesungguhnya kita
tidak bepisah, kita akan selalu mengenangnya sebagai sahabat,
manusia
biasa, tetapi pertama-tama dan terutama sebagai wanita
Indonesia yang seluruh hidupnya diabdikan demi tanah air dan
bangsa. Ciska adalah
suri teladan bagi generasi muda yang bertekad meneruskan
perjuangan.
* * *
Ketika
menerima berita duka yang kukirmkan kepada sahabatku
KoesalahToer ,
. . . ia, khusus mengirimkan catatannya padaku mengenai Ciska.
Panjang
lebar, tetapi kenangan
istimewa mengenai Ciska, yang selalu dingatnya adalah sebagai
berikut:
Ketika
itu Indonesia sedang bergolak dan terlibat dalam perjuangan
nasional (1957-1959) untuk membela kedaulatan Republik
Indonesia
-- melawan intervensi AS yang mempersenjatai pemberontakan
separatis
PRRI/Permesta. Indonesia secara sepihak membatalkan
Persetujuan KMB
yang tidak seter dengan Belanda. Dan perjuangan untuk
membebaskan
Irian Barat sedang meningkat dan semakin gawat dan genting.
Koesalah
Toer yang kebetulan sedang beralih ke pekerjaan baru, pergi
melamar
untuk jadi penterjemah ke INPS, Indonesian National Press
Survice. Ia
diterima oleh Ciska Fanggidaej yang ketika itu menjabat
sebagai salah
seorang Managing Director.Tapi, karena diperlukan, tiba-tiba
Koesalah
ditugaskan oleh Ciska untuk meliput sebuah wawancara yg akan
diberikan di sebuah Kedutaan di Jakarta. Meskipun Koesalah
menolak
karena tidak pernah menerima pendidikan sebagai jurnalis.
Dengan
tegas Ciska mengulangi penugasan kepada Koesalah .
Sekembalinya dan
membuat laporan wawancara, Ciska menegaskan : “Bagus, laporan
Bung
kita muat sebagai headline. Bung sekarang wartawan INPS”.
Begitulah
Ciska mengangkat Koesalah menjadi wartawan INPS, walaupun
tidak
pernah mengenyam pendidikan wartawan.
Demikianlah gaya
memimpin Ciska sebagai Managing Director yang tangkas dan
berani bertindak menurut keperluan lapangan dan situasi
kongkrit.
Inilah kenang-kenangan indah Koesalah mengenai Ciska, sebagai
seorang pemimpin yang tangkas dan berani bertindak menurut
keperluan
situasi kongkrit perjuangan.
* * *
Kalau
kita membuka halaman-halamn informasi di internet, misalnya
Google.com, dengan mudah kita menemui artikel-artikel yang
ditulis misalnya oleh Wikipedia atau IISG mengenai riwayat
hidup Ciska
Fanggidaej, beserta foto-fotonya. Yang mengisahkan riwayat
hidupnya
sebagai insan yang berjuang dan berjuang . . . demi Indonesia.
IISG
bahkan memuat 3 bagian dari interview Ciska. Jadi kita bisa
mendengar
suara Ciska dari situ.
Franciska
C Fanggidaej adalah seorang kawan seperjuangan, wanita
Indonesia yang
jarang ada samanya.
Ia patriot revolusioner yang konsisten. Kepergiannya
merupakan kehilangan besar yang sulit ditemukan gantinya . .
. Suatu kehilangan
bagi bangsa dan tanah air, kehilangan seorang pejuang sejak
mudanya
sampai akhir hidupnya.
* *
Dalam suasana kesedihan, kita mengharapkan keluarga Ciska yang ditinggalkan tabah melalui masa duka ini.
Dalam suasana kesedihan, kita mengharapkan keluarga Ciska yang ditinggalkan tabah melalui masa duka ini.
* * *
Kita
merasa bangga bersama Ciska Fanggidaej, seorang pejuang
tangguh,
seperti yang dikatakan Bung Karno, dalam suatu revolusi yang .
. .
“ bukan sekadar mengusir Pemerintahan Belanda dari
Indonesia.
Revolusi kita menuju lebih jauh lagi daripada itu. Revolusi
Indonesia
menuju tiga kerangka yang sudah terkenal. Revolusi Indonesia
menuju
kepada Sosialisme! Revolusi Indonesia menuju kepada Dunia
Baru tanpa
‘exploitation de l‘homme par l‘homme’ dan ‘exploitation de
nation par nation’. (17 Agustus 1964).
* * *
Dalam
periode
perang kemerdekaan melawan Belanda, bersama suaminya Sukarno,
Ciska adalah pejuang di lapangan. Sebagai seorang intelektuil,
Ciska
juga mahir berdiplomasi ketika dikirimkan ke Inggris kemudian
ke
Konferensi Pemuda di Calcuta (1948), membela Republik
Indonesia di
forum internasional. Ciska juga akitf membela hak-hak wanita
Indonesia ketika hadir di Konferensi Wanita Asia-Afrika di
Cairo,
Mesir (1964). Ciska juga ambil bagian aktif dalam delegasi
Indonesia
ke Konferensi Perdamaian di Hesinki (1965), dan bersama rekan
jurnalis Umar Said, mewakili jurnalis progresif Indonesia di
pertemuan jurnalis internasional di Chili. Ciska juga ambil
bagian
dalam Sidang Luarbiasa Pengarang Asia-Afrika di Beijing
(1967). Dan
dalam Konferensi Solidaritas Rakyat-Rakyat Asia-Afrika-Amerika
Latin
(Havana, Cuba, 1966). /
Kehadirannya dalam Delegasi Indonesia di Havana yang mengungkap persekusi di Indonesia ketika itu di bawah Jendral Suharto, dan seruan solidaritas di forum internasional bagi rakyat Indonesia, --- menyebabkan paspor Ciska, bersama anggota Delegasi Indonesia lainnya, dicabut oleh penguasa Jakarta.
* * *
Di negeri Belanda bersama Sucipto A Munandar, T.M. Siregar, Supangat dan Ibrahim Isa -- mendirikan sebuah yayasan, Stichtng Azië Studies, Informatie en Dokumentatie, di Amsterdam, sebagai wadah perjuangan di luar negeri melawan rezim Orde Baru Suharto. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatgan sosial dan politik yang dilakukan Ciska Fanggidaej. Terlalu banyak untuk membeberkannya di sini.
Satu hal yang menjadi ciri watak revolusioner dan konsisten Ciska ialah: Menghadapi pukulan yang betapapun besarnya dari fihak kaum rekasioner dan penguasa lalim, seperti ketika ia dijebloskan dalam penjara atas tuduhan terlibat dalam “Peristiwa Madiun”, maupun dalam situasi paspornya dicabut oleh rezim Orde Baru, sehingg menjadikannya “orang yang tidak bisa pulang”, Ciska tetap teguh dalam pendirian politiknya maupun dalam kegiatan aktuil dalam aksi-aksi maupun kegiatan lainnya demi cita-cita mulya yang dianutnya. Ciska bersemangat Optimisme revolusioner dan Pantang Mundur.
Terhadap sahabat ataupun kenalan biasa, bahkan yang berbeda besar dalam politik, Ciska selalu ramah, terbuka dan terus terang. Perbedaan pendapat tidak menyebabkan Ciska bermusuhan dengan siapa saja. Sebagai kawan seperjuangan Ciska selalu memberi semangat untuk meneruskan perjuangan, selalu ramah dan optimis.
* * *
Jalan hidup Ciska adalah teladan berharga bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda Indonesia, yang meneruskan perjuangan demi demokrasi, HAM, Keadilan dan Kebenaran.
Kehadirannya dalam Delegasi Indonesia di Havana yang mengungkap persekusi di Indonesia ketika itu di bawah Jendral Suharto, dan seruan solidaritas di forum internasional bagi rakyat Indonesia, --- menyebabkan paspor Ciska, bersama anggota Delegasi Indonesia lainnya, dicabut oleh penguasa Jakarta.
* * *
Di negeri Belanda bersama Sucipto A Munandar, T.M. Siregar, Supangat dan Ibrahim Isa -- mendirikan sebuah yayasan, Stichtng Azië Studies, Informatie en Dokumentatie, di Amsterdam, sebagai wadah perjuangan di luar negeri melawan rezim Orde Baru Suharto. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatgan sosial dan politik yang dilakukan Ciska Fanggidaej. Terlalu banyak untuk membeberkannya di sini.
Satu hal yang menjadi ciri watak revolusioner dan konsisten Ciska ialah: Menghadapi pukulan yang betapapun besarnya dari fihak kaum rekasioner dan penguasa lalim, seperti ketika ia dijebloskan dalam penjara atas tuduhan terlibat dalam “Peristiwa Madiun”, maupun dalam situasi paspornya dicabut oleh rezim Orde Baru, sehingg menjadikannya “orang yang tidak bisa pulang”, Ciska tetap teguh dalam pendirian politiknya maupun dalam kegiatan aktuil dalam aksi-aksi maupun kegiatan lainnya demi cita-cita mulya yang dianutnya. Ciska bersemangat Optimisme revolusioner dan Pantang Mundur.
Terhadap sahabat ataupun kenalan biasa, bahkan yang berbeda besar dalam politik, Ciska selalu ramah, terbuka dan terus terang. Perbedaan pendapat tidak menyebabkan Ciska bermusuhan dengan siapa saja. Sebagai kawan seperjuangan Ciska selalu memberi semangat untuk meneruskan perjuangan, selalu ramah dan optimis.
* * *
Jalan hidup Ciska adalah teladan berharga bagi kita semua, khususnya bagi generasi muda Indonesia, yang meneruskan perjuangan demi demokrasi, HAM, Keadilan dan Kebenaran.
Ciska
.
. . Istirahatlah dalam kedamaian!
Generasi
Penerus
Melanjutkan Perjuanganmuu!!
* * *
* * *
No comments:
Post a Comment