Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 21 Oktober 2013----------------------------------
SEBUAH
BUKU
          – – Oleh “Orang Dalam” . . . 
    
*
          * *
“In het Hol Van De
          Leeuw”, Mijn Verhaal over De Machtsstrijd Binnen “ ING”, J.
          Spelbos
“Di
          Dalam Sarang Singa. Ceritaku mengenai Konflik Kekuasaan di
          Intern
          ING”. 
    
*
          * *
Cerita
          kali ini mengenai buku yang baru kubeli: “In
          het Hol van de Leeuw. Mijn Verhaal over de Machtsstrijd
          binnen
          ING”,
          oleh Jurgen Spelbos. Indonesianya kira-kira: “Di
          Dalam Sarang Singa. Ceritaku mengenai Konflik Kekuasaan di
          Intern
          ING”. 
    
* * *
Seorang
          kawan akrabku, berbangsa Belanda, namanya Hans Beynon. Ia
          mantan
          jurnalis, dan penulis. Dalam tahun 1995 Hans Beynon
          menerbitkan
          bukunya “Verboden
voor
        Honden en Inlanders: Indonesiërs Vertellen over Hun Leven in
        de Koloniale Tijd” . Dalam bahasa Indonesia, kira-kira begini
        bunyinya: “Dilarang untuk Anjing dan Pribumi: Orang-orang
        Indonesia
        berceritera mengenai kehidupan mereka selama Masa Kolonial”.
        Hans
        Beynon banyak menulis tentang Indonesia.
Kini
Hans
        Beynon, sudah pensiun dan tinggal di tanahairnya Belanda. Namun,
        ia menunjukkan perhatian besar mengenai Indonesia, suatu negeri
        dimana ia lahir (Yogyakarta), bekerja dan tinggal lama. Dalam suratnya kepada saya baru-baru ini, Hans Beynon menegaskan bahwa Indonesia, adalah TANAH AIRNYA.  Ia pernah menjadi redaktur s.k berbahasa Belanda di
        Indonesia
        di zaman kolonial “Java Bode” (didirikan di Batavia, pada
        tanggal 11 Maret 1852 dan berhenti pada Maret 1952). 
    
Ketika
“Perhimpunan
        Persaudaraan Indonesia” mempertunjukkan filem
        mengenai Indonesia, dimana a.l ada cerita mengenai Jusuf Isak,
        Hans
        Beynon khusus datang ke pertemuan itu. Karena Jusuf Isak,
        pemimpin
        Penerbit “Hasta Mitra”, yang pernah bersama Goenawan Mohammad
        dapat Wertheim Award, adalah sahabat karib Hans Beynon. 
    
Aku
mulai
        tulisan ini dengan cerita tentang Hans Beynon. Agak khusus dan
        mungkin menarik untuk pembaca. Karena, antara kami ada hubungan
        persahabatan yang unik. Yaitu, secara reguler aku mengirimkannya
        berita-berita tentang perkembangan di Indonesia, yang kuanggap
        menarik dan penting baginya. Dalam bahasa Indonsia. Hans fasih
        berbahasa Indonesia. Ini kulakukan sebagai kongkritisasi dan
        konsolidasi hubungan persahabatan. 
    
Tidak
kusangka,
        . . . . sebagai tanda terima kasihnya, dari waktu-ke-waktu
        Hans Beynon mengirimkan “boekenbon” kepadaku. Dengan “boekenbon”
        itu aku bisa membeli buku yang kuinginkan. Demikianlah entah
        sudah
        berapa buah buku yang ada padaku berasal dari “boekenbon”
        pemberian Hans Beynon.
*
        * *
Beberapa
hari
        yang lalu aku jalan-jalan ke Toko Buku “Bruna” di
        Winkelcentrum Amsterdamse Poort. Ah, kebetulan kujumpai buku
        yang
        menarik. “In het Hol van de Leeuw. Mijn verhaal over de
        Machtsstrijd binnen ING”. Bank ING adalah bank terbesar, yang
        sahamnya sebagian besar ada di tangan pemerintah Belanda. Salah
        seorang komisarisnya dulu adalah Pengeran Claus, suami Sri Ratu
        Beatrix ketika itu.
Buku
        ini pada halaman-halaman pertamanya saja -- sudah menarik.
        Spelbos
        menulis sebagai kalimat awal: 
    
'Tempat
          dimana Anda berdiri, menentukan apa yang Anda lihat”.
Kutipan
        ini penting. Karena Spelbos menulis tentang “keadaan internnya”,
        tentang “isi perutnya” ING Bank. Dan Spelbos adalah “orang
        dalam” bank, yang ditulisnya itu. 
    
Jadi, . . . itulah arti penting
        dari kalimatnya “Tempat dimana Anda
        berdiri, menentukan apa yang Anda lihat”. Sejenak terlintas
        dalam
        fikiranku, akan adakah “orang dalam ”Century Bank” yang TIDAK
        “belépotan” dengan “pat-pat bulipat” di Century Bank,
        sekali tempo mau menulis. Berani mengungkap apa yang terjadi di
        belakang layar . . . .
* * *
Sejak
        tahun 2000 meletus suatu pergulatan besar di dalam intern ING
        Bank,
        mengeni arah yang bagaimana yang akan ditempuh. Siapa yang
          lebih
          penting: para nasabah ataukah para pemegang saham? . .
          . .
          . Pertumbuhan, pertumbuhan, pertumbuhan, arah ini yang semakin
          lama
          merupakan arah yang dominan. Dan arah ini tampaknya merugikan
          para
          nasabah. 
    
Di
        kalangan direksi terjadi pertentangn hebat. Masing-masing dari
        direksi mau menang sendiri. Organisasi bank menjadi kacau-belau.
        Dari
        hari ke sehari media mengungkap skandal yang terjadi dalam bank
        ING.
        Demikian seriusnya situasi bank yang disebabkan oleh
        konflik-intern
        tsb, -- sampai-sampai ada rencana untuk menjualnya kepada
        ABN/Amro
        Bank – seminggu sebelum ING Bank harus minta pinjaman negara
        sebanyak 32 triljun Euro untuk mencegah agar tidak tidak
        bangkrut.
* * *
Dalam
        salah satu skandal Jurgen Spelbos, memainkan peranan utama,
        sebagai
        direktur komunikasi ING Bank dari tahun 2000 sampai 2005. S.k. “
        De
        Telegraaf” pernah melukiskan Jurgen Spelbos sebagai direktur
        yang
        suka main-belakang, melakukan diskriminasi dan menggunakan
        ganja.
Cerita
        yang diturunkan oleh Jurgen Spelbos, menggambarkan bagaimana
        cara
        berfikir dan tindakan di kalangan pimpinan atas bank, yang
          nyaris
          menjerumuskan seluruh Nederland ke jurang kehancuran. 
    
Spelbos
        menganggap tiba waktunya untuk menurunkan ceritaya sendiri yang
        membongkar keadaan sesungguhnya. Dalam bukunya itu Jurgen
        Spelbos
        mengisahkan bagaimana ia terlibat dalam suatu “pertarungan untuk
        kekuasaan”, dan dirinya sendiri terjerumus dalam permainan yang
        mencemaskan. Demikian a.l penerbit sedikit memberikan gmbaran
        tentang
        buku Jurgen Spelbos.
* * *
Dalam
        kata pengantarnya Jurgen Spelbos menulis bahwa bukunya itu
        didasarkan
        pada peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi.
Cerita
        ini a.l telah saya fikirkan sejak saya keluar dari ING. Suatu
        kisah
        yang merupakan beban yang benar-benar telah menekan saya. 
    
Dengan
        menerbitkan buku ini saya ingin menunjukkan apa yang bisa
        terjadi.
        dalam suatu perusahaan besar. Apakah bertanggung-jawab bila ada
        orang-orang yang begitu besar kekuasaannya. Apakah tidak
        berbahaya
        bahwa keputusan-keputusan yang begitu besar tergantung pada
        fikiran
        seketika menurut maunya sendiri saja dari orang-orang yang
        terdiri
        dari darah dan daging, dengan segala kesalahan dan
        kekurangajaran,
        yang bisa dilakukannya? . . . Demikian a.l tulis Jurgen Spelbos.
Buku
        Spelbos terdiri dari Prolog dan 26 bab. Semuanya 351 halaman.
        Penerbit Spectrum, 2013.
* * *
Bisakah
kita
          berharap, bahwa . . . . sekali tempo, . . . . di Indonesia akan
          muncul pejabat top, yang adalah “orang dalam”, dari suatu bank
          besar seperti ING Bank, yang akan berani mengungkap segala
          sesuatu
          yang menyebabkan timbulnya -- masalah sekitar Bank Century?
* * *

No comments:
Post a Comment