Friday, November 15, 2013

SEKITAR DISKUSI ISLAM DAN MARXISME DI INDONESIA

Kolom IBRAHIM ISA
Selasa, 12 Nov 2013
-----------------------------
SEKITAR DISKUSI ISLAM DAN MARXISME DI INDONESIA



* * *



Pagi ini ketika kubuka FB, terbaca berita yang diluncurkan oleh Bonnie Triyana, pemimpin Majalah Historia. Pembaca diundang untuk ambil bagian dalam “Diskusi Islam dan Marxisme di Indonesia”, yang akan diadakan pada hari Rabu 11 Desember, 2013, di Komunitas Salihara, Jakarta.



* * *

Beikut ini berita yang disiarkan Bonnie Triyana di FB hari ini:
Hari Rabu, 11 Desember yang akan datang, saya dan Prof. Dawam Rahardjo akan berbicara dalam diskusi "Islam dan Marxisme" di Komunitas Salihara.

Dalam makalah (yang masih saya tulis ini) saya akan menyampaikan beberapa soal mengenai hubungan Islam dan Marxisme dalam sejarah di Indonesia, termasuk bagaimana bisa pemberontakan PKI 1926/27 justru terjadi di dua daerah yang sebagian besar warganya dikenal sebagai penganut Islam fanatik: Banten dan Silungkang (Sumatera Barat)

Di bawah ini pengumuman acaranya. Semoga bermanfaat

Diskusi



Islam dan Marxisme di Indonesia
Pembicara: Bonnie Triyana dan M. Dawam Rahardjo

Rabu, 11 Desember 2013, 19:00 WIB == Serambi Salihara


Terbuka untuk umum
Pendaftaran paling lambat 10 Desember 2013

Ada sangkaan yang sudah dianggap umum: Islam menolak Marxisme. Padahal, jika kita membaca kembali sejarah pergerakan nasional di Indonesia, kita akan menemukan tokoh-tokoh pergerakan yang berbasis keislaman sangat akrab dengan Marxisme. Islam dan Marxisme bahu-membahu, meski kelak berselisih jalan, melawan kolonialisme demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebutlah tokoh-tokoh seperti Haji Misbach dan Tan Malaka, juga gerakan pelajar dan kaum tani sangat dipengaruhi oleh ide-ide Marxisme di samping paham keislaman para penggeraknya.

Diskusi ini mencoba menelusuri kembali hubungan, dan tegangan, antara Islam dan Marxisme, baik di masa pergerakan nasional maupun dalam konteks Indonesia hari ini. Apakah benar Islam menolak Marxisme? Bagaimana sinergi di antara keduanya? Sejak kapan muncul sangkaan dan label Islam di Indonesia sangat anti-Marxisme? Apakah semata-mata karena tragedi politik 1965 yang mengorbankan PKI dan penganut Marxisme lainnya?

Diskusi Islam dan Marxisme di Indonesia menghadirkan pembicara Bonnie Triyana dan M. Dawam Rahardjo. Bonnie Triyana adalah sejarawan dan Pemimpin Redaksi majalah Historia, sementara M. Dawam Rahardjo adalah Rektor Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, dan Pemimpin Redaksi jurnal Ulumul Qur’an. Didukung oleh Hivos. Denikian siaran Bonnie.

* * *

Dalam perjuangan bangsa kita untuk mencapai kemerdekaan nasional, masalah yang terpenting ialah masalah membangun “PERSATUAN” semua kekuatan naional yang bercita-cita kemerdekaan bangsa. Di sini kita saksikan betapa Bung Karno dengan jenial menciptakan wadah ideologi poitik yang mempersatuakan bangsa, yaitu PANCASILA.

Dulu masalahnya adalah bagaimana mencapai kemerdekaan nasional. Sebagai pemimpin pergerakan perjuangan nasional untuk kemerdekaan melawan kolonialisme Belanda -- Bung Karno tidak jemu-jemunya menekankan, mensosialisasikan dan berjuang merealisasi persatuan bangsa sebagai syarat mutlak untuk mencapai cita-cita menegakkan suatu Indonesia yang adil dan makmur..

Aku teringat suatu percakapanku dengan sahabatku mendiang Jusuf Isak, Pemimpin Penerbit Hasta Mitra. Tanyaku: “Cup (sapaan akrab) . . apa masalah terpenting bangsa kita dewasa ini,”

Sukarnois yang setia pada ajaran Bung Karno itu, menjawab dengan amat tegas: “PERSATUAN, PERSATUAN, . . . SEKALI LAGI PERSATUAN BANGSA. . . . dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, Indonesia Merdeka menjadi kenyataan, -- karena berhasil merealisasi persatuan bangsa . . ..”Demikian Jusuf Isak.

* * *

Dewasa ini . . . demi merealisasi cita-cita Reformasi dan Demokrasi, demi tercapainya cita-cita Indonesia Raya yang adil dan makmur . . . syaratnya tetap adalah tergalangnya persatuan bangsa.

* * *

Dalam “Diskusi Islam dan Marxisme  di Indonesia”, akan bicara Bonnie Triyana dan Prof. Dawam Rahardjo. Ide ini, adalah prakarsa, semangat serta arah yang patut didukung serta  DIKEMBANGKAN!!

Kita ingat --- salah satu tulisan politik penting dan klasik warisan nasional adalah karya Bung Karno tentang NASIONALISME, ISLAM DAN MARXISME. Sejak awal kebangkitan nasional Indonesia, Bung Karno
adalah pemimpin nasional bangsa yang melihat dan menyadari, bahwa, untuk memenangkan tujuan cita-cita kemerdekaan nasional, -- kekuatan nasional yang harus dipersatukan adalah kekuatan politik berhaluan
nasional, Islam dan Marxisme.

Tidak kebetulan dalam sejarah Indonesia, salah satu front persatuan kekuatan nasional bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, ialah persekutuan SARIKAT ISLAM DAN PKI . . . .

Lahirnya kemudian ide NASAKOM adalah perkembangan politik yang wajar dan mendapat dukungan kuat Bung Karno dan PKI.

* * *
Tidak ada masalah yang lebih penting selain masalah “PERSATUAN” dalam perjuangan nasional bangsa. Dulu masalahnya adalah bagaimana mencapai kemerdekaan nasional. Sebagai pemimpin pergerakan perjuangan nasional untuk kemerdekaan melawan kolonialisme Belanda -- Bung Karno tidak jemu-jemunya menekankan, mensosialisasikan dan merelalisasi ide persatuan bangsa untuk mencapai cita-cita suatu Indonesia yang adil dan makmur..
Aku teringat suatu percakapanku dengan sahabatku mendiang Jusuf Isak, Pemimpin Penerbit Hast Mitra. Tanyaku: Cup (sapaan akrab) . . apa masalah terpenting bangsa kita dewasa ini, Sukarnois yang setia pada ajaran Bung Karno ini, menjawa: “PERSATUAN, PERSATUAN, . . . SEKALI LAGI PERSATUAN BANGSA. . . . Indonesia Merdeka menjadi kenyataan adalah karena adanya persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.”Demikian Jusuf Isak.
Dewasa ini . . . demi merealisasi ide Reformasi dan Demokrasi, demi tercapainya cita-cita Indonesia Raya yang adil dan makmur . . . syaratnya tetap adalah tergalangnya persatuan bangsa.
Tidak ada masalah yang lebih penting selain masalah “PERSATUAN” dalam perjuangan nasional bangsa. Dulu masalahnya adalah bagaimana mencapai kemerdekaan nasional. Sebagai pemimpin pergerakan perjuangan nasional untuk kemerdekaan melawan kolonialisme Belanda -- Bung Karno tidak jemu-jemunya menekankan, mensosialisasikan dan merelalisasi ide persatuan bangsa untuk mencapai cita-cita suatu Indonesia yang adil dan makmur..
Aku teringat suatu percakapanku dengan sahabatku mendiang Jusuf Isak, Pemimpin Penerbit Hast Mitra. Tanyaku: Cup (sapaan akrab) . . apa masalah terpenting bangsa kita dewasa ini, Sukarnois yang setia pada ajaran Bung Karno ini, menjawa: “PERSATUAN, PERSATUAN, . . . SEKALI LAGI PERSATUAN BANGSA. . . . Indonesia Merdeka menjadi kenyataan adalah karena adanya persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.”Demikian Jusuf Isak.
Dewasa ini . . . demi merealisasi ide Reformasi dan Demokrasi, demi tercapainya cita-cita Indonesia Raya yang adil dan makmur . . . syaratnya tetap adalah tergalangnya persatuan bangsa.




No comments: