Saturday, February 1, 2014

Menyambut Hangat Edisi Baru buku “REVOLUSI BELUM SELESAI”, Oleh Sukarno

Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 20 Januari 2014
------------------------------

Menyambut Hangat Edisi Baru buku “REVOLUSI BELUM SELESAI”, Oleh Sukarno

* * *

Hari ini, pemimpin Majalah Historia, historikus muda BONNIE TRIYANA, menyampaikan berita (di “Facebook”) a.l sbb:

Akhirnya terbit (lagi). Buku ini disusun oleh saya dan Budi Setiyono pertama kali pada 2002. Saat Megawati masih jadi presiden. Diluncurkan di Hotel Regent (kini Four Season), dengan pembicara kunci Nurcholis Madjid (yang saat itu digadang-gadang jadi presiden namun mundur karena jiper ditanya "gizi" oleh partai-partai).

Buku Revolusi Belum Selesai ini merupakan kumpulan pidato Presiden Sukarno sejak 30 September 1965 - Pelengkap Nawaksara, pidato pertanggungjawabannya sebagai presiden yang ditolak oleh MPRS pimpinan AH Nasution.

Setelah sebelumnya diterbitkan oleh Yayasan Mesiass, kemudian Penerbit Ombak di Yogyakarta, kini cetakan ketiga diterbitkan oleh Penerbit Serambi, Jakarta. Buku RBS ini diberi kata pengantar oleh sejarawan Asvi Warman Adam. Pada cetakan pertama terbit dalam dua jilid, dan sejak cetakan kedua dan ketiga menjadi satu jilid saja (tebal 558 halaman). Dalam buku ini termuat keresahan sekaligus kemarahan seorang Sukarno yang merasa ditipu (dalam istilahnya "dikentuti") oleh Soeharto dan kelompoknya. Sukarno juga mengungkapkan serta mengutuk pembantaian massal anggota dan simpatisan PKI di beberapa daerah di Jawa. Terima kasih kepada kru Penerbit Serambi yang telah bersusah payah mengerjakan naskah ini. Karena Bung Karno menggunakan lebih dari satu bahasa, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis dan bahkan Sangsakerta dalam beberapa pidatonya, kami dibantu oleh Pak Jaap Erkelens, mantan direktur KITLV untuk menerjemahkan bahasa Belanda dan Pak Asvi menerjemahkan bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat. Demikian “penyampaian” oleh Bonnie Triyana.

* * *

Buku “REVOLUSI BELUM SELESAI”, yang disusun oleh Bonnie Triyana dan Budi Setiyono, TERAMAT PENTING. Siapapun yang hendak “mengerti” Bung Karno, hendak memahami sejarah Indonesia , berrencana menulis atau membikin film tentang Sukarno, peranannya dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia sampai AKHIR KEPEMIMPINANNNYA, karena kudeta merangkak Jendral Suharto, – – – – MUTLAK harus membaca dan menstudi buku terakhir Sukarno ini.

Buku REVOLUSI BELUM SELESAI, memuat sikap dan pendirian Presiden Sukarno mengenai “G30S”, pemalsuan Supersemar oleh Jendral Suharto, tentang “Nasakom”, pertumpahan darah yang disebabkan oleh kampanye pembunuhan masal oleh fihak militer dan pendukungnya, – – serta penolakan Sukarno atas sejumlah perwira TNI yang masih setia pada Presiden, agar bertindak dengan kekerasan militer terhadap kudeta merangkak Jendral Suharto dkk,, karena beliau sampai akhir tidak mau terjadinya pertumpahan darah di kalangan bangsa sendiri.

* * *

Dalam kolom yang kutulis pada 09 September, 2011, berjudul BUNG KARNO SEKITAR “G30s”, Bg 3, dikemukakan a.l sbb:

Di bawah ini disiarkan bagian terakhir Kata Pengantar Dr Aswi untuk buku “REVOLUSI BELUM SELESAI”, kumpulan pidato-pidato Bung Karno sesudah Peristiwa “G30S”, — yang di “black out” oleh Jendral Suharto yang ketika itu sudah berkuasa di ibu kota.
Dr. Asvi Warman Adam:
BUNG KARNO KONSISTEN MENDUKUNG ”NASAKOM”
Kalau dilihat dari rangkaian pidato Bung Karno dari 1 Oktober 1965
sampai awal 1967 memang terlihat kekonsistenan sikapnya yang “mendukung Nasakom dan anti-nekolim”. . . .




Indonesia buatku adalah suatu totalitet”,ujar Bung Karno. Tetapi nadanya makin lemah. Bila akhir tahun 1965 ia marah dan mengatakan akan men-'donder' orang-orang yang tidak mendengar perintahnya, maka tahun 1966 dan 1967 ia tampak capek dan mulai putusasa. Tanggal 7 April 1966 pada pelantikan dan penyumpahan Menteri/Pangau Rusmin Nurjadin, Bung Karno mengatakan,



'I am still President, stll Supreme Commander of the Armed Forces”.'
. . .
. . . . Kekalahan sudah di depan mata. Sukarno merasa berdiri di atas bara api yang menyala-nyala. “Saudara tidak merasakan apa yang saya rasakan”.
. . .

Ketika melantik kebinet Ampera 28 Juli 1966 Bung Karno mengatakan bahwa Supersemar bukanlah penyerahan kekuasaan.



I repeat again it is not a transfer of power”.



KITA MAU MELARANG KOMUNISME, MELARANG SOSIALISME
SEBAGAI ISME, “MBOTEN SAGET”. Demikianlah a.l Kata Penganbtar Dr. Asvi Warman Adam.



* * *




No comments: