Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 12 Agustus 2013
---------------------------------
Cerita kecil URUSAN BESAR . . .
Sekitar KEMAMPUAN TEKNOLOGI NUKLIR BANGSA Dan . . . . Tokoh Dirut Batan Tek, Dr Ir Yudiutomo Imardjoko
* * *
* * *
Tampaknya berita tsb kecil saja. yaitu sekitar rencana PT Batan Teknologi (Persero) membangun reaktor nuklir kedokteran yang menghasilkan rediosisotop di Amserika Serikat senilai Rp 1, triljun. Perusahaan yang dikenal dengan nama Batan Tek ini akan menggandeng investor asal Amerika Serikat untuk membangun pabrik radioisotop.
Dikabarkan mengenai keterlibatan investor AS, yang akan memegang saham mayoritas JOINT VENTURE dengna Batan Tek (VIVA news 12 Agustus 2013)
Menurut siaran resmi PT Batan Teknologi: PT Batan Teknologi, adalah satu-satunya perusahaan milik pemerintah yang menyediakan produk dan jasa teknologi nuklir.
Sedangkan misinya, adalah: To be World Class Company, Menjadi Produsen Penyedia Produk dan Jasa Industri Nuklir yang profesional dan kompetitif, Membangun Kawasan Industri Nuklir serta Mendorong Research-driven industry menjadi Industry-driven research.
Suatu visi dan misi yang tinggi dan mulya demi
kemajuan dan kejayaan bangsa dan tanah air!
* * *
Berita ini penting kaena terkait usaha
meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi modern bangsa. Hal
yang
selalu dianjurkan dan diingatkan oleh Bapak Bangsa Bung Karno.
Sejarah bangsa mencatat bahwa Presiden Sukarno telah
mengirimkan
ratusan mahasiswa ke luarnegeri menuntut ilmu, agar seusai
studi
mereka ikut membangun negeri dan bangsa.
Masalah pengelolaan ilmu dan teknologi, menyangkut kebebasan dan kebanggaan bangsa yang pasti dirasakan setiap warga yang peduli akan kemajuan Indonesia. Dari berita kecil ini, semakin bisa disadari tentang keadaan taraf kemampuan ilmu anak bangsa. Di sini pula akan lebih banyak dikenal tokoh yang terkait erat dengan perkembnagan ilmu dan teknologi bangsa . Seperti Dr. Ir. Yudiutomo Imardjoko.
SIAPA YUDIUTOMO IMARDJOKO, DIRUT PT BATAN TEK?
* * *
Yudi mulai banyak dikenal di bidang nuklir sejak “memenangkan” kompetisi pembuatan penampung limbah nuklir di AS tahun 1990-an. Saat itu pemerintah AS membutuhkan desain penampung limbah nuklir baru karena banyaknya pembangkit listrik tenaga nuklir. Yudi tampil dengan desain kontainer limbah nuklir yang membuat banyak ilmuwan nuklir lain tercengang.
Rancangan Yudi itu dinilai paling bagus dan aman, sehingga dinilai layak masuk dalam lembaran Departemen Energi AS dan memenuhi kualifikasi untuk ikut tender pembuatan kontainer limbah nuklir.
Karena prestasinya, ia ditawari menjadi pengajar Teknik Nuklir di Iowa University, namun ditolaknya karena lebih ingin mengajar di Indonesia, di Universitas Gajah Mada. Ia merelakan gaji USD 11.000 per bulan (sekitar Rp 100 juta) dan berbagai fasilitas mewah sebagai konsultan PBB.
Selain mengajar,Yudi menjadi direktur Pusat Studi Energi UGM, Yudi menjadi konsultan berbagai perusahaan energi. Setelah 25 tahun ia mencoba tantangan baru sebagai konsultan energi PBB yang berkantor New York. Lima bulan kemudian, ia dipanggil untuk menduduki posisi Direktur PT Batan Teknologi.
Karena seorang tenaga ahli dari AS gagal memberikan solusi bagi BatanTek, maka klien rumah sakit mengalihkan kepada produsen lain. Yudi Utomo mengajak Dr Kusnanto, sahabatnya saat menimba ilmu di UGM, untuk bergabung sebagai direktur produksi BatanTek. Akhirnya mereka berhasil menemukan teknik baru pengayaan uranium tingkat rendah untuk memproduksi radioisotop. Oleh Menteri BUMN Dahlan Iksan, teknik yang belum dikenal di dunia ilmu nuklir ini kemudian dinamai “Formula YK” yang berasal dari gabungan nama Yudiutomo-Kusnanto. Yudiutomo, oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai nyawa baru PT BatanTek
Mulai November 2011, BatanTek kembali bisa memproduksi radioisotop dan menerima kembali pesanan dari klien sebelumnya. Di antaranya 11 rumah sakit di Indonesia, serta tambahan pesanan dari luar negeri seperti Malaysia, Vietam, Filipina, Jepang dan Bangladesh serta pembeli potensial Tiongkok.
Keberhasilan BatanTek memunculkan prospek baru karena hingga saat ini hanya ada delapan negara yang memproduksi radioisotop untuk keperluan medis.
Kebutuhan radioisotop di dunia mencapai 12.000 curie per minggu. Kebutuhan itu tumbuh 10 persen per tahun. Artinya dibutuhkan reaktor berkapasitas lima kali lipat atau 60.000 curie untuk bisa memenuhi kebutuhan. Selanjutnya, BatanTek berencana mendirikan pabrik pengayaan uranium di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan di sana
* * *
Akhirnya, pertanyaan berikut ini haus langsung diajukan kepada Menteri BUMN Dahlan Iksan:
MENGAPA INDONESIA TIDAK BISA MEMILIKI SAHAM TERBESAR DI PERUSAHAN JOINT-VENTURE DENGAN AS, YANG MEMPRODUKSI BAHAN RADIOISOTOP BEGITU PENTING??
(Sumber bahan dan berita dari Wikipedia, tulisan Ahmad Baidhowi, Jakarta, dll dari Internet)
* * *
Senin, 12 Agustus 2013
---------------------------------
Cerita kecil URUSAN BESAR . . .
Sekitar KEMAMPUAN TEKNOLOGI NUKLIR BANGSA Dan . . . . Tokoh Dirut Batan Tek, Dr Ir Yudiutomo Imardjoko
* * *
* * *
Tampaknya berita tsb kecil saja. yaitu sekitar rencana PT Batan Teknologi (Persero) membangun reaktor nuklir kedokteran yang menghasilkan rediosisotop di Amserika Serikat senilai Rp 1, triljun. Perusahaan yang dikenal dengan nama Batan Tek ini akan menggandeng investor asal Amerika Serikat untuk membangun pabrik radioisotop.
Dikabarkan mengenai keterlibatan investor AS, yang akan memegang saham mayoritas JOINT VENTURE dengna Batan Tek (VIVA news 12 Agustus 2013)
Menurut siaran resmi PT Batan Teknologi: PT Batan Teknologi, adalah satu-satunya perusahaan milik pemerintah yang menyediakan produk dan jasa teknologi nuklir.
Bahwa pembentukan PT.
Batan Teknologi diharapkan akan menyebarkan hasil R&D dari
Badan
TenagaNuklir Nasional(BATAN).
PT. Batan Teknologi
(Persero) didirikan untuk menjadi embrio dari tumbuhnya industri
nuklir nasional dan untuk mendayagunakan secara optimal potensi
yang
dimiliki BATAN seperti mesin, alat bangunan, dan keahlian (SDM)
serta
untuk mewadahi penyebarluasan pemanfaatan hasil litbang BATAN
sehingga hasil-hasil riset yang ada dapat lebih dinikmati oleh
masyarakat dan pada gilirannya memberikan dampak ekonomi bagi
negara.
Demikian
Visi Batan Teknologi: Menjadi
Perusahaan Terkemuka yang Profesional di Industri Nuklir di
Kawasan
Regional – Internasional.Sedangkan misinya, adalah: To be World Class Company, Menjadi Produsen Penyedia Produk dan Jasa Industri Nuklir yang profesional dan kompetitif, Membangun Kawasan Industri Nuklir serta Mendorong Research-driven industry menjadi Industry-driven research.
* * *
Berita langka seperti
itu, yang mungkin tidak banyak menarik perhatian pembaca,
sesungguhnya. . . adalah berita penting. Lebih-lebih karena ia
muncul
ditengah-tengah situasi politik yang tak menentu dan ulahnya
elite
politik, militer dan penguasa, . . . yang fikirannya terutama
dipenuhi oleh pelbagai rencana, taktik dan strategi bagaimana
mempertahankan kekuasaan . .. dan bagaimana bisa berkuasa terus
setelah pemilu dan penpres 2014 yad.
Betapapun berita kecil
tsb diatas, telah menimbulkan kebanggaan pada setiap warga
Indonesia. Selain kekecewaan mengapa joint-venture dengan AS,
saham
terbesar ada pada AS? Lalu, bagaimana nasib kedaulatan dan
kebebasan
kita mengembangkan pengetahuan dan teknologi nuklir bangsa? . .
.
Juga muncul pertanyaan
wajar, apakah pemerintah Indonesia atau salah satu bank
Indonesia
tidak bisa mendrop dana yang diperlukan agar mayoritas saham
tetap di
tangan Indonesia? Buakankah PT Batan Teknologi adalah sebuah
perusahaan BUMN. Kemana rasa patriotisme cinta tanah air dan
bangsa,
kamana pula rasa mempertahankan keberdikarian dan kebebasan?
Masalah pengelolaan ilmu dan teknologi, menyangkut kebebasan dan kebanggaan bangsa yang pasti dirasakan setiap warga yang peduli akan kemajuan Indonesia. Dari berita kecil ini, semakin bisa disadari tentang keadaan taraf kemampuan ilmu anak bangsa. Di sini pula akan lebih banyak dikenal tokoh yang terkait erat dengan perkembnagan ilmu dan teknologi bangsa . Seperti Dr. Ir. Yudiutomo Imardjoko.
Belakangan masyrakat
Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa di kalangan masyrakat
dan
bangsa Indonesia, sungguh, ada dan pasti lebih banyak lagi
terdapat
tokoh-tokoh pencita bangsa seperti Jokowi, Khofifah, dll yang
masih
belum dikenal masyarakat luas, meski di daerah dan wilayahnya
cukup
diketahui.
Dalam kesempatan ini
ada
baiknya kita mengenal lebih banyak sedikit siapa yang ada di
belakang usaha dan kemajuan yang dicapai oleh PT Batan
Teknologi,
yang terletak di Tanggerang Selatan, Jabar. Orangnya adalah YUDI
UTMO, seorang sarajana nuklir termuda Indonesia.
* * *SIAPA YUDIUTOMO IMARDJOKO, DIRUT PT BATAN TEK?
Ia adalah seorang
peneliti nuklir yang baru-baru ini menemukan teknik pengayaan
uranium
tingkat rendah.
Yudi
Utomo , lahir di Jogjakarta, 15 Maret 1963, memperdalam ilmu
nuklir
di Iowa State University pada jenjang S-2 dan S-3. Ia meraih
gelar
MSc dan PhD dalam waktu enam tahun. Yudi menjadi orang Indonesia
termuda yang berhasil mempeoleh PhD di usia 32 tahun
Dr. Ir. Yudi Utomo
Imardjoko yang dikenal dengan nama Yudi Utomo, adalah ilmuwan
Indonesia yang jadi
terkenal
karena rancangan penampung limbah nuklir dan
direktur yang
menyelamatkan BatanTek dari kebangkrutan.
* * *
Yudi mulai banyak dikenal di bidang nuklir sejak “memenangkan” kompetisi pembuatan penampung limbah nuklir di AS tahun 1990-an. Saat itu pemerintah AS membutuhkan desain penampung limbah nuklir baru karena banyaknya pembangkit listrik tenaga nuklir. Yudi tampil dengan desain kontainer limbah nuklir yang membuat banyak ilmuwan nuklir lain tercengang.
Rancangan Yudi itu dinilai paling bagus dan aman, sehingga dinilai layak masuk dalam lembaran Departemen Energi AS dan memenuhi kualifikasi untuk ikut tender pembuatan kontainer limbah nuklir.
Karena prestasinya, ia ditawari menjadi pengajar Teknik Nuklir di Iowa University, namun ditolaknya karena lebih ingin mengajar di Indonesia, di Universitas Gajah Mada. Ia merelakan gaji USD 11.000 per bulan (sekitar Rp 100 juta) dan berbagai fasilitas mewah sebagai konsultan PBB.
Selain mengajar,Yudi menjadi direktur Pusat Studi Energi UGM, Yudi menjadi konsultan berbagai perusahaan energi. Setelah 25 tahun ia mencoba tantangan baru sebagai konsultan energi PBB yang berkantor New York. Lima bulan kemudian, ia dipanggil untuk menduduki posisi Direktur PT Batan Teknologi.
Menyelamatkan Batan Tekonologi
Pada 26 Juli 2011, Yudi diangkat menjadi direktur utama PT BatanTek. Ia segera menghadapi tantangan menyelamatkan BatanTekdari kebangkrutan karena dilarangnya pengayaan uranium tingkat tinggi untuk produksi radioisotop oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) sejak 2010. Padahal radioisotop diperlukan untuk kebutuhan kedokteran dalam menghasilkan diagnosis presisi tinggi dan menjadi bisnis utama BatanTek. Dalam dunia medis modern, radioisotop sangat diperlukan karena bisa menghasilkan diagnosis dengan tingkat presisi tinggi.Karena seorang tenaga ahli dari AS gagal memberikan solusi bagi BatanTek, maka klien rumah sakit mengalihkan kepada produsen lain. Yudi Utomo mengajak Dr Kusnanto, sahabatnya saat menimba ilmu di UGM, untuk bergabung sebagai direktur produksi BatanTek. Akhirnya mereka berhasil menemukan teknik baru pengayaan uranium tingkat rendah untuk memproduksi radioisotop. Oleh Menteri BUMN Dahlan Iksan, teknik yang belum dikenal di dunia ilmu nuklir ini kemudian dinamai “Formula YK” yang berasal dari gabungan nama Yudiutomo-Kusnanto. Yudiutomo, oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai nyawa baru PT BatanTek
Mulai November 2011, BatanTek kembali bisa memproduksi radioisotop dan menerima kembali pesanan dari klien sebelumnya. Di antaranya 11 rumah sakit di Indonesia, serta tambahan pesanan dari luar negeri seperti Malaysia, Vietam, Filipina, Jepang dan Bangladesh serta pembeli potensial Tiongkok.
Keberhasilan BatanTek memunculkan prospek baru karena hingga saat ini hanya ada delapan negara yang memproduksi radioisotop untuk keperluan medis.
Kebutuhan radioisotop di dunia mencapai 12.000 curie per minggu. Kebutuhan itu tumbuh 10 persen per tahun. Artinya dibutuhkan reaktor berkapasitas lima kali lipat atau 60.000 curie untuk bisa memenuhi kebutuhan. Selanjutnya, BatanTek berencana mendirikan pabrik pengayaan uranium di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan di sana
* * *
Akhirnya, pertanyaan berikut ini haus langsung diajukan kepada Menteri BUMN Dahlan Iksan:
MENGAPA INDONESIA TIDAK BISA MEMILIKI SAHAM TERBESAR DI PERUSAHAN JOINT-VENTURE DENGAN AS, YANG MEMPRODUKSI BAHAN RADIOISOTOP BEGITU PENTING??
(Sumber bahan dan berita dari Wikipedia, tulisan Ahmad Baidhowi, Jakarta, dll dari Internet)
No comments:
Post a Comment