Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 16 Agustus 2013--------------------------------
MENELUSURI
“SOSIALISME
DENGAN CIRI-CIRI TIONGKOK” (3)
Catatan:
Mengapa
mengemukakan
pendapat AS Munandar di ruangan ini? Penjelasannya sbb: -- Pada
saat membicarakan sekitar “Sosialisme dengan ciri-ciri Tiongkok”
, membicarakan satu varian dari sosialisme dewasa ini, langsung
akan menyinggung masalah teori sosialisme yang menjadi dasar
ideologi dan teorinya. Seperti yang dinyatakan oleh yang
bersangkutan (Tiongkok), “sosialisme dengan ciri-ciri Tiongkok”
adalah praktek pembangunan sosialisme di Tiongkok yang
didasarkan atas Marxisme.
Di
era Presiden Sukarno, satu-satunya lembaga pendidikan tinggi
INDONESIA yang secara formal dan aktual visi dan misinya
“memberikan pendidikan Marxisme”, adalah lembaga “AISA”,
“Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, Jakarta. AS Munandar adalah
orang pertamanya dari lembaga pendidikan tinggi AISA.
Menyinggung masalah Marxisme, ada baiknya mengetahui bagaimana
pandangan seorang yang menggeluti pendidikan Marxisme di
Indonesia, dan yang khusus menuliskan analisisnya mengenai
“sosialisme dengan ciri-ciri Tiongkok”.
*
* *
SIAPA
AS. MUNANDAR?
Nama
lengkapnya
– Ashar Sutjipto Munandar. Lahir 02 Mei 1924 di
Semarang. Meninggal di Rotterdam, Holland, 18 Januari 2010.
A.S. Munandar, Bung Cip, sapaan akrabnya, --- kukenal beliau sudah sejak di Indonesia tahun enampuluhan. Sejak kenal pertama, tak bertemu lagi. Kudengar kemudian beliau menambah studinya di Jerman. Peristiwa G30S 1965, yang berlanjut dengan kampanye pembantaian masal 1965 menyebabkan A.S. Munandar terdampar di luar negeri. Sama seperti korban Orba lainnya, paspor A.S. Munandar dicabut oleh rezim Orba.
Sejak sama-sama menjadi 'orang yang terhalang pulang', kami sering bertemu. Berdomisili di negeri Belanda, kami sering melakukan kegiatan bersama.
A.S. Munandar, Bung Cip, sapaan akrabnya, --- kukenal beliau sudah sejak di Indonesia tahun enampuluhan. Sejak kenal pertama, tak bertemu lagi. Kudengar kemudian beliau menambah studinya di Jerman. Peristiwa G30S 1965, yang berlanjut dengan kampanye pembantaian masal 1965 menyebabkan A.S. Munandar terdampar di luar negeri. Sama seperti korban Orba lainnya, paspor A.S. Munandar dicabut oleh rezim Orba.
Sejak sama-sama menjadi 'orang yang terhalang pulang', kami sering bertemu. Berdomisili di negeri Belanda, kami sering melakukan kegiatan bersama.
A.S.
Munandar
adalah seorang pejuang demokrasi dan HAM. Ia yakin benar
kebenaran dan keadilan cita-cita yang diperjuangkannya. Adalah
keyakinannya bahwa realisasi cita-cita sosiaisme, sosialisme
dengan ciri Indonesia-lah, yang akan membebaskan Indonesia dari
penderitaan,
kemiskinan dan ketidakadilan. (Ibrahim Isa -IN MEMORIAM A.S. MUNANDAR, 02 Mei 1924 -- 18 Januari 2010).
kemiskinan dan ketidakadilan. (Ibrahim Isa -IN MEMORIAM A.S. MUNANDAR, 02 Mei 1924 -- 18 Januari 2010).
Aku
mengenalnyha
sejak di tanahair selagi ia memimpin Akademi Ilmu Sosial
Aliarcham, kemudian sama-sama di Timur, sama-sama di Barat,
sama-sama di SAS, sama-sama di pelbagai forum tukar fikiran. Ia
adalah kawan seperjuangan yang sulit dicari samanya. Yang selalu
bersedia diajak bertukar fikiran. Kapan saja bersedia memberikan
saran-saran ataupun kritik yang berterus terang dan amat
bersahabat. Dikritik betapapun kerasnya, tetap ia dengarkan
dengan senjum. Tidak marah!
Memasuki
usia
85 terbit bukunya: yang diluncurkan pada tanggal 02 Mei 2009,
berjudul "KUMPULAN TULISAN -- Pendapat dan Pandangan"
(1990-2009), bertepatan dengan hari ultahnya yang ke-85 (02 Mei
2009). Ketika itu sejumlah sahabat berkumpul bersama keluarga
A.S,. Munandar memperingati hari ultah ke-85 beliau. Kuminta
agar ia menulis sesuatu pada bukunya yang kumiliki itu. A.S.
Munandar menulis sbb: "Untuk Bung Isa tercinta. Sama-sama
senasib seperjuangan".
Isi buku itu, adalah salah satu kenang-kenangan dan warisan A.S. Munandar. Amat berguna sebagai bahan pemikiran dan petimbangan dari seorang pejuang senior, bagi generasi muda penerus cita-cita perjuangan demi Indonesia Baru yang adil dan makmur.
* * *
Isi buku itu, adalah salah satu kenang-kenangan dan warisan A.S. Munandar. Amat berguna sebagai bahan pemikiran dan petimbangan dari seorang pejuang senior, bagi generasi muda penerus cita-cita perjuangan demi Indonesia Baru yang adil dan makmur.
* * *
Satu yang menonjol, yaitu sikap
dan pandangannya yang INDEPENDEN. Semua yang diutarakannya,
adalah pandangan dan hasil pemikirannya sendiri. Bagi saya,
yang menonjol dan baik diteladani ialah fikirannya yang
INDEPENDEN. YANG BERDIKARI.
Cara berfikir beliau inilah yang merupakan inspirasi dan memberikan semangat optimisme revolusioner yang menjadi teladan bagi saya.
* * *
Cara berfikir beliau inilah yang merupakan inspirasi dan memberikan semangat optimisme revolusioner yang menjadi teladan bagi saya.
* * *
Dalam penjelesanannya ketika peluncuran buiku AS Munandar, M. Kasim, Penyusun buku A.S. Munandar, menulis a.l sbb:
Buku ini mendekati 300 halaman. Jumlah tulisan yang terkumpul ada sebanyak 23 tulisan ditambah satu lampiran. Satu tulisan – tulisan terakhir -- belum pernah di publikasi.
Tulisan-tulisan membicarakan bermacam-macam tema, misalnya masalah nasion Indonesia, situasi Indonesia, filsafat Marxis, mengenai G 30 S, tentang kontradilksi pokok, partai-partai di Indonesia, masalah sosialisme dan lain-lain. Pokoknya isinya kaya-raya.Tulisan-tulisan itu ada yang disampaikan dalam berbagai kesempatan ceramah/temu wicara, diskusi-diskusi via internet dan ada pula yang di tulis didalam majalah. Dari 23 tulisan tersebut, satu tulisan disampaikan dalam bahasa Inggeris dan satu tulisan ditulis dalam bahasa Belanda, dan satu lampiran juga berbahasa Belanda. Kami ingin mempertahankan bahasa yang digunakan Bung Cipto waktu menyampaikan dan menulisnya, tetapi sebaiknya tulisan-tulisan tersebut diterjemahkan juga ke dalam bahasa Indonesia. Sayang hal itu belum sempat kami kerjakan.
Tulisan pertama “Masalah Sosialisme Dewasa Ini”(hal. 1 s/d hal. 30). merupakan penyimpulan atas sebab-sebab buyarnya negeri-negeri sosialis Eropah Timur dan Uni Sovyet. Francis Fukuyama menyimpulkan ‘sejarah manusia telah berakhir, telah tercapai “the end of history”, banyak orang menyatakan Marxisme sudah bangkrut, kaum kapitalis dan imperialis dan musuh-musuh sosialisme bersorak sorai bergembira dan bergendang paha. Di kalangan kaum kiri pun terdapat kegoyahan dan keraguan apakah sosialisme itu dapat merupakan hari depan. Bung Cip dengan tegas dalam tulisan itu mengatakan “Sistem kapitalisme tetap tidak mampu memberi jalan keluar. Mayoritas rakyat di dunia yang hidup di bawah kapitalisme menderita kesengsaraan dan kemelaratan”. (hal. 29)
* * *
Tulisan terakhir ditulis dalam suasana krisis ekonomi yang berat melanda dunia yang dimulai pada paro kedua tahun 2008 yang katanya terberat sejak Perang Dunia kedua. Orang-orang yang dulu bersorak sorai dan bergendang paha kini hatinya menjadi menciut dan ada yang mulai menoleh ke sosialisme. Orang-orang yang dulu bimbang terhadap sosialisme, kini mulai mau mulai menegakkan keyakinan. Bung Cipto dengan judul tulisan “Sosialisme-- Alternatif Pengganti Kapitalisme” (hal. 241 s/d 257) dengan tegas memberi jawaban atas situasi dewasa ini. Tulisan ini belum pernah dipublikasi.
Demikian a.l M.Kasim, dalam sambutannya pada waktu peluncuran buku AS Munandar tsb (Amsterdam 2 Mei 2010).
* * *
AS MUNANDAR:
Pembangunan
Sosialisme di Republik Rakyat Tiongkok
(A.S. Munandar,
“Kumpulan Tulisan, Pendapat dan Pandangan (1990-2009, hlm
247,248,249):
“Prbedaan-perbedaan
sangat
nyata kita lihat kalau kita bandingkan dengan pRoses serta
pengalaman pembangunan sosialisme di Tiongkok. Revolusi rakyat
di bawah pimpinan PKT dan Mao Zedong melalui perang pembebasan
dalam negeri mencapai kemenangan di suatu negeri yang lebih
terbelakang ketimbang di Rusia. Tiongkok suatu negeri setengah
jajahan dengan sisa-sisa feodalisme yang sangat berat. Oleh
sebab itu kebijakan yang ditempuh oleh PKT untuk membangun
negerinya didasarkan pada situasi kongkrit negeri itu ketika
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.
“Pertama-tama
dari
tahun 1949-1953 merupakan masa pemulihan ekonomi dari kerusakan
perang dan dilakukan perubahan agraria di bagian Tiongkok
Selatan, yaitu daerah yang paling akhir dibebaskan dalam perang
pembebasan. Perubahan agraria pada dasarnya menghapuskan sistim
tuan tanah feodal dan membagikan tanah kepada kaum tani.
Kemudian dari tahun 1953-1957 merupakan periode “demokrasi
rakyat”. Ini disusul dengan periode “pengubahan sosialis” dari
tahun 1957 sampai tahun 1960-an. Industrialisasi mengutmakan
industri ringn dan pertanian. Ini berbeda dengan jalan Uni
Sovyet yang mengutamakan pembangunan industri berat. Di
pertanian jalan pengkoperasian juga berbeda dengan Uni Sovyet.
Tetapi pada periode selanjutnya terjadi kesalahan-kesalahan
berat dengan politik 'maju melompat' dan 'komune rakyat' yang
tidak didasarkan pada tingkat perkembangan nyata tenaga-tenaga
produktif. Kemudian selanjutnya dengan 'revolusi besar
kebudayaan proletar' (masa RBKP) sampai 1978.
“Setelah
menyimpulkan
pengalaman masa RBKP secara konprohensif PKT menempuh kebijakan
baru untuk meneruskan pembangunan sosialis. Ditegaskan bahwa
Tiongkok berada pada tahap awal sosialisme mengingat
masih sangat rendahnya taraf perkembangan tanag-tenaga produktif
masyarakat. Belajar dari pengalaman yang lampau ditekankan
supaya “mencari kebenaran dari kenyataan”, membebaskan
fikiran dan praktek satu-satu-satunya ukuran kebenaran.
“Dimulailah periode pembangunan
'reformasi dan pintu terbuka' yang oleh PKT sebagai periode membangun
sosialisme dengan ciri-ciri Tiongkok. Apa ini merupakan cetak
biru pembngunan sosialisme untuk negeri-negeri lain? Pendirian
PKT jelas: yang dibangun adalah sosialisme dengan ciri-ciri
Tiongkok, tidak berpretensi bahwa ini berlaku untuk
negeri-negeri lain.
“Politik 'reformasi dan pintu
terbuka' memberi kesempatan kepada kapital asing dan domestik
untuk menginvestasi modal di berbagai sektor industri Ini
berarti membuka kesempatan bagi kapitalisme demi mempercepat
perkembangan tenaga-tenaga produktif.
“Periode “reformasi dan pintu
terbuka” sudah berlangsung 30 tahun. Masa ini dunia
menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dengan
peningkatan tenaga-tenaga produktif di bidang imu dan
teknologi (iptek). Kepesatan ini dikagumi seluruh dunia.
Memang perkembangan kaitalisme juga membawa aspek-aspek
negatif, seperti korupsi di dalam pemerintah dn PKT.
“Tapi ekonomi berdasarkan milik
masyarakat masih tetap berdominasi dan diambil tindakan tegas
terhadap penyelewengan-penyelewengan. Ekonomi pasar kapitalis
dipadukan dengan ekonomi berrencana. \Jalan pembangunan
ekonomi Tiongkok periode ini memang sangata berbeda dengan
jalan sebelum “reformasi dan pintu terbuka”. Dengan segala
kemajuan pesatnya, Tiongkok tetap tergolong negeri dunia
ketiga dengan berpenduduk 1.3 milyar jiwa, seperempat penduduk
dunia dan relatif miskin.
“Boleh dikatakan, sekarang
pembangunan sosialisme dilaksanakan dengan 'memanfaatkan'
kapitalisme. Tak terhindarkan dijumpai banyak masalah yang
rumit, diantaranya terasa dampa krisis ekonomi global. Tetapi
PKT dan pemerintah Tiongkok dengan cepat dan tegas mengambil
langkah dan tindkan untuk mengatasi akibat-akibat buruk dan
masih bisa memprakirakan pertumbuhan 8%. (Perkiraan Bank Dunia
6%)
“Wajar bila ada yang cemas,
jangan-jangan kapitalisme bisa menyingkirkan sosialisme.
Tetapi sampai sekarang PKT dan pemerintah Tiongkok kuat
memegang kendali arah perkembangan.
Demikian AS Munandar dalam
analisisnya mengenai politik dan kebijakan politik/ekonomi
baru “reformasi dan buka pintu terbuka” yang dilaksanakan
Tiongkok sejak 30 tahun belakangan ini. Dengan hasil-hasil
spektakulernya, dampak-dampak negatifnya dan ketegasan PKT dan
pemerintah Tiongkok menjalakan pembangunan “sosialisme dengan
ciri-ciri Tiongkok”.
* * *
Menandaskan lagi bahwa Marxisme
adalah suatu ilmu dan BUKAN DOGMA, AS Munandar menguraikan
(buku yang sama halaman 253):
“Marxisme adalah ilmu, bukan dogma
yang beku. Praktek revolusioner memperkaya dan mengembangkan
ilmu itu. Sikap Marx dan Engels jadi teladan bagi kita. Dalam
Introduksi pada
karya Pejuangan Kelas di Perancis Engels menulis: “Tetapi kami pula,
dibuktikan sudah oleh sejarah. Sejarah telah menyingkap bahwa
sudut pandang kami adalah ilusi. Malah lebih jauh, sejarah
tidak hanya mengenyahkan pikiran-pikiran keliru kami pada
waktu itu, tetapi juga samasekali merombak (transform)
kondisi-kondisi yang proletariat harus berjuang. Metode
perjuangan pada tahun 1848 kini hari sudah usang ditilik dari
setiap sudut, dan hal ini selayaknya perlu penelitian lebih
seksama pada kesempatan sekarang”.
Antara tahun 1848 dengan tahun
1850-an hanya terpaut beberapa tahun, tetapi sudah terjadi
perubahan penting yang menyebabkan Marx dan Engels meninjau
kembali beberapa pandangn penting mereka. Antara zaman Marx
dan Engels dengan zaman kita sekarang ini terlewat 150 tahun
lebih. “Manusia membuat sejarahnya sendiri” tulis M|ax,
“tetapi mereka tak dapat membuatnya sesuka mereka, mereka tak
dapat melakukannya dalam syarat-syarat yang dipilih sendiri,
teapi dalam syarat-syarat yang sudah ada dan yang dialihkan
dari masalalu”. (Marx, 18 Brumaire Louis Bonaparte).
Ini memperlihatkan lingkungan
keleluasaan dan sekaligus keterbatasan manusia bergerak.
“Menurut pendapatku”, tulis Engels, “apa yang dinamakan
'masyrakat sosialis' bukan sesuatu yang kekal-abadi, tak
berubah. Sebagaimana semua susunan masyarakat yang senantiasa
dalam keadaan mengalir dan berubah”. (Engels kepada Otto Von
Broenigk di Breslau – 21 Agustus 1890).
* * *
No comments:
Post a Comment