Wednesday, August 28, 2013

DIALOG INTER-AKTIF -- SEKITAR PERJUANGAN MELAWAN LUPA Dan -- DARI MANA DATANGNYA DANA PERJUANGAN

Kolom Ibrahim Isa
Senin, 26 Januari 2013
------------------------------

DIALOG INTER-AKTIF

--   SEKITAR PERJUANGAN MELAWAN LUPA Dan
--   DARI MANA DATANGNYA DANA PERJUANGAN

Ada baiknya menyajikan di bawah ini DIALOG INTERAKTIF  di Facebook yang berlangsung dengan
Ester Jusuf Purba dan Dewi Anggraeni, mengenai masalah MELAWAN LUPA 
dan dengan Bonnie Triyana mengenai  masalaDANA PERJUANGAN

*    *    *

ESTER JUSUF PURBA

42 minutes ago

Banyak orang terlalu lelah dan tak punya waktu untuk belajar tentang hukum, atau paham tentang hak atau kewajiban mereka.
Jangankan mempelajari UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis --- keinginan untuk tahu pun sudah menguap. Padahal semua aturan hukum berlaku baik bagi orang dewasa maupun anak-anak.

Setiap pimpinan lembaga atau komunitas mampu mengatasi persoalan ini jika mau. Misal dengan mewajibkan setiap anggota kelompoknya mendengar pendidikan hukum atau informasi berkaitan dengan diri dan lingkungannya 5 menit saja setiap hari. Artinya dalam satu tahun minimal ada 300 jenis pengetahuan baru yang diterima.

Tidak harus menjadi besar dulu untuk bisa berbagi. Saya pernah melihat seorang sopir angkot berbagi pengetahuan hukum pada kawan-kawannya. "Pokoknya kita tidak perlu takut di jalanan. Yang penting kita jangan mukul duluan. Kalau orang mukul diem ajah, langsung lapor polisi, pisum. Preman paling galak pun kaing-kaing pasti minta maaf sama kita kalau sudah ditahan"

Kewajiban Negara membuat rakyat melek hukum.
Namun menunggu secara pasif akan membawa kerugian lebih banyak lagi.

*    *    *

Ibrahim Isa

Yang lebi GAWAT LAGI yaitu ---- PENGETAHUAN TENTANG PELANGGARAN HUKUM TERBESAR DALAM SEJARAH INDONESIA - - - YAITU "PEMBANTAIAN MASAL 1965 OLEH APARAT KEAMANAN NEGARA terhadap warga tidak bersalah ." . .. ITUPUN NYARIS DILUPAN KALAU TIDAK MENERUSKAN PERJUANGAN "MELAWAN LUPA". . . Dan perjuangan melawan lupa ujung tombaknya adalah PENGUASA, baik yang formal duduk di eksekutif, legelslatif dan yudiktif maupun yang TIDAK NAMPAK . . .

*    *    *

Dewi Anggaraeni
Kuncinya menjabarkannya dengan efektif


*    *    *

Bonnie Triyana

Saat meneliti arsip-arsip Henk Sneevliet di IISH, Amsterdam, saya menemukan banyak surat menyurat antara Henk dengan Semaun, Chiang Kai Sek, MN Roy, Sun Yat Sen, Tan Malaka dan para pemimpin kiri lainnya. Yang mereka bicarakan soal keadaan rakyat di Hindia Belanda, situasi politik mutakhir saat itu, kondisi partai dan keadaan pribadi masing-masing. Yang lucu ada satu surat dari Chiang Kai Sek yang mengatakan kepada Henk kalau dia gak punya uang untuk mengongkosi Henk datang ke Tiongkok.

Dari semua surat itu, saya tak menemukan satu kalimat pun bahwa mereka mau bikin proyek yang bisa mendatangkan kekayaan buat mereka. Ini misteri buat saya: dari mana mereka dapat uang untuk makan sedangkan tak sedikit pun mereka curhat soal gajian. Kelakuan mereka saat itu mirip film kungfu yang lakon-lakonnya berantem saben hari tapi tetap bisa makan entah dari mana mereka kerja dan dapat uang.

Ibrahim Isa
Bonnie Dear, - - - - - Pejuangan bangsa kita melawan kolonialisme untuk kemerdekaan nasional . . . juga menghadapi masalah DANA . . . Tapi soal itu betapapun sulitnya ternyata bisa diatanggulangi bersama pula .. baik secara individuil, kolektif, - - - secara organisasi maupun masal, dari rakyat. Tapi kekuatan utamanya adalah CITA-CITA MULYA DEMI PEMBEBASAN DARI PENINDASAN DAN PEMERASAN . . . KEMANTAPAN DAN DEDIKASI TERHADAP CITA-CITA itulah yang UTAMA. Dari situ semua masalah diselesaikan . . . Dan tak terkirakan sumber bantuan besar yang tidak boleh ketinggalan dalam perjuangan, yaitu . . . SOLIDARITAS INTENASIONAL . . . Dalam hal gerakan komunis internasional pada periode Lenin, tidak sedikit KOMINTERN memberikan bantuan ide, dana dan juga manusia-manusianya . . kader-kadernya . . . Itulah fakta sejarah . . . .!!!


*    *    *

No comments: