Sunday, August 5, 2007

Kolom IBRAHIM ISA - BACA WAWANCARA SEJARAWAN ANHAR GONGGONG

Kolom IBRAHIM ISA
-----------------
Sabtu, 05 MEI 2007

BACA WAWANCARA SEJARAWAN ANHAR GONGGONG


Anhar Gonggong dikenal sebagai sejarawan generasi pasca Sukarno. Pernah kudengar ceramahnya di KBRI Den Haag beberapa tahun yang lalu. Kesanku sesudah mendengar Anhar Gonggong, sebagai sejarawan, mungkin ia ketika itu 'terlalu berhati-hati'. Sehingga terkesan seperti kurang berani mengungkap . Sehingga menjadi 'bureng' dimana ia berdiri sebagai sejarawan. Tetapi segala sesuatu ada perkembangan.

Kali ini sejarawan Anhar Gonggong yang saya pernah dengar uraiannya di KBRI Den Haag ketika itu, lebih 'berani' mengungkap. Silakan baca sendiri wawancaranya. Di situ Anhar Gonggong menyinggung beberapa masalah penting dalam sejarah kita, khususnya sejarah pasca Sukarno. Kesanku sekarang ia lebih tegas dalam mengungkap mana yang fakta, dan mana yang 'diplintir' oleh Orba. Anhar Gongong bicara SOAL PENAMAAN 'G30S' YANG OLEH ORBA DITAMBAHKAN 'PKI', menjadi 'G30S/PKI'. Kemudian dihapuskan nama PKI itu, lalu muncul lagi, disebabkan a.l. oleh ulahnya Taufik Ismail, dan Kementerian Pendidikan yang lebih banyak mendengar Taufik ketimbang para sejarawan lainnya.

Lainnya yang disinggung Anhar Gonggong, adalah:

Pertama, SOAL PANCASILA. Bagaimana Orbanya Jendral Suharto, dengan dukungan sementara sejarawan dan lain-lain, berusaha (tapi gagal) untuk 'membersihkan' Pancasila dari nama penggali Pancasila itu sendiri, yaitu PRESIDEN SUKARNO.

Kedua,, SOAL SERANGAN TERHADAP JOGYAKARTA YG DIDUDUKI BELANDA.
Bagaimana Orba dan sejarawannya menyulap mengenai inisiatif serangan tsb yang sumbernya adalah Sri Sultan Jogya ketika itu, menjadi Letkol Soeharto, sebagai pengambil inisiatif serangan tsb.

Ketiga, Sekitar Peristiwa G30S. Kata Anhar: Orang dipaksa untuk mengatakan itu PKI, padahal pada kenyataannya ketika gerakan itu dicetuskan tidak ada PKI-nya

Keempat: SOAL 'SUPERSEMAR', apakah itu ada atau tidak. Anhar:memang ada. . . . isinya itu kan unuk mengamankan Soekarno. Tapi justru digunakan untuk menjatuhkan Soekarno.

Kelima, 'KETERLIBATAN PKI' dan Peritiwa PEMBANTAIAN PASCA PKI, dLL.

* * *

Berikut di bawah ini adalah
WAWANCARA SEJARAWAN ANHAR GONGGONG:
< pasarbuku@yahoogroups.com, "h_tanzil" :

Anhar Gonggong: "Faktanya, Pemerintah Lebih Mendengarkan Taufik Ismail
Ketimbang Sejarawan"
Oleh Fadila Fikriani Armadita, Rhoma Aria Dwi Yuliantri
I: Kontroversi peristiwa sejarah untuk SMA itu apa saja?

AG: Ada beberapa, sepanjang yang saya ingat waktu saya pernah
mengumpulkan 75 guru SMP-SMA seluruh Jakarta-Bogor. Tiga tahun
berturut-turut dengan guru yang berbeda dengan harapan saya bisa
mendapat informasi apa kesulitan mereka di dalam mengajarkan sejarah.
Dikarenakan hal-hal yang dianggap oleh pemerintah tidak boleh
diberikan. Pertama Pancasila. Pancasila tidak boleh dikatakan bahwa
lahirnya Pancasila 1 Juni. Bahwa lahirnya Pancasila adalah ketika
Jamin yang katanya berpidato pada tgl 29 Mei yang sudah membuat
rumusan yang sama dengan Pancasila atau tanggal 18 Agustus. Guru
sangat sulit mengajarkan itu. Karena itu memang tujuannya
desoekarnoisasi. Karena kalau tanggal 1 Juni itu berarti identik
Soekarno. Ada dosa besar dari pemerintah Orde Baru dalam kaitan dengan
itu. Dalam arti kata bahwa melakukan deSoekarnoisasi. Bahwa bukan Bung
Karno yang merumuskan Pancasila pertama kali itu faktual salah sebagai
perumus awal, tetapi sebagai hari lahir Pancasila sebagai dasar negara
ya memang tidak, sebab 1 Juni atau 22 Juni belum ada negara. Kita
merdeka tanggal 17 Agustus. Pancasila dirumuskan Bung Karno untuk
digunakan sebagai dasar negara kalau kelak kita merdeka. Jadi istilah
Pak Notonegoro itu tanggal 1 Juni dan 22 Juni itu adalah hari dari
lahirnya atau dirumuskannya calon-calon dasar negara yang nantinya
setelah dirumuskan akan dimasukkan dalam alinea keempat pembukaan UUD
45 yang ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus. Tapi
jangan salah sebenarnya istilah Pancasila hanya sekali digunakan oleh
Bung Karno tanggal 1 Juni. Dan selanjutnya rumusan Pancasila yang kita
kembangkan-kalau benar yang kita terima adalah pembukaan UUD tanggal
18 Agustus di alinea keempat-itu tak ada istilah Pancasila. Silakan
cari, istilah pancasila tidak ada.

I: Moh. Yamin punya istilah apa?

AG: Tidak ada, hanya merumuskan dasar saja. Kalau Soekarno jelas ada
istilah Pancasila. Dulu dia usulkan pertama Pancasila, kalau tidak
senang bisa diperas menjadi tri sila, kalau tidak senang bisa dirubah
menjadi ekasila. Itu yang saya maksud dosa besar pemerintah Orde Baru
tatkala mengatakan bahwa bukan Bung Karno yang merumuskan dan memberi
nama rumusannya dengan Pancasila. Kata Pancasila itu adalah monopoli
Bung Karno. Dalam arti kata, dialah orang pertama yang merumuskannya.
Hanya saja oleh karena kompromi politik, maka begitu selesai bicara
tanggal 1 Juni kekuatan BPUPKI terbelah menjadi kekuatan nasionalis
mendukung Pancasila, kekuatan Islam yang mendukung Islam sebagai dasar
negara. Setelah rumusan 22 Juni, 18 Agustus adalah proses kompromi
sebenarnya. Tetapi dalam kaitan Pancasila dengan Bung Karno tidak bisa
dihilangkan dalam situasi apa pun. Dia yang merumuskan pada 1 Juni,
dia ketua panitia panitia sembilan yg merumuskan Piagam Jakarta.
Ketika 18 Agustus saat disahkan sebagai pembukaan UUD 1945 dia juga
ketua PPKI. Tiga proses perumusan Pancasila dari awal-akhir Bung Karno
selalu ada. Di sini ini dosa besar Nugroho Notosusanto dan Soeharto.

I: Lalu di mana sebetulnya letak kesulitan guru. Karena buku ajar atau
ada kesulitan lain?

AG: Antara lain buku ajar. Buku yang diajarkan menyebutkan bukan 1
Juni tetapi 18 Agustus, dengan mengacu pada bukunya Jamin. Selain itu
ketakutan menerangkan karena dia merasa dirinya diawasi. Kondisi
ketika itu kepala sekolah punya kekuatan otoriter. Bisa-bisa dia
dituduh PKI atau kehilangan pekerjaannya.

I: Kenapa mesti Jamin yang dirujuk?

AG: Buku Moh. Yamin memang unik, itu berasal dari dokumen-dokumen sidang
BPUPKI. Ada 3000 halaman tebalnya. Lalu dokumen itu dipinjam oleh
Moh. Yamin dari Pringgodigdo yang saat itu sebagai sekretaris dari BPUPKI.
Dia pinjam tetapi tidak pernah dikembalikan. Buku itu yang diolah jadi
buku kontroversial. Kontroversinya adalah ada pengantar Soekarno yang
membenarkan isi buku itu. Ini yang susah.

I: Kontroversi pertama tadi Pancasila, yang lainnya apa?

AG: Lainnya Serangan Oemoem 1 Maret. Guru juga susah, dia mau
mengatakan Sultan tidak terlibat. Dalam buku yang diberikan disebutkan
Soeharto. Memang tujuannya agar Soeharto diterima dan dia pantas jadi
presiden. Sebenarnya sederhana yang menjadi persoalan, siapa yang
mengambil inisiatif. Ada jenjang kepemimpinan dalam militer. Sultan
punya 2 posisi; tidak hanya sebagai Raja Jogja tetapi juga Menteri
Pertahanan. Di bawah Sultan ada Jenderal Sudirman sebagai Panglima
Besar. Di bawah Sudirman ada Nasution sebagai Panglima Komando Jawa.
Nah, Soeharto ketika itu hanya sebagai Komandan Brigade Mataram;
pangkatnya Letnan Kolonel. Selain Sultan, Soedirman, Nasution, ada
lagi Bambang Sugeng sebagai Gurbenur Militer. Itu Bambang Sugeng yang
membuat kertas instruksi rahasia yang di dalamnya menginstruksikan
kepada Soeharto supaya menyiapkan serangan besar-besaran dan bukan
istilahnya serangan umum ke ibukota Jogja. Jadi itu dirubah, tidak
otentik istilah serangan umum. Jadi ada 4 orang di atas Soeharto.
Kalau dilihat dari situ nggak mungkin dia mengambil inisiatif. Tetapi
sebagai pengatur serangan, dia yang berperanan penting. Ada bukti
betapa Soeharto sangat dihargai tinggi oleh Kolonel Van Langen,
Komandan Tentara Belanda Jawa. Ketika sudah berdamai dia datang ke
Jogya dan bertemu dengan Soeharto dan dia mengatakan, "Oh..ini yang
namanya Soeharto." Mengapa Serangan 1 Maret sangat dikagumi oleh
Belanda itu sendiri? Karena dilakukan pada siang hari. Tidak pernah
terbayang oleh Belanda dia akan mendapat serangan pada siang hari
karena menurut taktik militer itu sangat berbahaya. Itulah kekaguman
Kolonel Van Langen pada Soeharto. Artinya dia bukanlah orang yang
tidak mempunyai peranan penting. Cuma kalau dikatakan dirinya yang
berinisiatif itu perlu dipertanyakan mengingat 4 komandan di atasnya
dengan posisinya cuma Letnan Kolonel, Komandan Brigade di Yogyakarta.

I: Guru tidak mampu mengajarkan hal itu karena tak tahu atau karena takut?

AG: Dua-duanya terjadi. Berdasar pertemuan dengan guru-guru, mereka
mengaku pengetahuan mereka minim karena memang membacanya kurang. Buku
yang dia pegang cuma buku standar dan buku paket.

I: Selain Pancasila dan Serangan Oemoem ada lagi peristiwa kontroversial?

AG: G 30 S. Itukan sangat banyak hal-hal yang berkaitan dengannya.
Orang dipaksa untuk mengatakan itu PKI, padahal pada kenyataannya
ketika gerakan itu dicetuskan tidak ada PKI-nya. Hanya setelah
Soeharto menang barulah disebutkan otaknya PKI. Ditambahlah istilah
itu menjadi G30 S/PKI. Berkaitan dengan itu yang sangat kontroversial
adalah Supersemar. Pertanyaan yang sering diajukan ada dua, apa benar
surat perintah ada; kalau ada isinya apa. Kemudian apa surat itu bisa
untuk menjatuhkan Soekarno. Kalau keberadaannya saya yakin itu ada.
Saya cek kepada beberapa orang ada. Di pidato Bung Karno juga ada.
Hanya saja Bung Karno marah jadi tidak digunakan semestinya.

I: Bagaimana bisa banyak orang menyalahartikan Supersemar itu?

AG: Itulah soalnya. Jadi Soekarno sendiri mengakui itu memang ada.
Saya pernah tanya beberapa orang mengakui memang ada. Tapi yang jadi
persoalan kalau kita baca isinya itu kan unuk mengamankan Soekarno.
Tapi justru digunakan untuk menjatuhkan Soekarno. Namun itu bukan
sesuatu yang salah dalam dunia politik. Orang bisa melakukan apa saja
untuk meraih kekuasaan. Itu yang menjadi kesulitan bagi guru apa benar
isinya seperti itu. Buku resmi yang digunakan mengatakan itu ada, dan
isinya mengatakan bisa digunakn untuk menajtuhkan Soekarno karena
memang Soekarno sudah menyeleweng dari Pancasila dan UUD 1945.

I: Pak Anhar sendiri memandang peristiwa G 30 S itu?

AG: Kalau saya memandangnya biasa saja. Gampang menerangkannya secara
faktual-historis tanpa ada muatan politik. Katakan saja ketika untuk
mengumumkan gerakan itu pada tanggal 1 Oktober kan kata PKI tidak ada.

I:Kalau peristiwa pasca PKI?

AG: Kalau pasca PKI, kata PKI itu dicantumkan berdasar atas penemuan2
dari mereka yang menang. Saat itulah baru dikatakan gerakan ini harus
dberitahu kepada masyarakat bahwa yang melakukan adalah PKI. Jadi
perlu ditambahkan kata PKI di belakang G30s. Penambahan kata PKI
dilakukan oleh Orde Baru di bawah pimpinan Suharto-Nasution ketika itu.

I: Keterlibatan PKI sendiri seperti apa?

AG: Nah itu yang susah, kalau menurut Soeharto PKI terlibat, kalau
Anda tanya orang PKI mereka bilang tidak terlibat. Ada sekian banyak
versi ada yang mengatakan bahwa ini adalah pertentangan lingkungan
Angkatan Darat. Ada yang mengatakan ini CIA, China, Unisoviet, PKI,
bahkan terakhir ada yang bilang Soeharto terlibat. Paling tidak ada
semnbilan versi tentang siapa sih dalang dari Gerakan 30. Mana yang benar?

I: Kalau Bapak sendiri cenderung siapa yang terlibat?

AG: Saya lebih cenderung PKI terlibat kalau melihat proses pada tahun
1960-1964. Di sini PKI bersama Soekarno bermain dan memperoleh
posisinya yang kuat. PKI melakukan berbagai kegiatan dengan
menggunakan jargon mendukung pemeritah besar revolusi tanpa reserve;
dia berusaha menggunakan Nasakom untuk meraih kekuasaan yang lebih
kuat di pemerintahan. Terkait dengan pemberontakan itu tidak berarti
orang seperti Jamin, Nasution, Soekarno, tidak tahu. Mungkin yang
bikin mereka kaget dilakukannya pembunuhan pada 6 Jenderal dan 1
Perwira. Mereka tidak menduga. Banyak perwira tahu, ini menurut saya
lho.... masak seorang Panglima Angkatan Darat, Menko Keamanan, tidak
dapat laporan dari intelejen. Menurut analisis mereka cuma sebuah
kudeta atau penyerangan pada batas tertentu tidak ada pembunuhan
sekejam itu.


I: Terkait dengan peristiwa pembantaian pascaPKI itu bagaimana Pak?

AG: Memang ada di Yogya biangnya, faktual itu. Ada banyak buku tentang
itu dan itu memang fakual. Jadi tidak bisa disangkal jumlahnya. Yang
jadi persoalan kan jumlahnya. Ada yang bilang 500.000; ada yang bilang
2 juta. Saya tidak mau menyebut jumlah, tapi saya yakin itu pasti
terjadi. Sederhana saja. Sebenarnya cuma karena dendam di mana saat
PKI dan Soekarno berkuasa banyak juga pembunuhan. Di Jawa Timur berapa
banyak ulama dibunuh. Coba lihat bukuya Sulastomo, tentang G30 S, dia
ketua HMI yang ketika itu dikejar-kejar PKI untuk membubarkan HMI.


I: Apa perlu Pak tentang pembantaian terhadap PKI dimasukkan ke
kurikulum Pendidikan Sejarah?

AG: Karena itu memang disembunyikan. Supaya tidak terlalu kejam, dalam
buku pelajaran saya kira tidak perlu dimasukkan angka. Cuma faktual
terjadi pembunuhan. Dulu di tahun 1966 banyak orang diculik kemudian
dibawa ke Sungai Progo misalnya kemudian di tembak, diparang. Paling
banyak di Jawa Timur-Jawa Tengah.

I: Kini Buku Ajar 2004 sudah menghapus kata "PKI", kemudian sekarang
dimasukkan lagi oleh Mendiknas. Bagaimana bisa?

AG: Itu kan sebuah proses yang dilakukan orang-orang yang merasa
memang PKI terlibat. Misalnya UU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi itu
dibatalkan karena d nilai menguntungkan PKI. Tentu saja orang-orang
yang terlibat menumpas PKI tidak setuju kata PKI dihilangkan. Oleh
karena selalu saya bilang bahwa tidak perlu menghilangkan itu, paling
tidak pada keterangan awal dicantumkan peristiwa ini tidak menggunakan
istilah PKI. Namanya yang asli adalah gerakan G30S yang dipimpin
Letnan Kolonel Untung. Nah baru diterangkan pada prosesnya kemudian
oleh karena Untung salah, dan menurut Soeharto dan Orde Baru setelah
melihat berbagai kegiatan dan orang-orang di dalamnya, maka mereka
yakin yang melakukan pemberontakan itu adalah PKI. Dengan bukti-bukti
itulah maka gerakan ini ditambahi dengan PKI.

I: Apa tidak ada politisasi pendidikan dengan pencantuman G 30 S?

AG: Selalu saja yang namanya pendidikan terkait dengan politik karena
semua apa yang dijalankan tetap kebijakan politik. Menteri itu politik
dan kebijakan yang dilakukan adalah kebijakan politik. Andai PKI
menang tentu saja buku ajarnya berbau PKI. Itu kebijakan politik dan
tidak ada yang salah; yang salah adalah ketika orang mengajarkan
buku-buku yang resmi lalu orang lain tidak boleh menggunakan buku-buku
lain sebagai pembanding. Sewaktu saya jadi guru dulu saya menerangkan
sendiri: buku paket ya silakan saja baca, saya menerangkan dengan
referensi lain. Oleh karena itu begitu Soeharto jatuh, guru-guru
sejarah dianggap pembohong.

I: Pencantuman istilah PKI pada kata G30 S untuk posisi buku
pelajaran, apa tidak menimbulkan persepsi tertentu?

AG: Tentu saja apa pun kalau kita membaca sebuah buku, begitu orang
baca pasti orang kaget. Suatu judul buku kalau begitu kita baca maka
dalam benak kita ada sesuatu sama dengan itu kalau dicantumkan maka
bisa melahirkan macam-macam interpretasi.

I: Sebetulnya bagaimana perdebatan tentang penghapusan kata "PKI" dari
Buku Ajar Sejarah dan mencantumkan kembali kata "PKI"?

AG: Itu dilakukan oleh salah satu pimpinan pesantren di Jatim yang
juga Pamannya Gus Dur. Kemudian Taufiq Ismail datang ke DPR untuk
menolak penghilangan kata "PKI". Setelah proses itu maka dipakai lagi
kata "PKI" begitu mereka datang ke DPR dan berdialog. Menteri
Pendidikan mengatakan kalau kata "PKI" kembali digunakan.

I: Apa pihak Depdiknas melakukan penghilangan begitu saja tanpa dialog
terlebih dahulu dengan para sejarawan?

AG: Ya, langsung saja dia mengambil kebijakan sendiri. Saya sendiri
merasa tidak pernah diajak berdialog.

I: Kemudian respons sejarawan sendiri seperti apa?

AG: Ya saya diwawancara dan jawab saya seperti ini.

I: Ini penurunan dalam pendidikan sejarah atau bukannya ini sebuah
kemunduran?

AG: Sebenarnya tidak perlu dikatakan sebagai kemunduran, tetapi
pemerintah telah menutup jalan untuk mendapatkan kebenaran-kebenaran
historis yang bisa didialogkan. Tidak perlu takut asal diterangkan
dengan baik. Kata G30S PKI paling tidak digunakan selama kekuasaan
Orde Baru.


I: Sebenarnya Diknas itu mendengarkan sejarawan atau Taufiq Ismail?

AG: Ya Faktanya mereka lebih mendengarkan Taufiq Ismail. Minimal saya
sebagai sejarawan gak pernah diajak.

I: Sebuah penelitian di Jogja mengatakan bahwa 84 % guru-guru sejarah
mengaku kebingungan dengan perubahan-perubahan itu?

AG: Saya mengerti kebingungan mereka karena sejak Orde Baru guru
sejarah tidak pernah berhenti bingung dan takut. Sekarang saja mereka
masih takut dan khawatir, karena di depan kelas mereka pakai buku apa
kalau bukan buku resmi. Oh iya, ada kontroversi lain yang lebih jauh.
Pernah mendengar Aru Palaka? Nah yang namanya Aru Palaka itu disebut
pengkhianat karena melawan Hasanuddin dan berkawan dengan Belanda
sehingga dia dikatakan pengkhianat. Persoalannya Aru Palaka membela
diri karena sebagai kerjaaan Bone yang dijajah oleh kerajaan Gowa. Aru
Palaka sebagai bangswan Bone diambil ke Gowa untuk dipelihara,
kemudian dia melepaskan diri dan bekerjasama dengan Belanda dan dia
dianggap pengkhianat. Jadi setiap orang yang membantu Belanda adalah
pengkhianat, dan yang melawan adalah pahlawan. Kepada murid-murid
saya, tidak pernah saya katakan kalau Aru Palaka adalah pengkhianat.
Dia waktu itu cuma membela diri. Lagi pula Indonesia belum ada kok.
Saya pernah katakan: yang saya soalkan bukan lamanya dijajah, bahkan
saya mengatakan apa iya Indonesia dijajah? Yang dijajah itu
kerajaan-kerajaan. Indonesia itu ada tahun 1920-an; dalam proses itu
nama negeri kita ada 3, pertama yang diistilahkan Gadjah Mada dengana
Nusantara, Nedertland Indhie. Dalam proses kita di jajah maka di
situlah pada tahun 20-an dicari nama lain. Didapatlah nama Indonesia.
Kenapa digunakan itu? Ada kalau dibaca dalam kumpulan karangan Hatta.
Pada tahun 1933 Hatta diundang Fakultas Indologi Universitas Leiden
untuk bercerita mengapa menggunakan kata Indonesia.

I: Dalam penelitian yang sama dibeberkan bahwa pada siswa SMA kelas
III IPA materi Gestapu tidak diberikan. Tetapi pada kelas III IPS itu
diberikan. Menurut bapak bagaimana?

AG: Itu menarik. Berarti pemerintah tidak punya kebijakan yang satu.
Kebijakan pemerintah ambivalensi.

I: Ini pertanyaan terakhir, apa Bapak punya pengalaman menarik terkait
keikutsertaan Bapak dalam sidang pengangkatan seseorang jadi pahlawan?

AG: Ya, pengangkatan itu ada kriterianya, ada panitianya. Misalnya dia
dicalonkan di Yogya dan mengajukan surat ke Dinas Sosial yang ada di
Yogya; karena di setiap daerah ada Badan Pembina Pahlawan Daerah, di
bawah Dinas Sosial. Kalau ada orang mau mencalonkan pahlawan ada
keterangan dari Dinas Sosial apa orang ini pantas atau tidak; kemudian
dikirim ke Depatermen Sosial Jakarta, terus kemudian di seleksi lagi
oleh Badan Pembina Pahlawan Pusat.


I: Punya pengalaman menarik?

AG: Tentang Trunojoyo. Waktu kita pembicaraan pertama kita sepakat dia
dicalonkan, tahap penentuannya ada dua, hasil dari kita memberikan
rekomendasi kepada Presiden Megawati. Kita sudah bulat mengangkat
Trunojoyo. Namun tiba-tiba datang surat dari Presiden beserta
dokumennya: "Tolong diteliti kembali." Ini di luar kebiasaan. Ya, kami
telitilah... ada seorang veteran mempunyai bukti betapa penderitaan
Trunojoyo dibunuh, ditikam. Nah ada lagu-lagu rakyat yang menganggap
Trunojoyo pahlawan. Sebelum itu dikirim lagi ada seorang wakil dari
Arsip Nasional yang menemukan dokumen berbahasa Belanda yang
mengatakan bahwa Trunojoyo tidak pantas diangkat jadi pahlawan
nasional. Soalnya dia pernah menulis surat kepada Gurbenur Jenderal
meminta bantuan senjata segala macam. Akhirnya Turnojoyo tidak jadi
sampai sekarang.

(Disunting kembali Muhidin M Dahlan)
Dikutip dari www.indonesiabuku.blogspot.com

* * *

No comments: